CIO Syailendra Solihin: Pasar Tidak Menentu, Ini Cara Minimalisir Dampaknya
Tidak harus melulu fokus di saham, kita pilih money market dulu untuk menghindari risiko sementara
Tidak harus melulu fokus di saham, kita pilih money market dulu untuk menghindari risiko sementara
Bareksa.com - Kondisi pasar saham yang penuh ketidakpastian sepanjang tahun berjalan ini membuat manajer investasi harus cerdik dalam mengatur strategi dalam mengelola portofolio reksadana secara optimal.
Sejak awal tahun hingga 14 Februari 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal masih minus 6,87 persen. Sejumlah sentimen global, mulai dari ketegangan Amerika Serikat dan Irak, hingga penyebaran virus corona menjadi faktor penekan kinerja bursa saham Tanah Air.
Ahmad Solihin, Chief Investment Officer Syailendra Capital, mengaku sulit untuk menghindari dampak dari berbagai sentiman yang muncul saat ini. Akan tetapi, dia memiliki sejumlah strategi agar meminimalisir dampak dari ketidakpastian di pasar ini.
Promo Terbaru di Bareksa
Pertama, ujar pria yang kerap disapa Ollie ini, dia perlu mengatur jumlah kas yang cukup (cash level) untuk meminimalisir dari pelemahan saham. Bila pasar sudah kembali stabil, kas tersebut bisa digunakan untuk kembali membeli saham di harga yang murah.
"Kedua, kita fokus pada saham yang prospek pertumbuhannya paling oke dan feasible. Artinya, setelah faktor ketidakpastian ini sudah lewat, pertumbuhan dari saham tersebut masih cukup bagus," jelasnya dalam wawancara dengan Bareksa 11 Februari 2020.
Yang ketiga, Syailendra juga memperhatikan saham-saham dengan potensi merger dan akuisisi (M&A) dalam waktu yang dekat. Hal ini menjadi pertimbangan, sebab saham dengan potensi ini tidak terkena dampak langsung pelemahan.
Kemudian, reksadana jenis pasar uang (money market) dan pendapatan tetap (fixed income) bisa menjadi alternatif jangka pendek saat bursa saham masih volatil. "Yang berikutnya, tidak harus melulu fokus di saham, kita bisa di money market dulu untuk menghindari risiko sementara, atau bisa taruh di fixed income," ujarnya.
Grafik Perbandingan IHSG dengan Indeks Reksadana Saham, Campuran, Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Ollie melihat pasar saham Indonesia tidak banyak bergerak dalam dua tahun belakangan ini, karena pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen juga tidak terlalu besar. Bahkan, secara nominal, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dibilang yang terendah dalam 5 tahun terakhir.
Namun, dengan koreksi yang ada saat ini, selalu ada kesempatan untuk masuk ke pasar saham, yang disebut dengan market timing. Meski tidak menyarankan strategi market timing bagi investor pemula, Ollie menilai mereka yang sudah berpengalaman di pasar modal bisa mengambil untung dengan langkah ini.
"Kalau suka market timing, walau kita tidak menganjurkan, tidak ada salahnya juga. Pilih saham yang koreksinya cukup dalam, padahal efek langsung dari ketidakpastian ini tidak akan berlanjut lama. Jadi, lihat fundamentalnya juga," jelasnya.
Sebagai informasi, reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan ke dalam aset-aset keuangan seperti saham, obligasi dan pasar uang. Reksadana adalah alternatif investasi yang bisa dipilih oleh pemula yang tidak punya banyak waktu mengelola dana investasi mereka.
Syailendra Capital adalah salah satu manajer investasi swasta nasional yang masuk dalam top 10 dana kelolaan terbesar Indonesia. Telah berdiri sejak 2006, manajer investasi ini memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) sebesar Rp20,64 triliun per Januari 2020.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.