APBN 2016 Belum Juga Diketok, Pasar Saham Jebol Diikuti Penjualan Asing Rp1 T
Investor khawatir pembangunan infrastruktur terhambat
Investor khawatir pembangunan infrastruktur terhambat
Bareksa.com - Pasar saham kembali terkoreksi didorong keluarnya dana investor asing akibat kekhawatiran investor terhadap APBN 2016 yang belum disahkan oleh DPR serta The Fed yang kembali memberi sinyal menaikkan suku bunga pada Desember 2015 mendatang. Hingga jam 15.50 WIB hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2,7 persen ke level 4.483,33 diikuti penjualan bersih investor asing Rp911 miliar.
Grafik Pergerakan IHSG Intraday 29 Oktober 2015
Sumber: Bareksa.com
Lana Soelistianingsih, ekonom PT Samuel Aset Manajemen, mengatakan RAPBN 2016 merupakan anggaran pertama yang disusun oleh pemerintahan Jokowi. Anggaran sebelumnya, APBNP 2015 secara praktis masih disusun oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) karena Joko Widodo baru dilantik pada Oktober 2014 setelah anggaran disahkan. Meskipun ada perubahan, tetap saja APBN 2015 awalnya disusun oleh SBY.
Promo Terbaru di Bareksa
"Ini anggaran pertamanya Jokowi. Mestinya ini bisa dilihat apakah dapat penuhi janji dan programnya selama kampanye dulu," ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com.
Menurut Lana, masih ada kesempatan bagi anggaran ini untuk disetujui, karena masih ada waktu sampai 30 Oktober 2015 untuk membahasnya. "Masih ada besok, saya rasa ini bisa disetujui last minute," katanya.
Dengan mekanisme sekarang, apabila anggaran Jokowi untuk tahun depan tidak disetujui dan Badan Anggaran (Banggar) masih tetap memaksa perubahan-perubahan, hal itu bisa dibawa ke Rapat Paripurna untuk disahkan. Dalam Rapat Paripurna, akan diadakan pengambilan suara atau voting. "Kalaupun belum disetujui Banggar sekarang, yang penting di Paripurna bisa berhasil. Jangan takut terhambat mayoritas, saya rasa ini hanya masalah politik saja," ujarnya.
Bila rancangan anggaran juga tidak disetujui oleh Rapat Paripurna, terpaksa harus dipakai kembali APBN-P 2015 untuk rencana tahun depan. Akan tetapi, anggaran ini hanya sementara karena dapat dibahas dan diubah kembali minimal sebulan setelah diputuskan.
Seperti tertera dalam UU APBN, anggaran harus disetujui oleh DPR minimal dua bulan sebelum tahun berjalan. Apabila belum mendapat persetujuan, APBN tahun sebelumnya yang akan dipakai.
Lana berharap bahwa pembahasan APBN ini tidak berlarut-larut karena dapat menjadi sentimen negatif bagi investor terutama di pasar modal. "Hal ini sudah direspons investor secara negatif karena mereka menganggap rencana program pemerintah belum terpenuhi, khususnya infrastruktur. Respons negatif terlihat terutama pada saham-saham konstruksi BUMN, yang diharap mendapatkan penyertaan modal negara. Harapan membangun infrastruktur jadi mundur."
Kinerja IHSG menjadi indeks yang mengalami pelemahan paling dalam. Rangga Cipta, ekonom Samuel Sekuritas Indonesia kepada Bareksa.com menambahkan perbedaan pendapat dalam politik memang akan selalu menjadi berita negatif terhadap iklim investasi di Indonesia. Apalagi secara fundamental, pertumbuhan ekonomi Indonesia belum ada perbaikan yang berarti.
Semalam bank sentral Amerika, The Fed juga mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan pada Desember 2015 sehingga mendorong peningkatan dollar index ke titik tertinggi dalam satu bulan terakhir. Padahal sebelumnya kenaikan IHSG didorong oleh harapan rencana kenaikan suku bunga The Fed sudah memudar. (baca juga: Fed Rate Disinyalkan Naik Desember 2015)
Akibat indikasi ini mata uang lain mengalami pelemahan termasuk dengan nilai tukar rupiah. Dalam lima hari terakhir rupiah melemah 0,46 persen menjadi Rp13.662 per dolar Amerika. Tetapi pelemahan rupiah masih jauh lebih baik dibanding Ringgit Malaysia maupun Dolar Singapura. Hal ini menunjukan walaupun investor asing telah keluar dari pasar saham tetapi dananya masih tetap ada di Indonesia dan investor masih optimis terhadap investasi di Indonesia.
Grafik Return Mata Uang Negara Kawasan Periode 24-29 Oktober 2015
Sumber: Yahoo diolah Bareksa.com
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.