WAWANCARA Direktur BEI: "Untuk IPO, Minimal Nilai Aset Perusahaan Startup Rp5 M"
"Masalahnya, dari 100 perusahaan startup biasanya yang mati 90 di tahap awal,"
"Masalahnya, dari 100 perusahaan startup biasanya yang mati 90 di tahap awal,"
Bareksa.com - Saat ini Indonesia memiliki 282 juta pelanggan telepon seluler dan 100 juta pengguna internet. Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Data e-commerce pun menunjukkan lonjakan yang signifikan jika dibandingkan negara lain di ASEAN. Pada tahun 2014, transaksi e-commerce di Indonesia berada di kisaran US$12 miliar. Dibandingkan tahun sebelumnya, angka ini melonjak 150 persen. Karena itulah, pemerintah bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang menggodok skema baru yang akan membuka peluang bagi perusahaan rintisan digital (startup) untuk melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offerings, IPO).
Untuk mendalami hal itu, Bareksa mewawancarai Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat, pada Rabu kemarin. Berikut kutipan wawancara dengannya.
Mengenai rencana IPO perusahaan startup bagaimana perkembangannya?
Promo Terbaru di Bareksa
Kami sudah formulasikan business model-nya. Namun faktanya seperti ini: startup company itu dari 100 biasanya sekitar 90 mati di tahap awal. Dari 10 persen tersebut 75 persen di antaranya waktu hidupnya paling hanya 1-1,5 tahun saja. Itu juga dengan catatan sudah banyak investor masuk ke dalamnya.
Perusahaan startup yang mungkin bisa IPO itu paling hanya kelompok yang 2,5 persen itu. Karena itu kami tidak mungkin memfasilitasi sejak awal untuk semua startup. Kelompok 2,5 persen ini kami coba masukkan karena sudah ada perusahaannya, sudah ada investornya, dan juga sudah ada neraca keuangannya. Kami akan coba fasilitasi dan membuat mereka supaya tercatat di Bursa.
Bagaimana memfasilitasinya?
Kami akan bantu memberikan penjelasan bagaimana prospek ke depan, masalah pembiayaan, sponsornya, dan kami daftarkan di Bursa. Kalau mereka ingin melakukan IPO, kami akan buat beberapa kemudahan, karena mereka sudah terdaftar di kami, walaupun belum menjadi public company. Kalau perusahaan startup mau IPO, kami akan buatkan beberapa kemudahan.
Selain itu, para investor yang masuk ke startup company pada tahap awal kan bertujuan agar bisa exit dan mendapatkan keuntungan. Harapan mereka, investor lain sudah bisa melihat bagaimana bagusnya perusahaan tersebut dan bersedia menggantikan posisi mereka. Misalkan saya adalah investor awal, saya ingin bisa exit setelah ada investor lain yang mau masuk atau melalui IPO. Sekarang, kebanyakan investor di perusahaan-perusahaan startup bingung bagaimana cara mereka exit. Kalau misalkan aplikasinya sudah terpakai di mana-mana, mungkin tidak jadi masalah. Namun, kenyataannya sedikit sekali yang bisa hidup sampai di sana.
Bagaimana ketentuan nilai aset untuk startup yang ingin IPO, apa ada aturan khusus?
Belum dibahas sampai di sana. Sekarang mengikuti aturan yang ada saja. Nanti mereka yang mau IPO kami pertemukan dengan investornya, dan akan diberikan kemudahan oleh OJK atau BEI.
Jadi, nilai aset minimal untuk startup tetap harus Rp5 miliar?
Kalau berdasarkan aturan Bursa kan nilai net tangible asset itu memang minimal Rp5 miliar. Angka ini termasuk sangat kecil, karena perusahaan yang punya satu unit ruko di Jakarta saja sudah bisa IPO, karena harga satu unit ruko di Jakarta sekarang sudah Rp5 miliar. Ketentuan yang sekarang sudah kecil sekali. Ruko di Blok M saja sudah Rp15 miliar. Mau seperti apa lagi? Masa iya kalau startup nilainya dijadikan cuma Rp1 juta.
Perusahaan startup di Indonesia nyaris belum ada yang IPO. Kenapa?
Karena mereka tidak mau. IPO ini kan bukan perubahan sederhana tetapi ini proses fundamental. Bagi perusahaan kecil, yang penting itu bagaimana bertahan hidup.
Akan ada aturan khusus untuk IPO perusahaan startup?
Nanti akan dirumuskan apa yang bisa kami fasilitasi untuk perusahaan-perusahaan startup yang sudah register namun belum IPO. Itu yang sedang dipikirkan, mengenai kemudahan-kemudahan apa saja yang bisa diberikan dibandingkan aturan yang ada sekarang.
Benarkah Bhinneka.com akan segera IPO?
Belum ketemu saya, mungkin sama staf saya sudah.
Soal valuasi, bagaimana cara menghitungnya?
Valuasi startup berbeda dengan perusahaan konvensional. Untuk menghitung valuasinya, kadang perusahan startup belum punya revenue, belum punya laba. Tapi, mereka menghitung valuasi berdasarkan proyeksi bahwa perusahaan ini punya harapan bagus ke depan dan karena itu harus divaluasi sekian.
Kalau perusahaan konvensional kan kita menghitung dari pendapatannya, nilai buku, lalu nanti ada PER-nya (Price-Earnings Ratio) berapa, apakah 5 atau 6 kali, misalnya.
Tapi kalau perusahaan startup kan belum bisa dihitung begitu. Saya saja pusing karena laporan keuangannya belum ada, tapi katanya trafiknya bagus, pengikutnya banyak, subscriber-nya banyak sampai 20 juta. Bagi sebagian orang itu memang bisa dimengerti. Saya juga bisa mengerti kalau perusahaan seperti itu OK. Punya 20 juta followers itu kan sangat berharga karena bisa menyebarkan informasi dengan sangat cepat. Tetapi masalahnya, kalau menurut ukuran kami di Bursa sekarang, hal seperti itu tidak punya nilai apa-apa. (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.