Bareksa Insight : Harga SBN Menguat Sepekan Terakhir, Reksadana Ini Cuan Hingga 16%
Melandainya inflasi AS mendorong penguatan harga obligasi global, termasuk Indonesia
Melandainya inflasi AS mendorong penguatan harga obligasi global, termasuk Indonesia
Bareksa.com - Dalam sepekan terakhir, mayoritas reksadana pendapatan tetap berbasis Surat Berharga Negara (SBN) di Bareksa menguat. Menurut Tim Analis Bareksa, melandainya inflasi Amerika Serikat (AS) mendorong penguatan harga obligasi global, termasuk Indonesia. Kondisi itu menopang kinerja reksadana pendapatan tetap.
Para pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Negara Paman Sam (The Federal Reserve/The Fed) atau Fed Funds Rate (Fed Rate) pada Desember 2022 tidak akan terlalu agresif seperti sebelumnya. Hal ini diproyeksikan akan menjaga kestabilan yield (imbal hasil) acuan Obligasi Pemerintah AS maupun Indonesia. Sehingga, meskipun masih terdapat potensi pelemahan yield, diharapkan tidak terlalu signifikan.
Baca juga : Bareksa Insight : Imbal Hasil Green Sukuk Ritel ST009 Berpotensi Naik Hingga Tahun Depan
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara itu, dalam sebulan terakhir pergerakan pasar saham yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terbatas dan belum mampu kembali menembus level psikologis 7.100.
Secara historis, pergerakan IHSG pada November memang cenderung menurun. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh Smart Investor untuk akumulasi investasi di reksadana berbasis saham, guna meraih potensi kinerja optimal pada Desember, bahkan hingga kuartal I 2023. IHSG akan lebih atraktif, jika bisa turun di bawah level 7.000.
IHSG pada Senin (14/11/2022) turun 0,98% ke level 7.019,39. Data id.investing.com (diakses 14/11/2022 pukul 17.00 WIB) mencatat benchmark obligasi pemerintah tercatat turun ke level 7,1%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Inflasi AS Rendah, Ini 2 Jurus Investasi Agar Cuan Maksimal
Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?
Mempertimbangkan penguatan pasar obligasi dan masih terbatasnya kinerja pasar saham, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor bisa menerapkan 2 jurus ini agar kinerja investasinya maksimal :
1. Reksadana saham dan reksadana indeks diperkirakan masih akan bergerak terbatas, sebab pelaku pasar menanti rilis neraca perdagangan hari ini (15/11) yang diproyeksikan surplus US$4,5 miliar, atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena pelemahan harga ekspor batu bara dalam sebulan terakhir. Smart Investor bisa mempertimbangkan akumulasi investasi di reksadana berbasis saham, jika IHSG turun ke bawah level 7.000.
2. Kinerja reksadana pendapatan tetap diproyeksikan masih menguat terbatas hari ini, setelah kemarin yield SBN acuan ditutup menguat ke level 7,1%. Smart Investor yang telah meraih keuntungan dari reksadana pendapatan tetap berbasis SBN, bisa mempertimbangkan pengalihan investasi (switching) ke reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi atau reksadana pasar uang untuk mengamankan keuntungan.
Simak juga : Bareksa Insight : Pasar Cermati Inflasi dan Klaim Pengangguran AS, Reksadana Ini Cuan Hingga 16,7%
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan oleh Smart Investor dengan profil risiko moderat, konservatif dan agresif adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 14 November 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 15,82%
Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A : 15,84%
Reksadana Pasar Uang
Capital Money Market Fund : 16,73%
Syailendra Sharia Money Market Fund : 15,25%
Imbal Hasil Sepanjangan Tahun Berjalan (YTD per 14 November 2022)
Reksadana Indeks
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 16,49%
BNP Paribas Sri Kehati : 16,36%
Reksadana Saham
Bahana Dana Prima : 16,31%
Batavia Dana Saham Syariah : 8,45%
Simak juga : Bareksa Insight : Upah Buruh RI Naik Tanda Ekonomi Solid, Cuan Reksadana Ini Melejit Hingga 16%
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.