Menilik Performa 3 Reasuransi di Tahun 2016
RBC Ketiga perusahaan cenderung menurun di tahun lalu disebabkan meningkatnya beban klaim bruto
RBC Ketiga perusahaan cenderung menurun di tahun lalu disebabkan meningkatnya beban klaim bruto
Bareksa.com – Memasuki umur 30 tahun, PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugu Re) mempublikasikan kinerjanya sepanjang tahun 2016. Perusahaan reasuransi yang telah berdiri sejak tahun 1987 ini berhasil membukukan kinerja yang cukup baik dibandingkan dengan perusahaan reasuransi lainnya.
Pada Laporan Keuangan Auditan yang telah diaudit oleh PWC dan telah dipublikasikan, Tugu Re berhasil mencatatkan pertumbuhan premi bruto sebesar Rp2,25 triliun atau naik sebesar 33,3 persen dibandingkan dengan tahun lalu, hasil underwriting sebesar Rpp248,5 miliar atau naik 25,7 persen dibandingkan dengan tahun lalu, adapun laba bersih Tugu Re tercatat sebesar Rp192,7 miliar atau naik 1,4 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Peningkatan tersebut cukup memuaskan karena berhasil melampaui perusahaan reasuransi lain seperti PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. (Marein) yang mencatatkan pertumbuhan premi bruto sebesar 26 persen dibandingkan dengan tahun lalu, hasil underwriting Marein justru turun 16,8 persen dibandingkan dengan tahun lalu, sementara laba bersih naik 7,6 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Promo Terbaru di Bareksa
Kinerja Tugu Re juga berhasil mendekati holding reasuransi milik pemerintah yang baru terbentuk pada pertengahan tahun 2016 yakni PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Reindo, yang membukukan peningkatan premi bruto sebesar 35,3 persen dibanding tahun lalu, peningkatan hasil underwriting 84,8 persen dibandingakan dengan tahun lalu, dan peningkatan laba bersih sebesar 23,7 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Sebagai catatan, Reindo merupakan gabungan dari 4 reasuransi yang sebelumnya terbentuk sehingga sangat wajar apabila dari segi pertumbuhan total aset saja di sepanjang tahun 2016 telah bertumbuh 60 persen menjadi Rp7,15 triliun. Di sisi lain, pertumbuhan total aset Tugu Re yang naik sekitar 23 persen menjadi Rp2,7 triliun terbilang bagus mengingat pertumbuhan total aset Tugu Re terbilang organik atau bertumbuh dengan sendirinya dan tanpa adanya penggabungan dari aset atau kantor lain.
Grafik : Perbandingan Premi Bruto dan RBC di 2016
Sumber : Laporan Keuangan
Namun pada tahun 2016, Tugu Re mengalami penurunan nilai Risk Based Capital (RBC), walaupun masih jauh dari batas minimal yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). RBC merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi dengan membandingkan antara jumlah asset perusahaan dengan jumlah total klaim asuransi.
Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh OJK mewajibkan bahwa setiap perusahaan asuransi memiliki rasio RBC minimal 120 persen yang berarti apabila seluruh nasabah mengajukan klaim maka perusahaan asuransi dapat memenuhi seluruh kewajibannya dan masih mempunyai cadangan sebesar 20 persen.
RBC Tugu Re pada 2016 turun menjadi 166,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 183,3 persen, padahal Tugu Re berhasil mencatat kenaikan total aset sepanjang 2016 sebesar 22,7 persen menjadi Rp2,7 triliun. Penurunan RBC terjadi karena beban klaim bruto mengalami kenaikan 23 persen menjadi Rp860,4 miliar. Hal serupa juga terjadi pada Marein yang mencatatkan penurunan RBC menjadi 242,2 persen dibanding tahun sebelumnya 296,3 persen. Tahun lalu, kenaikan beban klaim bruto Marein tercatat sebesar 35 persen menjadi Rp820 miliar.
Direktur Keuangan Tugu Re Dradjat Irwansyah mengatakan kinerja yang lebih baik diharapkan bisa dicapai di tahun ini. Dia mengungkapkan, sepanjang 2017 perseroan menargetkan bisa membukukan premi sebesar Rp3,1 triliun atau tumbuh sekitar 37 persen jika dibandingkan capaian tahun lalu. Selain itu, Tugu Re juga menargetkan perolehan laba pada tahun ini bisa mencapai Rp220 miliar atau tumbuh 14,5 persen jika dibandingkan capaian pada tahun lalu.
Untuk mencapai target tersebut, perseroan berencana meminta suntikan modal dari para pemegang saham. Menurutnya, suntikan modal diperlukan untuk meningkatkan ekuitas perusahaan yang saat ini masih berada di bawah Rp1 triliun. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.