Seminggu Rupiah Naik Tinggi, Wajarkah?
BI sudah berulang kali mengatakan rupiah sudah jatuh terlalu dalam dibanding fundamental ekonomi Indonesia.
BI sudah berulang kali mengatakan rupiah sudah jatuh terlalu dalam dibanding fundamental ekonomi Indonesia.
Bareksa.com - Rupiah dan juga Ringgit Malaysia mengalami kenaikan tertinggi dalam seminggu sejak 2001 dan 1998. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah sudah menguat hampir 9,5 persen pada minggu ini, sedangkan Ringgit malaysia naik 2,9 persen pada perdagangan Jumat (9/10) atau naik 7,3 persen semenjak 2 Oktober.
Sebelumnya Ringgit Malaysia anjlok 14 persen dan Rupiah terjungkal 9 persen sejak kuartal lalu. Bursa Malaysia (KLCI) juga mengalami kenaikan 5 persen pada minggu ini dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) naik 9,4 persen.
Pembelian oleh asing di BEI mencapai $148 juta dalam empat hari pertama minggu ini. Angka ini merupakan inflow terbesar semenjak April 2015.
Promo Terbaru di Bareksa
Pergerakan Rupiah Sejak Agustus 2015
Sumber: Bareksa
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengungkapkan setidaknya ada dua penyebab penguatan rupiah pagi hari ini.
“Pertama, ini dampak langsung dari pengumuman hasil rapat Dewan Gubernur The Fed (minutes of meeting) Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa anggota The Fed masih ragu terhadap perkembangan ekonomi global,” katanya dalam siaran pers, Jumat, 9 Oktober 2015.
Hal itu dikhawatirkan berdampak pada ekonomi AS. Data domestik AS seperti non-farm payroll (data penggajian Tenaga Kerja AS non-sektor pertanian) juga di bawah harapan.
Ini berimbas pada pandangan pasar bahwa The Fed tidak akan menaikkan Fed Fund Rate dalam waktu dekat. Pandangan ini membuat para investor mulai melepas dolar Amerika.
“Kita lihat, penguatan terhadap dolar AS tidak hanya dialami oleh Rupiah, tapi juga mata uang kawasan. Ringgit Malaysia pada hari ini juga menguat signifikan,” ujarnya.
Tirta mengatakan sisi domestik juga berpengaruh. Para investor memandang positif dirilisnya Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Tahap III dan juga Paket Kebijakan Bank Indonesia.
Investor semakin yakin bahwa dua kebijakan ini bisa memperkuat stabilitas ekonomi dalam negeri, termasuk menstabilkan Rupiah. Ia juga menilai penguatan yang terjadi masih wajar, apalagi selama ini pelemahan Rupiah juga cukup dalam.
BI sudah berulang kali mengatakan rupiah sudah jatuh terlalu dalam dibanding fundamental ekonomi Indonesia. “Rupiah masih memiliki ruang untuk menguat, dan daya saingnya masih terjaga,” katanya.
Penguatan Rupiah, menurut dia, juga masih mendukung ekspor manufaktur dan tingkat inflasi yang wajar sesuai proyeksi BI.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.