BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Pendapatan Blue Bird Rp4 Triliun, Keuntungan Express Tertinggi di Asia Pasifik

Bareksa23 Maret 2016
Tags:
Pendapatan Blue Bird Rp4 Triliun, Keuntungan Express Tertinggi di Asia Pasifik
Puluhan sopir taksi memarkir kendaraan mereka saat melakukan unjukrasa di kantor Dishubkominfo Provinsi NTB di Mataram, 23 Maret 201. Puluhan sopir taksi dari perwakilan sejumlah operator taksi diantaranya Rangga Taksi, Blue Bird, Lombok Expres dan Kotasi menolak taksi Grab dan Uber beroperasi di NTB (Antara Foto/Ahmad Subaidi)

Marjin laba operasional Blue Bird pada tahun 2014 mencapai 35%, sementara Express Transindo Utama 58%.

Bareksa.com - Ribuan pengemudi taksi dan juga angkutan umum lainnya pada Selasa kemarin, 22 Maret 2016, mengelar demonstrasi besar-besaran. Dalam unjuk rasa yang sudah berlangsung ketiga kalinya pada tahun ini, mereka kembali menuntut pemerintah melarang angkutan berbasis aplikasi online, seperti GrabCar dan Uber. Mereka dianggap memicu perang tarif yang tidak adil dan menyulitkan pengemudi taksi konvensional mendapat pelanggan.

Taksi konvensional selama ini diwajibkan memenuhi sejumlah persyaratan sebagaimana diatur dalam UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ), sebelum bisa mengaspal, di antaranya melakukan uji laik jalan, KIR, dan sebagainya. Sementara, taksi berbasis aplikasi online bisa melenggang dengan bebasnya. Hal ini dianggap tidak adil, serta memberatkan biaya operasional dan membuat taksi konvensional merugi.

Benarkah begitu? Analis Bareksa mencoba menyusuri datanya.

Berdasarkan data laporan keuangan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) kuartal III 2015, beban operasional paling besar yang ditanggung perusahaan adalah gaji dan tunjangan senilai Rp94 miliar, beban perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp56 miliar, serta bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp54 miliar. Adapun untuk uji KIR dan perizinan operasi, Express hanya perlu membayar Rp12,8 miliar pada 2014 untuk sekitar 11 ribu armada yang mereka miliki. Nilai tersebut hanya sebesar 2,6 persen dari total beban langsung yang ditanggung perseroan.

Promo Terbaru di Bareksa

Hal yang sama juga terjadi pada PT Blue Bird Tbk (BIRD), di mana gaji dan tunjungan pengemudi mencapai Rp1,19 triliun, BBM Rp839 miliar, dan pemeliharaan Rp164 miliar. Untuk uji KIR, perusahaan hanya mengeluarkan dana Rp42 miliar untuk sekitar 25 ribu armada mereka, atau hanya 1,5 persen dari total beban langsung yang ditanggung perseroan.

Yang lebih menarik lagi, perusahaan taksi konvensional di Indonesia ternyata mampu menyisihkan keuntungan operasional yang cukup besar, yakni 30-50 persen dari total pendapatan. Nilai tersebut cukup tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di kawasan Asia Pasifik. Marjin laba operasional Blue Bird pada 2014 mencapai 35 persen, sementara Express 58 persen. Nilai tersebut di atas marjin laba kotor rata-rata perusahaan taksi di kawasan Asia Pasifik yang berada kisaran 29 persen.

Grafik: Marjin EBITDA Perusahaan Taksi Asia Pasifik

Illustration
Sumber: Perusahaan, diolah Bareksa

Comfortdelgro Corp Ltd. yang beroperasi di Singapura dengan merek Comfort Taxi hanya membukukan marjin laba usaha sebelum penyusutan sebesar 20 persen. Sementara Daiichi Koutsu Sangyo Co. Ltd. asal Jepang hanya 12 persen. Bahkan, marjin Blue Bird hanya mampu disaingi oleh perusahaan taksi yang beroperasi di Australia, yakni Cabcharge Australia Ltd., sebesar 36 persen.

Masih terus untung

Sementara itu, impak persaingan dengan transportasi berbasis aplikasi online juga belum terlihat menggerus pendapatan perusahaan taksi. Express sampai dengan 30 September 2015 (laporan keuangan kuartal III) masih mampu meraih pendapatan sebesar Rp721 miliar, atau naik 12,6 persen dari September 2014 sebelum kemunculan aplikasi transportasi online sekitar Januari 2015.

Yang mempengaruhi kinerja Express adalah berhentinya sejumlah pengemudi mereka untuk beralih menjadi pengemudi transportasi dengan aplikasi online. Express menggunakan skema kemitraan dengan pengemudi di mana perusahaan memberikan kredit mobil operasional taksi sehingga setelah 6-7 tahun mobil tersebut bisa dimiliki pengemudi. Akibat dari banyaknya pengemudi yang berhenti, tagihan kredit mobil pun jadi tersendat. (Baca juga: Direktur TAXI "Express" Akui Banyak Sopir Alih Profesi Jadi Pengojek Online).

Grafik: Pendapatan & Laba Bersih Express

Illustration
Sumber: Laporan keuangan perusahaan

Soal turunnya laba Express secara drastis pada tahun 2015, lebih disebabkan adanya lonjakan beban penyusutan armada hingga 21,2 persen menjadi Rp200 miliar. Gaji dan tunjangan juga ikut naik 30 persen menjadi Rp95 miliar, dari sebelumnya Rp73 miliar. Kenaikan ini menunjukkan besarnya tambahan armada TAXI di tahun sebelumnya, yang beban penyusutannya baru muncul pada 2015. (Baca juga: Bersaing Dengan "Ojek Online", Laba TAXI Anjlok 90%?)

Selain itu, beban bunga yang harus dibayar Express juga meningkat 53,6 persen menjadi Rp149 miliar dari sebelumnya Rp97 miliar. Hal ini terjadi akibat penerbitan utang pada tahun 2014, di antaranya obligasi senilai Rp1 triliun dengan tingkat bunga 12,25 persen per tahun.

Begitu pula halnya dengan Blue Bird. Persaingan dengan transportasi berbasis aplikasi online juga tidak terlihat menggerus pendapatan BIRD. Pada September 2015, perusahaan mampu meraih pendapatan sebesar Rp4,03 triliun atau tumbuh 17,2 persen dari September 2014 sebesar Rp3,44 triliun.

Grafik: Pendapatan & Laba Bersih Blue Bird

Illustration

Sumber: Laporan keuangan perusahaan

Terlebih dalam aktivitas operasinya, 99,8 persen kas Blue Bird diperoleh secara langsung dari pelanggan melalui pembelian voucher taksi. Sementara penerimaan kas dari setoran langsung pengemudi tidak sampai 1 persen dari total kas yang diterima dari kegiatan operasional taksi. Walhasil, laba bersih Blue Bird sampai September 2015 tercatat sebesar Rp625 miliar, atau tumbuh 16 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp537 miliar. (kd)

* * *

Tertarik berinvestasi reksa dana di Bareksa?

Daftar jadi nasabah, klik tautan ini

- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua