Industri Telekomunikasi Seluler di Indonesia Dirampingkan, Apakah Masih Cerah?
CIMB dan Macquarie tetap berpandangan positif pada industri telekomunikasi Indonesia di tahun ini
CIMB dan Macquarie tetap berpandangan positif pada industri telekomunikasi Indonesia di tahun ini
Bareksa.com – Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara beberapa waktu lalu dalam wawancaranya dengan Bloomberg menyebutkan akan mencabut izin operasi beberapa perusahaan operator seluler karena tidak efisien. (Baca juga: Konsolidasi Operator Seluler Ditambah Kerjasama Jaringan, Untungkan Indosat & XL).
Saat ini di Indonesia ada tujuh operator seluler, yaitu PT Hutchison 3 Indonesia (Tri), PT XL Axiata (EXCL), PT Indosat Ooredoo (ISAT), PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT. Smartfren dan PT Bakrie Telecom. Namun, sekitar 80 persen dikuasai oleh tiga operator besar sehingga operator yang lebih kecil enggan membangun infrastruktur telekomunikasi.
Pada 2019, Rudiantara menargetkan hanya ada empat operator seluler dari yang beroperasi saat ini. Artinya beberapa operator diperkirakan akan melakukan penggabungan usaha (merger) atau keluar dari industri. Padahal pertumbuhan industri telekomunikasi Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut CIMB dalam laporan risetnya kepada nasabah, pendapatan industri layanan seluler Indonesia diperkirakan masih dapat bertumbuh 9.9 persen pada 2016. Hal ini didukung oleh pertumbuhan penggunaan data.
Grafik: Pertumbuhan Layanan Selular Indonesia dan Pertumbuhan Data (%)
*estimasi
Sumber: CIMB, Bareksa
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan penggunaan data selalu berada di atas 25 persen. Pertumbuhan data diperkirakan masih dapat melaju 29 persen dengan diperkenalkannya 4G LTE. Selain itu masih rendahnya penetrasi smartphone, di mana pada 2014 masih tercatat sebesar 28,2 persen, juga dapat menjadi potensi.
Grafik: Penetrasi Smartphone (%)
Sumber: CIMB, Bareksa
CIMB dalam laporan risetnya juga menyebutkan posisi tiga operator besar tidak akan mudah untuk digoyahkan. PT Hutchison 3 Indonesia yang menempati posisi keempat operator dengan pendapatan terbesar juga diperkirakan tidak akan terlalu agresif dalam merebut pangsa pasar.
Namun yang perlu dicatat adalah apabila target Rudiantara merampingkan operator seluler menjadi empat perusahaan terlaksana, Smartfren sebagai operator selular yang menempati posisi kelima berpotensi harus mencari cara untuk melakukan penggabungan usaha jika tidak ingin keluar dari industri telekomunikasi. Demikian juga dengan Bakrie Telecom dan Sampoerna Telekomunikasi.
Kinerja Tiga Operator Selular Terbesar
Meskipun tercatat sebagai operator selular terbesar, hanya Telkomsel yang membukukan laba bersih pada kuartal III-2015. ISAT dan EXCL harus membukukan kerugian akibat selisih kurs. Namun, dua sekuritas asing yaitu CIMB dan Macquarie tetap berpandangan positif pada industri telekomunikasi Indonesia pada tahun ini.
Grafik: Kinerja Keuangan Telkomsel, ISAT dan EXCL
Sumber: IDX, Bareksa.com
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.