Dolar Makin Perkasa dan Rupiah Terus Melemah, Bagaimana Peluang IHSG?
Pada perdagangan Selasa, 2 Oktober 2018, IHSG ditutup melemah1,16 persen dan berakhir di level 5.875,62
Pada perdagangan Selasa, 2 Oktober 2018, IHSG ditutup melemah1,16 persen dan berakhir di level 5.875,62
Bareksa.com - Setelah mengalami pelemahan di awal pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali mengalami tekanan dengan penurunan cukup dalam. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi faktor yang mendominasi pelemahan IHSG kemarin.
Dolar AS memang sedaag berada dalam momentum kekuatannya, yang tercermin dari Dollar Index yang menguat 0,4 persen hingga akhir perdagangan pasar keuangan Indonesia.
Memegang dolar AS menjadi menguntungkan karena Bank Sentral AS (The Fed) masih dalam mode pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan.
Promo Terbaru di Bareksa
Setelah menaikkan suku bunga acuan pada pekan lalu, The Fed kemungkinan besar kembali melakukan kebijakan serupa pada akhir tahun.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, peluang The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin pada rapat 19 Desember sudah mencapai 80,5 persen.
Kenaikan suku bunga acuan akan membuat instrumen investasi di AS menjadi menguntungkan karena imbal hasilakan ikut terkerek naik, terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Arus modal pun memusat di sekitar obligasi pemerintah Negeri Adidaya.
Ditopang derasnya arus modal masuk, penguatan dolar AS pun tak terelakan. Akibat penguatan greenback, berbagai mata uang dunia melemah, termasuk mata uang Garuda.
Pada perdagangan Selasa, 2 Oktober 2018, IHSG ditutup melemah1,16 persen dengan berakhir di level 5.875,62. Aktivitas perdagangan tergolong cukup ramai di mana tercatat 11,90 miliar saham ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai Rp7,86 triliun.
Sebanyak 109 saham mengalami kenaikan, sementara 283 saham mengalami penurunan, serta 123 saham tidak mengalami perubahan harga. Selain itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) pada perdagangan kemarin Rp98,71miliar.
Secara sektoral, seluruhnya kompak berakhir di zona negatif pada perdagangan kemarin. Tiga sektor yang mencatatkan penurunan terdalam yaitu industri dasar (-2,98 persen), aneka industri (-1,7 persen), dan manufaktur (-1,4 persen).
Saham - saham yang membebani IHSG pada perdagangan kemarin :
• PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) : -3,7 persen
• PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) : -2,2 persen
• PT Indah Kiar Pulp & Paper Tbk (INKP) : -6,3 persen
• PT Astra International Tbk (ASII) : -1,7 persen
• PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)Tbk (TLKM) :-1,4 persen
Analisis Teknikal IHSG
Sumber : Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle dengan body yang cukup besar menggambarkan IHSG mengalami tekanan dengan pelemahan yang lebih besar dibandingkan hari sebelumnya.
Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat cenderung flat pada sesi pertama perdagangan hingga akhirnya di setengah jam menuju jeda istirahat, IHSG mulai bergerak mundur.
Memasuki sesi kedua, pelemahan IHSG terlihat semakin besar hingga hampir ditutup pada level terendahnya.
Indikator relative strength index (RSI) IHSG terpantau kembali bergerak turun mengindikasikan momentum penurnan yang cukup kuat dalam jangka pendek. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi tertekan.
Namun di sisi lain, penurunan yang telah cukup dalam pada dua hari terakhir, seharusnya mulai dimanfaatkan pelaku pasar untuk kembali mengoleksi saham-saham yang sudah tergolong murah.
Di sisi lain, kondisi bursa Amerika Serikat (AS) yang ditutup bervariatif dengan kecenderungan melemah pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif yang memberatkan IHSG untuk melaju pada hari ini.
Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,46 persen, kemudian S&P500 turun tipis 0,04 persen, dan Nasdaq terkoreksi 0,47 persen.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.