Seberapa Menarik Properti Indonesia Bagi Investor Asing?
Survey PWC: Jakarta berada di urutan ke-2 sebagai kota dengan prospek investasi real estate terbaik se Asia Pasifik
Survey PWC: Jakarta berada di urutan ke-2 sebagai kota dengan prospek investasi real estate terbaik se Asia Pasifik
Bareksa.com - Presiden Joko Widodo menghembuskan angin segar bagi bisnis properti yang belakangan mengalami perlambatan. Presiden dalam pertemuannya dengan Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) memberi lampu hijau untuk kepemilikan asing atas produk properti di Indonesia.
Pemerintah berencana merevisi PP No 41/1996 untuk membolehkan investor asing melakukan pembelian properti di Indonesia. Tetapi dalam kajiannya perubahan ini tetap memiliki batasan diantaranya kepemilikan masih hanya berdasar pada hak menggunakan dan kepemilikan terbatas pada apartemen mewah dengan minimum harga jual tertentu.
Angin segar dari Presiden Jokowi seolah bisa menghidupkan kembali bisnis properti yang sedang mengalami tekanan. Sebagaimana diketahui, di pertengahan 2013 pemerintah menerapkan aturan Loan To Value (LTV) atau pembatasan kredit properti. Hal ini menyebabkan pertumbuhan harga properti tidak lagi sebaik sebelum kebijakan itu ditetapkan. Selain itu, bisnis properti juga diguncang oleh isu pengenaan pajak barang mewah (PPN-BM) yang menyebabkan sejumlah perusahaan menunda peluncuran produk propertinya.
Promo Terbaru di Bareksa
Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), indeks harga properti residensial pada kuartal partama 2015 berada pada kisaran 180, lebih tinggi dari tahun 2009 yang hanya berada di kisaran 130. Walaupun masih meningkat, namun pertumbuhan harga properti di kisaran 7 persen per tahun sudah lebih rendah daripada tahun 2013 yang mencapai 15 persen per tahun.
Grafik: Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial
sumber:survey Bank Indonesia
Tren perlambatan properti di Indonesia juga diungkap oleh data Jones Lang Lasalle (JLL) yang terangkum dalam Asia Pacific Property Digest Q1 2015. Data tersebut menunjukan bahwa perkembangan properti residensial di Jakarta bersama dengan Bangkok sudah berada dalam fase "Growth Slowing" atau perlambatan. Sementara Manila yang merupakan ibukota dari Filipina masih berada dalam fase pertumbuhan. Dengan keadaan ini, bisa saja investor asing lebih memilih untuk berinvestasi real estate di negara lain yang memiliki potensi lebih besar.
Grafik:
sumber: JLL Real Estate Intelegence Service 1Q2015
Tetapi, ternyata perlambatan yang saat ini sedang terjadi tidak membuat investor asing berpandangan negatif terhadap prosopek investasi properti di Indonesia. Survei yang dilakukan Prince Waterhouse Coopers (pwc) terhadap sejumlah profesional di bidang properti menunjukan bahwa Jakarta berada di urutan ke-2 sebagai kota dengan prospek investasi dan pengembangan real estate terbaik di wilayah asia pasifik.
Tabel: Kota Asia-Pasifik Dengan Prospek Investasi Terbaik Tahun 2015
Sumber: Emerging Trends in Real Estate Asia Pacific 2015 Survey, Pwc
Jakarta hanya kalah 0,06 poin dari Tokyo yang berada di urutan teratas, Sementara unggul 0,09 poin dari Osaka. Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia, bahkan mengalahkan beberapa kota besar lain di kawasan Asia Pasifik seperti Sydney, Shanghai, Seoul, Manila, dan Kuala Lumpur.
Sehingga, prospek positif Jakarta bagi sejumlah investor asing dan dukungan kebijakan pemerintah dapat mendorong bisnis properti yang sudah melambat sejak setahun yang lalu.
Respon positif dari dukungan presiden sangat terlihat di bursa. Sampai penutupan saham hari ini, 24 Juni 2015, saham-saham properti terutama yang banyak menjual apartemen hari ini menguat diatas dua persen. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) naik 4,8 persen, PT PP Properti Tbk (PPRO) naik 5,6 persen, PT Intiland Develompent Tbk (DILD) naik 2,6 persen, dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) naik 3,3 persen.
Grafik Kontribusi Apartemen Terhadap Penjualan Properti Tahun 2014 dan Kuartal I-2015
Sumber: Laporan keuangan diolah Bareksa.com
Sejak awal tahun sampai penutupan perdagangan kemarin (23/6) indeks saham properti sudah turun 4,7 persen. Turunnya harga tentunya membuat valuasi menjadi semakin menarik. (np)
Grafik: Price to Earning Ratio (PE) Perusahaan Properti
sumber:bareksa.com
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.