Berita Hari Ini : OJK Siap Perpanjang Restrukturisasi Kredit, Kekebalan Kilau Emas Diuji
Obligasi topang reksadana campuran, OJK Cabut Izin 39 Asuransi & Reasuransi, Danareksa pangkas 36 karyawan
Obligasi topang reksadana campuran, OJK Cabut Izin 39 Asuransi & Reasuransi, Danareksa pangkas 36 karyawan
Bareksa.com - Berikut adalah perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 28 September 2020 :
Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuka peluang perpanjangan pelonggaran atau restrukturisasi kredit bagi debitur yang terdampak pandemi Covid-19 hingga 2022. Diketahui, saat ini periode program restrukturisasi kredit akan berakhir pada Februari 2021.
Promo Terbaru di Bareksa
"Ini kami lagi siap-siap, kalau perlu kami perpanjang satu tahun lagi bukan Februari tahun depan, kami perpanjang satu tahun lagi sampai 2022. Tidak ada masalah, kami siap lakukan itu," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dalam Diskusi bertajuk 'Pemulihan Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi', Minggu (27/9) dilansir CNN Indonesia.
Pertimbangannya adalah kondisi debitur yang belum sepenuhnya pulih di tengah pandemi. Melalui restrukturisasi kredit itu, kata Wimboh, status kredit menjadi lancar sehingga perbankan tidak diharuskan menyiapkan cadangan sekaligus bisa menekan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL). "Bahkan sekarang kalau ada nasabah sudah direstrukturisasi dan hanya 6 bulan sudah jatuh tempo. Ya kalau memang nasabah minta diperpanjang, diperpanjang silakan. Tidak usah minta persetujuan OJK silahkan langsung perpanjang," katanya.
Restrukturisasi kredit diatur melalui peraturan OJK (POJK) 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical. Wimboh menuturkan perbankan nasional telah memberikan keringanan kredit kepada 7,38 juta nasabah hingga 7 September 2020. Nilai kredit yang diberikan keringanan Rp878,57 triliun.
"Restrukturisasi ini cerminan seberapa besar nasabah itu terkontaminasi dari dampak Covid-19. Kalau dari persentase total kredit sekitar 20-25 persen dari kredit sekitar Rp5.000 triliun," paparnya.
Restrukturisasi kredit diberikan kepada 5,82 juta nasabah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan nilai Rp359,11 triliun. Kemudian, untuk nasabah non-UMKM yang sudah diberikan restrukturisasi sebanyak 1,44 juta dengan nilai Rp519,46 triliun. Selain bank, sebanyak 182 perusahaan pembiayaan telah memberikan restrukturisasi sebesar Rp168,77 triliun atas 4,58 juta kontrak per 22 September 2020. Tercatat jumlah permohonan restrukturisasi mencapai 5,20 juta kontrak.
Asuransi dan Reasuransi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan pengawasan terhadap perusahaan asuransi. Pengawas Eksekutif OJK Rianto menyatakan sejak 2006 hingga 2019, regulator telah membubarkan 39 perusahaan asuransi dan reasuransi. Rinciannya 25 asuransi umum, 13 asuransi jiwa, dan 1 reasuransi. Pencabutan izin itu berkaitan dengan kesehatan keuangan dan penggabungan usaha.
“Berdasarkan data, diketahui sebagian besar pencabutan izin usaha karena kesehatan keuangan perusahaan. Kondisi ini menunjukkan GCG (good corporate governance) perusahaan adalah bagian yang harus menjadi perhatian utama perusahaan agar terus mampu tumbuh dan berkembang,” ujar Rianto secara daring pada pekan lalu dilansir Kontan.
Menurut Rianto, tata kelolaan asuransi menjadi kunci utama bagi perusahaan menjalankan bisnis. OJK akan memantau kesehatan perusahaan yang tecermin dari RBC maupun modal inti. Bila tidak sesuai ketentuan, regulator akan melakukan berbagai pendapatan agar memenuhinya. Pencabutan izin usaha akan ditempuh oleh OJK, bila tidak mau memenuhi aturan yang berlaku.
“Saat ini, perusahaan asuransi yang dikategorikan punya masalah keuangan, ini diupayakan supaya jadi sehat, dengan masuk pada pengawasan khusus di pengawasan OJK IKNB (industri keuangan non-bank),” pungkas Rianto.
Harga Emas
Dalam beberapa perdagangan terakhir kilau emas tampak tak begitu mengilap lagi dibandingkan dengan masa kejayaannya pada periode Maret hingga Agustus 2020.Namun, apakah masa kilau emas benar sudah kadaluarsa untuk tahun ini?
Dilansir Bisnis,com,pada pekan lalu emas dan logam mulia lainnya membukukan kinerja mingguan terburuk sejak Maret 2020 ketika serangan pandemi Covid-19 menyerbu dunia dan membuat pasar panik dan berpihak kepada dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot telah merosot hingga 4,6 persen pada pekan ini hingga ditutup di level US$1.861,58 per troy ounce, meninggalkan level support kuatnya di US$1.900 per troy ounce.
Sementara itu, untuk harga emas berjangka kontrak teraktif di bursa Comex, Desember 2020, berada di level US$1.866,3 per troy ounce, melemah 0,56 persen pada penutupan perdagangan Jumat (25/9/2020).
Analis ED&F Man Capital Markets di New York Edward Meir mengatakan emas melemah karena aksi likuidasi oleh investor setelah logam mulia itu mengalami reli panjang yang membawa emas menyentuh level tertinggi sepanjang masa di US$2.000 per troy ounce. “Selain itu, emas juga tertekan kekuatan indeks dolar, yang berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar dalam hampir enam bulan perdagangan terakhir,” ujar Meir dikutip Bloomberg, Ahad (27/9/2020).
Dolar AS naik karena kekhawatiran pasar atas prospek pertumbuhan ekonomi global yang mendorong daya tarik mata uang itu sebagai tempat berlindung seperti yang terjadi pada medio Maret lalu, melemahkan permintaan emas. Keyakinan ‘Cash is The King’ dikhawatirkan kembali menyelimuti investor seiring dengan kasus positif Covid 19 yang meningkat, terutama di Eropa, sehingga berpotensi menyebabkan lebih banyak negara kembali menerapkan lockdown dan merusak prospek pemulihan.
Padahal, indeks tersebut telah turun lebih dari 10 persen dari level tertinggi Maret ke level terendah tahun ini pada September, karena hedge fund semakin berubah menjadi bearish pada dolar AS dalam beberapa bulan terakhir. Adapun, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat hingga 2 persen sepanjang pekan lalu, menjadi kinerja mingguan terbaik sejak April 2020.
Reksadana
Kinerja kelas aset pendapatan tetap tahun ini menjadi kompensasi atas kejatuhan harga saham dalam produk reksadana campuran. Tak seperti kinerja indeks reksadana saham yang mengikuti keterpurukan IHSG sejak awal tahun, penurunan kinerja indeks reksadana campuran terpantau lebih terbatas.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja reksadana campuran mendapat topangan dari kinerja salah satu aset dasar penyusunnya yaitu obligasi yang tengah menikmati tren suku bunga rendah. “Kalau tidak ada obligasi, mungkin [kinerja indeks reksa dana campuran] lebih dari minus 20 persen, seperti reksadana saham,” kata Wawan dilanir Bisnis (25/9/2020).
Berdasarkan data Infovesta Utama per 18 September 2020, kinerja indeks reksadana campuran tercatat minus 11,11 persen atau lebih baik ketimbang kinerja yang dicetak indeks reksadana saham yang minus 23,94 persen.
Kendati demikian, kinerja indeks reksadana campuran masih lebih rendah dibandingkan kinerja indeks reksadana pendapatan tetap 4,46 persen dan indeks reksadana pasar uang 3,35 persen. Kinerja obligasi pemerintah pada tahun ini memang belum sebaik sebelum pandemi karena investor nonresiden terus membutukan jual bersih atau net sell.
Walaupun suku bunga sudah diturunkan menjadi 4 persen, yield obligasi tenor 10 tahun terpantau berada di level yang sama ketika suku bunga 5 persen. Yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun bahkan sempat mendekati level 7 persen baru-baru ini yang menandakan terjadi penurunan harga obligasi pemerintah secara signifikan.
Wawan menyebut obligasi pemerintah ritel yang digandrungi masyarakat belakangan ini turut mencuri perhatian para manajer investasi demi mendapatkan return produk reksadana yang lebih moncer. “Lelang FR memang tipis tapi kalau Sukuk Ritel (SR) maupun Obligasi Negara Ritel (ORI) malah rekor ya permintaannya, lebih dari Rp20 triliun atau jauh di atas target,” imbuh Wawan.
Hal itu, lanjut Wawan, memperlihatkan kebutuhan investor terutama dari kalangan ritel atas investasi yang dipandang aman dan menguntungkan lewat obligasi negara masih sangat besar ketika bunga deposito kian turun. Adapun, reksadana dan obligasi ritel dinilai tidak bersaing satu sama lain karena beberapa manajer investasi juga menggunakan obligasi ritel untuk underlying asset produk reksadana.
“Malah reksadana sekarang banyak yang isinya ORI. Di pasar sekunder, banyak sekali reksa dana yang memburu ORI karena cashflow bulanan itu menarik sekali,” ujar Wawan. Seperti diketahui, pembayaran kupon obligasi ritel dilakukan setiap bulan sementara obligasi negara berjenis FR (fixed rate) diberikan sekali dalam enam bulan. Wawan pun tetap merekomendasikan reksadana campuran untuk investor yang memiliki horison waktu investasi 3-5 tahun.
Danareksa Sekuritas
PT Danareksa Sekuritas melakukan efisiensi tenaga kerja sebanyak 36 orang karyawan per Kamis, 24 September 2020. Berdasarkan keterangan resmi perseroan yang dilansir Bisnis (26/9/2020), keputusan pemangkasan 36 karyawan tersebut dilakukan dengan beberapa pertimbangan.
Pertama, efisiensi merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kinerja keuangan perusahaan yang kurang favorable.
Kedua, perusahaan beralasan perubahan fokus bisnis menjadi retail brokerage juga berpengaruh pada kebutuhan tenaga kerja perusahaan.
Ketiga, sejalan dengan perkembangan era digital saat ini serta keadaan pandemi yang mengubah tren konsumen, DS akan mengoptimalkan kinerja perusahaan dengan melakukan digitalisasi pada berbagai fungsi kerja.
“Hal ini berpengaruh terhadap jumlah kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan,” demikian seperti yang tertulis dalam surat keterangan resminya.
Keempat, penyesuaian struktur organisasi sebagai respons atas perkembangan ekonomi dan bisnis saat ini dinilai menyebabkan perubahan kebutuhan tenaga kerja.
(*)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.