Terperosok di 5.683 Akibat Sentimen Internal dan Eksternal, Ini Peluang IHSG
IHSG kemarin turun semakin dalam akibat sentimen pelemahan rupiah dan tensi perang dagang AS - China
IHSG kemarin turun semakin dalam akibat sentimen pelemahan rupiah dan tensi perang dagang AS - China
Bareksa.com - Setelah melemah cukup dalam dua hari sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin justru semakin parah pelemahannya. Berbagai sentimen negatif menghantui jalannya perdagangan kemarin.
Beberapa faktor baik dari dalam dan luar negeri membuat IHSG terperosok lumayan dalam. Dari dalam negeri, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut oleh Bank Indonesia (BI) membuat pasar saham ditinggalkan. Persepsi ini muncul disaat rupiah telah menembus level psikologis Rp 14.900 per dolar Amerika Serikat (AS).
Jika suku bunga acuan kembali dinaikkan, maka kinerja dari emiten-emiten perbankan bisa terganggu, seiring dengan tertekannya penyaluran kredit lantaran kenaikan suku bunga. Padahal, penyaluran kredit perbankan baru saja menggeliat pada semester pertama tahun ini.
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara dari sisi eksternal, kekhawatiran pelaku pasar datang dari potensi memanasnya tensi perang dagang antara AS dengan China. Hari ini, tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi impor produk China senilai US$200 miliar akan berakhir.
Beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.
Pada perdagangan Rabu, 5 September 2018, IHSG ditutup anjlok 3,76 persen dengan berakhir di level 5.683,5. Aktivitas perdagangan tergolong cukup ramai di mana tercatat 10,63 miliar saham ditransaksikan dengan nilai transaksi Rp8,74 triliun.
Hanya ada 32 sahammengalami kenaikan, sementara 411 saham mengalami penurunan, serta 52 saham tidak mengalami perubahan harga. Selain itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) pada perdagangan kemarin senilai Rp877,36miliar.
Secara sektoral, seluruh kompak berakhir di zona negatif pada perdagangan kemarin. Tiga sektor yang mencatatkan penurunan terdalam yaitu sektor konsumer (-4,16 persen), manufaktur (-4,08 persen), dan industri dasar (-3,99 persen).
Saham - saham yang membebani IHSG pada perdagangan kemarin antara lain :
• PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) : -5,8 persen
• PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) : -4,5 persen
• PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) : -3 persen
• PT Unilever Indonesai Tbk (UNVR) : -5,4 persen
• PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) :-4,4 persen
Analisis teknikal IHSG
Sumber : Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle dengan body yang besar menggambarkan bahwa IHSG masih mengalami tekanan yang justru lebih besar dibandingkan dua hari sebelumnya. Penurunan kemarin menyebabkan IHSG secara beruntun telah melemah dalam lima hari perdagangan terakhir.
Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat sudah mengalami tekanan sejak awal perdagangan di mana dengan dibuka sebuah gap down. Sepanjang pedagangan IHSG tidak mampu berkutik menahan derasnya tekanan jual, meskipun di sesi kedua penurunannya sempat berkurang.
Penurunan kemarin membuat indikasi downtrend jangka pendek semakin kuat dengan support terdekat kini berada di level 5.558. Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terlihat semakin bergerak turun dan mendekati area jenuh jual mengindikasikan sinyal penurunan yang kuat.
Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini masih berpotensi mengalami tekanan dikarenakan belum adanya sentimen positif yang mampu menahan banyaknya sentimen negatif yang ada.
Selain itu, Bursa Saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup cenderung melemah pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif lain yang menekan IHSG.
Indeks Dow Jones ditutup naik tipis 0,09 persen, sedangkan S&P500 melemah 0,28 persen, dan Nasdaq melemah 1,19 persen.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.