Berita Hari Ini : TINS - Topwide Lanjutkan JV, PTPP akan Rilis Obligasi Rp3 T
Kemenkeu pantau keuangan BUMN konstruksi dan listrik, BORN masih rugi, LINK bidik pendapatan naik 14 persen
Kemenkeu pantau keuangan BUMN konstruksi dan listrik, BORN masih rugi, LINK bidik pendapatan naik 14 persen
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 13 April 2018 :
PT Timah Tbk (TINS)
Emiten berkode saham TINS, meneken perjanjian kepemilikan saham (shareholder agreement) dengan Topwide Venture Ltd. sebagai tindak lanjut dari kesepakatan pembentukan usaha patungan yang sudah ditandatangani pada Desember 2017. Kedua perusahaan menyepakati pembagian komposisi kepemilikan saham masing-masing 50 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Penandatanganan itu dilakukan dalam acara Indonesia Afrika Forum (IAF) yang digelar di Nusa Dua Bali Convention Center (NDBC), Bali. Penandatanganan disaksikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Kabinet Kerja Jilid II antara lain Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan, serta sejumlah menteri dari negara-negara Afrika.
PT PP (Persero) Tbk (PTPP)
Emiten BUMN dengan kode saham PTPP membidik dana Rp1,5 triliun melalui penawaran umum berkelanjutan obligasi yang akan diterbitkan pada kuartal II 2018.
Sekretaris Perusahaan PTPP, Nugroho Agung Sanyoto, menjelaskan bahwa perseroan telah mengantongi izin Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) II Obligasi Tahun 2018 dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Total izin yang dikantongi mencapai Rp3 triliun. Penerbitan obligasi itu akan dilakukan secara bertahap pada 2018 dan 2019. Tahap pertama, PTPP akan mengemisi PUB Obligasi dengan senilai Rp1,5 triliun pada semester I 2018.
Kementerian Keuangan
Kemenkeu akan pemantauan kondisi neraca keuangan dan likuiditas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor konstruksi dan ketenagalistrikan secara berkala.
Pemantauan dilakukan setelah lembaga pemeringkat utang internasional, yakni Standard & Poor's (S&P) menyoroti kinerja neraca keuangan BUMN konstruksi dan listrik setelah mendapatkan penugasan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemantauan dilakukan pemerintah sebagai upaya memastikan bahwa pelaksanaan penugasan yang diberikan kepada BUMN tetap dalam koridor dan tidak mengganggu keuangan BUMN. Pemantauan berkala juga dilakukan sebagai upaya mitigasi risiko gagal bayar utang.
"Tidak hanya oleh Kementerian Keuangan, pemantauan juga dilakukan bersama Kementerian BUMN dan kementerian/lembaga lain," katanya.
PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN)
Emiten dengan kode sahm BORN akhirnya merilis laporan kinerja keuangannya. Namun perusahaan hanya merilis laporan kinerja keuangan periode 2014. Berdasarkan laporan tersebut, BORN mencatat pendapatan US$85,34 juta. Angka tersebut anjlok 71 persen dibanding 2013 yang sebesar US$299,29 juta.
Beban pokok BORN turun 21 persen menjadi US$372,34 juta. Tapi, jumlah ini masih sekitar empat kali lipat lebih besar ketimbang pendapatan BORN. Alhasil, perusahaan ini mencatat rugi kotor US$286,85 juta. Kerugian kotor BORN naik 68 persen dari sebelumnya US$171,83 juta.
PT Link Net Tbk (LINK)
Perseroan menargetkan kenaikan pendapatan 13 - 14 persen sepanjang tahun ini. Target itu di bawah realisasi pendapatan tahun lalu. Tahun 2017, Link Net membukukan pendapatan Rp3,39 triliun atau melonjak 14,92 persen year on year (yoy). Sumber pendapatan utama perusahaan ini adalah biaya berlangganan dari layanan broadband internet dan jaringan Rp1,92 triliun.
Link Net sengaja mematok target lebih kecil ketimbang tahun lalu. Alasannya, menyesuaikan dengan kondisi ekonomi saat ini. "Target saat ini dianggap yang sangat realistis, walaupun kami tetap akan tetap mendorong melebihi target itu," tutur Timotius Sulaiman, Chief Financial Officer Link Net. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.