Berita Hari Ini : WIKA Garap Jalan Tol Rp11 T, MERK Lepas Segmen Usaha Rp1,38 T
ESSA perbesar kontribusi PAU, SMRA punya backlog Rp5 T, insentif pajak UMKM berlaku 1 Juli, FAST bagi dividen
ESSA perbesar kontribusi PAU, SMRA punya backlog Rp5 T, insentif pajak UMKM berlaku 1 Juli, FAST bagi dividen
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 21 Juni 2018 :
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
WIKA semakin getol menggeluti bisnis jalan tol. Rencana terbaru perusahaan adalah mengembangkan jalan tol penghubung Harbour Road Ancol dan Tanjung Priok di Jakarta.
Promo Terbaru di Bareksa
Wijaya karya akan berkongsi dengan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) lewat sebuah konsorsium. Karena masih tahap inisiasi, kedua perusahaan belum memutuskan komposisi kepemilikan saham dalam konsorsium itu.
Mengutip Kontan, Wijaya Karya dan Citra Marga berharap restu konsesi jalan tol dari pemerintah bisa keluar tahun ini. Kalau target itu terpenuhi, proses konstruksi akan mereka mulai akhir tahun 2018. Menurut rancang bangun, proyek jalan tol Harbour Road Ancol – Tanjung Priok akan membentang 7 kilometer secara elevated atau berbentuk jalan layang.
"Tol ini memang tidak panjang tetapi karena elevated investasinya sekitar Rp11 triliun," kata Direktur Utama Wijaya Karya, Tumiyana.
PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)
Emiten industri minyak dan gas memproyeksikan total produksi amonia PT Panca Amara Utama (PAU) berpotensi mencapai 300.000 metrik ton sehingga berpotensi mendongkrak pendapatan perseroan pada akhir tahun ini.
Direktur Utama Surya Esa Perkasa, Garibaldi Thohir, mengungkapkan kontruksi Panca Amara Utama (PAU) besar kemungkinan selesai pada Juni 2018. Kapasitas produksi PAU setahun mencapai 700.000 metrik ton.
“Namun PAU akan beroperasi pada pertengahan tahun, maka produksi pada tahun ini akan mencapai 300.000 metrik ton,” ungkapnya, seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Emiten berkode saham ESSA ini memiliki 60 persen saham dalam PAU yang mengoperasikan pabrik amonia yang berlokasi di Sulawesi Tengah.
PT Merck Tbk (MERK)
Sejalan dengan rencana pemegang saham pengendali, emiten dengan kode saham MERK akan menjual segmen usaha consumer health. Segmen usaha ini akan dijual kepada pihak ketiga PT Procter & Gamble Home Product Indonesia (P&G) dan entitas atau entitas lainnya dalam kelompok usaha The Procter & Gamble Company.
Rencananya, nilai transaksi pelepasan segmen usaha ini mencapai Rp1,38 triliun. Dalam prospektus ringkas perseroan dijelaskan, hasil penjualan segmen usaha ini akan didistribusikan dalam bentuk dividen (termasuk dividen interim) atau menahan sebagian atau seluruh laba untuk diinvestasikan kembali atau tujuan lainnya.
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)
Emiten properti dengan kode saham SMRA ini masih mengantongi backlog atau inventaris properti yang belum diserahkan kepada konsumen senilai lebih dari Rp5 triliun.
Ini akan menjadi bagian pendapatan dalam 2 – 3 tahun ke depan. Mengutip Bisnis Indonesia, Sekretaris Perusahaan Summarecon Agung, Jemmy Kusnadi, mengatakan backlog tersebut tersebar di berbagai lokasi proyek perseroan, yakni di Serpong, Bekasi, Bandung, Kelapa Gading, dan Karawang.
Perseroan banyak memasarkan unit properti dengan harga di bawah Rp2 miliar. “Backlog kami saat ini ada di atas Rp5 triliun,” katanya belum lama ini.
Menurut dia, perseroan berkomitmen memastikan setiap proyek yang dipasarkan dapat sampai ke tangan konsumen tepat waktu. Selain itu, perseroan juga menyiapkan berbagai strategi untuk memastikan proyek-proyek yang telah diluncurkan dapat terserap oleh pasar seoptimal mungkin.
Pajak UMKM
Jika tidak ada aral melintang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan meluncurkan insentif penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) Final untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari 1 persen menjadi 0,5 persen.
Peluncuran akan dilakukan di Surabaya untuk kemudian berlaku efektif pada 1 Juli 2018. Direktur Peraturan Perpajakan II, Yunirwansyah, mengatakan setelah peluncuran itu, Ditjen Pajak akan langsung menggelar sosialisasi tentang aturan PPh Final baru itu.
“Kalau detailnya, kita tunggu nomor peraturan pemerintah (PP) dulu,” ujarnya seperti dikutip Kontan.
Berdasarkan draf RPP tentang PPh atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto tertentu yang diperoleh KONTAN, dijelaskan bahwa wajib pajak (WP) bisa memperoleh insentif penurunan PPh final dengan mengajukan surat permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak.
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST)
Emiten dengan kode saham FAST bakal mengisi kantong para pemegang sahamnya. Sebab, emiten ini berencana membagikan dividen tahun buku 2017 senilai 25 per saham.
Dengan jumlah saham sebanyak 1,99 miliar saham, maka total pembayaran dividen FAST mencapai Rp49,88 miliar. Jumlah ini setara dengan 29,87 persen laba bersih 2017 yang senilai Rp 167 miliar.
Mengacu harga saham FAST kemarin di posisi Rp1.480 per saham, maka emiten pemilik gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) ini menawarkan yield dividen sebesar 1,69 persen.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.