Berita Hari Ini : Samurai Bond ¥177 Miliar Dirilis, P2P Lending Kejar Izin OJK
Anindya Bakrie jadi dirut BNBR, sektor keuangan dominasi penerbitan obligasi, SCG bakal akuisisi FASW
Anindya Bakrie jadi dirut BNBR, sektor keuangan dominasi penerbitan obligasi, SCG bakal akuisisi FASW
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 17 Mei 2019 :
Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI)
Perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending masih berupaya naik kelas dari status terdaftar menjadi berizin. Berdasarkan Data Otoritas Jasa Keuangan dari 113 fintech P2P lending yang terdaftar baru ada lima entitas yang mengantongi izin yakni Danamas, Investree, Amartha, Dompet Kilat dan Kimo.
Promo Terbaru di Bareksa
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyatakan sebenarnya masih banyak perusahaan P2P lending terdaftar yang tengah berjuang mendapatkan izin dari otoritas. Lantaran, terdapat tengat waktu dari OJK bagi p2p lending untuk mengajukan izin yakni setahun setelah menerima tanda daftar.
“Sesuai dengan peraturan OJK ada batas waktu maksimal satu tahun mengajukan izin dari tanda daftar. Nah, kalau bicara dari sisi tanggal tanda daftar saja, mungkin ada sekitar 30 hingga 40 yang telah mengajukan perizinan. Termasuk lima yang sudah mendapatkan izin. Mungkin karena banyak tahapannya membutuhkan proses waktu,” ujar Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas AFPI, Tumbur Pardede di Jakarta, Kamis (16/5).
Tumbur menegaskan bukan berarti izin diperoleh setelah menunggu satu tahun. Bisa saja platform yang menyiapkan dengan matang sudah dapat dengan cepat mendapatkan tanda izin. Guna mendorong anggota lainya yang masih terdaftar tapi belum mendapatkan izin, asosiasi menyiapkan berbagai strategis.
Private Equity
Private equity yang masuk di Indonesia semakin ramai. Perusahaan Siam Cement Group (SCG) asal Thailand dikabarkan bakal mengakuisisi perusahaan kertas dan karton kemasan, PT Fajar Wisesa Tbk (FASW) di tahun ini.
SCG sendiri cukup lama getol melakukan aksi korporasi di Indonesia, di mana pada kuartal III 2018 lalu baru saja menambah kepemilikan di PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP).
Sebelumnya SCG juga telah mencanangkan rencana investasi US$6 miliar di sektor petrokimia bekerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical.
Kiswoyo Adi Joe, Kepala Riset Narada Asset Management menilai Indonesia menasujadi pasar yang menarik lantaran kuatnya dorongan sektor konsumsi di dalam negeri ini. Berbeda dengan China misalnya, yang mengandalkan sektor infrastruktur saat pertama kali membangun, di tengah stagnansi tersebut mengakibatnya pertumbuhan negara tirai bambu tidak terlalu tinggi.
Berbeda dengan Indonesia, yang menurut Kiswoyo didorong oleh konsumsi masyarakat cenderung meningkat setiap tahunnya. "Makanya investor melihat pasar di sini punya kesempatan untuk terus tumbuh," ujarnya dikutip Kontan.co.id, Kamis (16/5).
Sisi positifnya, terkadang investasi asing yang masuk di Indonesia itu mampu merangsang keinginan investor dalam negeri untuk memasuki suatu sektor. Dorongan tersebut menurut Kiswoyo dipercaya bakal semakin meramaikan iklim investasi di Indonesia.
Kementerian Keuangan
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemkeu) resmi menerbitkan surat utang negara dalam valuta asing berdenominasi yen Jepang alias Samurai Bonds pada Kamis (16/5).
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemkeu melaporkan, penerbitan Samurai Bonds itu senilai ¥177 miliar. Penerbitan dilakukan dengan enam seri yaitu RIJPY0522, RIJPY0524, RIJPY0526, RIJPY0529, RIJPY0534 dan RIJPY0539.
"Penerbitan ini tercatat sebagai transaksi penerbitan Samurai Bonds melalui public offering terbesar yang dilakukan oleh negara di benua Asia," terang Direktorat Surat Utang Negara DJPPR.
Pada transaksi kali ini, tenor 15 tahun dan 20 tahun merupakan tenor Samurai Bonds terpanjang yang diterbitkan oleh negara di Asia. Pencapaian tersebut memperpanjang rata-rata jatuh tempo Samurai Bonds dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan memperluas jenis investor yang berpartisipasi pada penerbitan ini.
Asuransi Jiwa
Kinerja hasil investasi industri asuransi jiwa mulai menunjukkan perbaikan setelah tahun lalu sempat tertekan. Perbaikan ini dipengaruhi penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang kuartal I 2019.
Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai Maret 2019, hasil investasi asuransi jiwa menembus Rp10 triliun. Padahal Maret tahun sebelumnya, hasil investasi industri sempat minus Rp1,79 triliun. Sementara total investasi industri asuransi jiwa Rp474,04 triliun, naik 5,2 persen secara tahunan.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
Sektor keuangan masih mendominasi penerbitan surat utang di Indonesia. Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), hingga 13 Mei 2019, ada 69 pemeringkatan yang dilakukan perusahaan pemberi rating ini.
Senior Vice President Financial Institution Ratings Pefindo Hendro Utomo menjelaskan, pemeringkatan untuk sektor keuangan sendiri mencapai 35 entitas. Sementara sektor lainnya yang cukup besar adalah properti. Jumlahnya empat perusahaan.
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
Rapat umum pemegang saham tahunan yang digelar PT Bakrie & Brothers Tbk pada Kamis (16/5/2019) telah menyetujui pengangkatan Anindya Novyan Bakrie sebagai Direktur Utama perseroan.
Anindya menggantikan Bobby Gafur Umar yang memegang jabatan tersebut sejak 2002 yang kini menjabat sebagai Komisaris Bakrie & Brothers.
Setelah memegang jabatan Direktur Utama, Anindya Bakrie menegaskan bahwa dirinya akan berupaya untuk melakukan perbaikan performa keuangan perusahaan berkode saham BNBR itu.
“Investment ke depannya juga sangat penting, karena kita akan memastikan bisnis-bisnis yang ada berkembang dan naik kelas, tapi bisnis-bisnis yang baru harus ditambah selama kita memiliki competitiveness,” ujarnya di Jakarta, Kamis (16/5/2019).
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.