Berita Hari Ini : Jiwasraya Tak Perlu Talangan, Neraca Dagang Defisit US$0,03 M
BBNI rilis sertifikat deposito US$1 miliar, klaim asuransi banjir jabodetabek Rp1,22 triliun, Avrist AM siapkan 2 produk
BBNI rilis sertifikat deposito US$1 miliar, klaim asuransi banjir jabodetabek Rp1,22 triliun, Avrist AM siapkan 2 produk
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 16 Januari 2020 :
Jiwasraya
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meyakini kasus gagal bayar yang dialami oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tidak memerlukan dana talangan dari pemerintah.
Promo Terbaru di Bareksa
Dia menyebut pembentukan induk atau holding BUMN asuransi, restrukturisasi Jiwasraya hingga pembentukan Jiwasraya Putra bisa mengumpulkan arus kas hingga Rp8 triliun. Berdasarkan data Kejaksaan Agung (Kejagung), kerugian negara akibat kasus Jiwasraya mencapai Rp13,7 triliun.
“Dari holding itu sudah ada cash flow Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun. Lalu pembentukan Jiwasraya Putra di mana itu nanti kita cari partner strategic, di mana angkanya Rp1 triliun hingga Rp3 triliun. Dan tentu pembentukan holding itu kalo kita tarik 4 tahun ke depan kan bisa sampai Rp8 triliun. Lalu juga ada aset saham yang hari ini dideteksi, kita juga kan valuasinya bisa sampai Rp2 triliun hingga Rp3 triliun,” katanya dikutip Bisnis Indonesia.
Khusus holding asuransi, Erick mengungkapkan proses pembentukannya akan dimulai pada pertengahan Februari tahun ini karena persetujuannya baru saja ditandatangani.
Selain Jiwasraya, BUMN yang bergerak di bidang asuransi antara lain PT Jasa Raharja, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).
Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2019 mencatat defisit US$0,03 miliar, menurun signifikan dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya US$1,39 miliar. Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nonmigas akibat penurunan impor nonmigas untuk seluruh jenis barang dan disertai oleh kinerja ekspor nonmigas yang membaik.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas menurun ditopang oleh peningkatan ekspor migas di tengah kinerja impor migas yang stabil. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2019 mencatat defisit US$3,2 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada tahun sebelumnya sebesar US$8,7 miliar.
Kondisi tersebut ditopang oleh penurunan kinerja impor didukung oleh kebijakan substitusi impor di tengah kinerja ekspor yang belum kuat seiring dengan perlambatan ekonomi global dan turunnya harga komoditas.
Neraca perdagangan nonmigas pada Desember 2019 mengalami surplus US$0,94 miliar, setelah pada bulan sebelumnya mencatat defisit US$0,3 miliar.
Perkembangan itu terutama dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas barang konsumsi seperti kendaraan dan bagiannya. Selain itu, impor bahan baku dan barang modal juga turun, seperti mesin/peralatan listrik serta besi dan baja.
Membaiknya neraca perdagangan nonmigas juga ditopang oleh kinerja ekspor nonmigas yang meningkat, seperti komoditas lemak dan minyak hewani/nabati, bijih, kerak dan abu logam, serta pakaian dan aksesorinya.
Secara kumulatif, neraca perdagangan nonmigas sepanjang tahun 2019 mencatat surplus US$ 6,15 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada periode sebelumnya US$4 miliar.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
Melalui kantor cabang New York, BNI menerbitkan sertifikat deposito senilai US$1 miliar. Dana hasil penerbitan akan digunakan perseroan untuk ekspansi kredit dan pembiayaan kembali utang yang telah ada.
Dalam pengumuman perseroan di Bursa Efek Indonesia yang dikutip Kontan, Corporate Secretary BNI Meiliana menjelaskan sertifikat ini diterbitkan tanpa warkat global yang dapat dilakukan dalam beberapa tahap. Sertifikat ini juga dapat ditransaksikan melalui Euroclear, dan Clearstream.
“Perseroan melalui kantor cabang New York menunjuk DBS sebagai arranger, dan DBS, MUFG Securities, Mizuho Securities, BNP Paribas, UOB, HSBC dan SMBC Nikko Securities sebagai programme dealer, serta Citibank sebagai issuing and paying agent,” tulisnya.
Sementara tenor yang diberikan perseroan mencapai 12 bulan, dan bersifat clean basis alias tanpa jaminan.
Asuransi Banjir
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) telah melakukan penghitungan sementara nilai klaim yang diajukan oleh peserta asuransi dari bencana banjir yang terjadi di wilayah Jabodetabek pada 1 Januari 2020 , yaitu sekitar Rp1,22 triliun.
Direktur Eksekutif AAUI Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe dalam keterangan resminya menyatakan data ini adalah hasil sementara yang merupakan kompilasi dari 40 perusahan asuransi umum yang telah melapor.
“Dari hasil kompilasi laporan asuransi harta benda serta asuransi kendaraan bermotor dengan perluasan risiko banjir di Jabodetabek, terdapat sebanyak 2.799 polis asuransi harta benda dengan nilai perkiraan klaim Rp1,08 triliun, sedangkan untuk asuransi kendaraan bermotor dengan perluasan sebanyak 3.335 polis dengan perkiraan klaim Rp147 miliar,” ujarnya dikutip Bisnis Indonesia.
Dia merinci, klaim asuransi harta benda berupa rumah tinggal, properti komersial, properti industrial, dan lainnya di Jakarta senilai Rp406 miliar dan Rp602 miliar untuk Bodetabek.
Secara obyeknya, klaim terbesar dari properti komersial yaitu pabrik dan gudang mencapai Rp770,43 miliar untuk wilayah Jabodetabek. Kemudian untuk asuransi kendaraan yang mengajukan klaim, tercatat paling banyak dari kendaraan jenis roda 4, dengan nilai klaim Rp147 miliar.
PT Avrist Asset Management
Perseroan berencana menerbitkan reksadana saham dan reksadana pasar uang (RDPU) berdenominasi dolar AS pada Maret 2020. Direktur Avrist Asset Management Agra Pramudita menuturkan perusahaan menyiapkan tiga produk reksa dana baru yang sudah masuk dalam pipeline. Dua di antaranya, yakni reksa dana saham dan RDPU dolar AS, akan terbit pada kuartal I 2020.
“Dua produk itu rencananya terbit kuartal I/2020, sekitar Maret,” tuturnya dikutip Bisnis Indonesia. Satu produk baru lainnya, yakni reksa dana ETF syariah akan diluncurkan pada periode Mei—Juni 2020.
Avrist AM menilai sektor saham yang paling bullish ialah perbankan, karena penurunan suku bunga akan berdampak terhadap ekspansi net interest margin (NIM). Sektor saham lain diperkirakan positif adalah konsumsi dan telekomunikasi.
Agra menuturkan dalam pemilihan aset saham perusahaan tetap berfokus kepada saham blue chip yang masuk dalam indeks LQ45 dan IDX 30. Bahkan dalam jangka 5 tahun depan, reksa dana saham indeks LQ45 dan IDX 30 dapat memberikan return 10 persen-12 persen per tahun.
“[Pada 2020] kami masih fokus pada reksa dana indeks yang kami miliki saat ini,” ujarrnya.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.