IMF: Dorong Potensi, Indonesia Harus Kembangkan 3 Hal
Managing Director IMF Christine Lagarde menilai Indonesia tidak boleh bergantung pada komoditas saja
Managing Director IMF Christine Lagarde menilai Indonesia tidak boleh bergantung pada komoditas saja
Bareksa.com - Dana Moneter Internasional (IMF) menilai Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi besar untuk menarik investasi dan perdagangan. Potensi tersebut dapat diraih bila Indonesia dapat mengembangkan tiga hal penting: infrastruktur, investasi dan jasa.
Managing Director IMF Christine Lagarde mengatakan Indonesia tidak boleh hanya bergantung pada ekspor komoditas dan pasar domestik saja. Ada pasar baru yang dapat dimasuki, yaitu regional dan global. Ada sekitar 1,5 miliar konsumen dari kelas menengah di dunia ini dalam beberapa tahun ke depan.
Pasar yang besar itu dapat ditaklukan dengan memperbesar potensi ekonomi, yaitu manufaktur, perkebunan dan jasa. "Dengan kata lain, pikirkan tiga wilayah ini: infrastruktur, investasi dan perdagangan," ujar Lagarde dalam pidatonya di depan mahasiswa Universitas Indonesia di Depok, Selasa (1/9/2015).
Promo Terbaru di Bareksa
Pertama, berkaitan dengan infrastruktur, Indonesia merupakan negara yang terdiri atas sekitar 17.000 pulau. Oleh sebab itu, infrastruktur moderen dan efisien sangat penting untuk menghubungkan orang dan pasar, baik di dalam negeri maupun dengan negara lain di dunia.
Namun, kesenjangan infrastruktur Indonesia masih besar dibanding negara tetangga, terutama berkaitan dengan pembangkit listrik dan transportasi. Contohnya, biaya logistik Indonesia masih tinggi, mencapai 24 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh dibanding Malaysia yang hanya 13 persen.
Lantaran perbedaan biaya transportasi ini, harga komoditas dasar bisa mencapai 20 kali lebih mahal di Kawasan Timur, dibanding harga di Pulau Jawa. Pada saat bersamaan, tingkat elektrifikasi baru sekitar 80 persen. Padahal di negara tetangga sudah mencakup seluruh wilayah.
Lembaga keuangan internasional itu juga menilai kebijakan Presiden Joko Widodo untuk mendorong infrastruktur sebagai prioritas sudah benar. Dalam empat tahun ke depan, anggaran infrastruktur akan meningkat sekitar 8 persen per tahunnya.
Dalam APBNP-2015, anggaran infrastruktur jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Anggaran ini meningkat sekitar 52 persen dibandingkan dengan APBN 2015 yang dibuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di akhir masa jabatannya, yakni senilai Rp189,7 triliun.
Berdasarkan pada APBN yang diolah Bareksa.com, tahun ini juga pertama kalinya anggaran untuk infrastruktur melebihi subsidi energi. Angka subsidi dipangkas lebih dalam lagi menjadi hanya Rp158 triliun. Padahal dari 2012, subsidi energi selalu dianggarkan lebih dari Rp300 triliun. (Baca juga: Benar Kata JK; Tidak Ada Jegal Dari Oposisi, Anggaran Infrastruktur Capai Rekor)
Grafik Perkembangan Anggaran Infrastruktur (triliun rupiah)
Sumber: Bank Indonesia
Kedua, iklim investasi di Indonesia harus dikembangkan. Berdasarkan pengalaman ekonomi China pada dekade lampau, dan Jepang dan Korea sebelumnya, ada hal yang bisa ditarik: negara-negara itu mengembangkan potensi mereka dengan berinteraksi penuh dengan dunia. Bersandar pada pasar global, mengadopsi teknologi baru, dan bersaing di pasar global dalam berbagai kegiatan dan jasa.
Menurut Lagarde, Indonesia juga dapat melakukan hal yang sama. Namun, Indonesia harus dapat menghalau hambatan yang muncul di sektor swasta. Dari sisi investasi, itu berarti merampingkan persyaratan investasi yang rumit. Hal ini juga berarti mengharmonisasikan regulasi yang tumpang tindih dan bertentangan antara pusat dan daerah.
Sekali lagi, komitmen Presiden Jokowi untuk menggenjot investasi sangat mendukung. Hal itu terlihat dari UU Pengadaan Lahan, dan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) untuk mempersingkat alur perizinan bisnis. "Langkah-langkah itu sudah di jalan yang tepat," kata wanita berkebangsaan Prancis tersebut.
Namun, tetap saja keterbukaan investasi baru berkontribusi pada ekonomi sejauh ini. Strategi perdagangan yang mendukung juga dibutuhkan, sehingga para pebisnis Indonesia dapat bersaing di pasar global.
Poin ketiga, integrasi perdagangan. Strategi pengembangan perdagangan yang berhasil bergantung pada kekuatan menahan tekanan dan menghilangkan batasan terhadap kompetisi, terutama di masa krisis dan goncangan. Perdagangan selalu menjadi pendorong utama aktivitas ekonomi Indonesia. Sekarang, perdagangan menjadi lebih penting untuk menggaet keuntungan dari integrasi dan perdagangan bebas, terutama dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.
"Dengan kerangka kebijakan yang kuat, Indonesia memiliki kekuatan; dengan infrastruktur yang baik dan pola pikir berorientasi global, Indonesia memiliki pertumbuhan dan kesejahteraan," kata Lagarde.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.