Kisruh AS-China dan Brexit Berlanjut, Bagaimana Peluang IHSG?
Parlemen AS memperkenalkan RUU yang akan melarang penjualan cip buatan AS kepada perusahaan telekomunikasi Cina
Parlemen AS memperkenalkan RUU yang akan melarang penjualan cip buatan AS kepada perusahaan telekomunikasi Cina
Bareksa.com - Setelah menguat tipis pada perdagangan Rabu, 16 Januari 2019, pasar saham Indonesia kembali bergerak positif meskipun dengan kenaikan yang kembali relatif terbatas.
Namun, performa bursa saham domestik masih lebih beruntung dibandingkan dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang berakhir di zona merah. Indeks Nikkei (Jepang) turun 0,2 persen, Indeks Shanghai (China) melemah 0,42 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) berkurang 0,54 persen, dan Indeks Straits Times (Singapura) terpangkas 0,56 persen.
Sejumlah sentimen negatif memang membayangi jalannya perdagangan kemarin di kawasan Asia.
Promo Terbaru di Bareksa
Di antaranya anggota parlemen Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu (16/1/2019) memperkenalkan rancangan undang-undang (RUU) yang akan melarang penjualan cip buatan AS beserta komponen lainnya kepada Huawei, ZTE Corp, dan perusahaan telekomunikasi China lainnya yang melanggar sanksi AS atau peraturan terkait ekspor.
RUU tersebut diperkenalkan tidak lama menjelang laporan dari Wall Street Journal yang menyebut aparat hukum AS sedang melakukan investigasi terhadap Huawei. Investigasi ini terkait dengan tuduhan bahwa Huawei telah mencuri teknologi dari rekannya di AS seperti raksasa penyedia jasa layanan telekomunikasi T-Mobile.
Sentimen negatif yang berikutnya datang dari kisruh terkait dengan proses keluarnya Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Kemarin, Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil lolos dari ancaman digulingkan dari pemerintahan setelah memenangkan pemungutan suara atas mosi tidak percaya di parlemen dengan skor 325 berbanding 306. Kemenangan tipis, tetapi cukup untuk mengamankan posisi May.
Namun masalah di Inggris belum selesai, karena waktu semakin dekat menuju 29 Maret 2019, tanggal resmi di mana Inggris keluar dari Uni Eropa. Inggris bisa saja keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa-apa (No Deal Brexit) karena proposal yang diusung pemerintah tidak disetujui parlemen.
Jika tak ingin No Deal Brexit terjadi, May harus bekerja keras untuk mengamankan dukungan dari parlemen atas kesepakatan Brexit yang diajukannya. Pasalnya, Uni Eropa sudah mengatakan tidak ada opsi renegosiasi pasca mendengar bahwa May kalah telak dalam pemungutan suara atas proposal Brexit.
Sementara dari dalam negeri, sentimen positif datang dari Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuan atau 7 Day Reverse Repo Rate di level 6 persen. Keputusan ini sesuai dengan perkiraan para analis dan ekonom.
Dengan tidak dinaikkannya suku buga acuan, maka bank tidak perlu mengerek suku bunga deposito yang pada akhirnya berpotensi menekan net interest margin (NIM). Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi sektor keuangan yang menopang kenaikan bursa saham Tanah Air kemarin.
Menutup perdagangan Kamis, 15 Januari 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat0,16 persen dengan berakhir di level 6.423,780.Aktivitas perdagangan terlihat berlangsung cukup ramai,di mana tercatat 14,44 miliar saham ditransaksikan dengan total nilai transaksi Rp9,3 triliun.
Secara sektoral, mayoritas berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin dengan tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni industri dasar (0,75 persen), keuangan (0,48 persen), dan perdagangan (0,35 persen).
Sementara itu, tiga sektor yang berakhir melemah yakni properti (-1,53 persen), infrastruktur (-0,2 persen), dan konsumer (-0,09 persen).
Beberapa saham yang menopang kenaikan IHSG kemarin :
1. Saham UNVR (2 persen)
2. Saham BBCA (0,9 persen)
3. Saham BBRI (0,8 persen)
4. Saham BMRI (1 persen)
5. Saham UNTR (3,1 persen)
Sebanyak 182 saham menguat, 229 saham melemah, dan 134 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) signifikan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,61 triliun.
Saham-saham terbanyak diburu investor asing :
1. Saham BBCA (Rp411,37 miliar)
2. Saham BBRI (Rp289,5 miliar)
3. Saham BMRI (Rp188,28 miliar)
4. Saham ASII (Rp174,42 miliar)
5. Saham TLKM (Rp164,79 miliar)
Analisis Teknikal IHSG
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk inverted hammer dengan upper shadow yang cukup panjang.
Kondisi tersebut menggambarkan sebenarnya IHSG mengalami tekanan jual karena terlihat cenderung berkurang kenaikannya hingga hampir berakhir melemah.
Secara intraday, pergerakan IHSG sebenarnya terlihat cukup positif sepanjang sesi pertama perdagangan karena cukup stabil berada di zona hijau. Namun saat memasuki sesi kedua perdagangan, pergerakan IHSG secara perlahan justru bergerak turun sehingga memangkas kenaikannya dari jeda sesi pertama menguat 0,49 persen menjadi hanya tersisa 0,16 persen.
Pergerakan IHSG kemarin memang terlihat cenderung mengalamin tekanan namun poisisinya masih berada di atas hari sebelumnya, serta mampu terus bertahan di atas level psikologis 6.400 mengindikasikan adanya uptrend yang masih terjaga dengan kuat, disamping garis upper dan middle bollinger band yang juga masih bergerak naik.
Selain itu, indikator relative strength index (RSI) juga terpantau masih bergerak naik meskipun cenderung mulai datas, mengindikasikan sinyal kenaikan IHSG yang masih cukup kuat namun sedikit tertahan.Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan menguat.
Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup serentak di zona hijau pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang mendorong IHSG pada hari ini.
Indeks Dow Jones menguat 0,67 persen, kemudian S&P500 naik 0,76 persen, dan Nasdaq bertambah 0,71 persen.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.