Bareksa Insight : Surplus Neraca Dagang Rekor All Time High, Cuan Reksadana Ini Terbang
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 mencatatkan hasil tertinggi sepanjang sejarah senilai US$5,76 miliar
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 mencatatkan hasil tertinggi sepanjang sejarah senilai US$5,76 miliar
Bareksa.com - Surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Agustus 2022 mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah (all time high), yakni senilai US$5,76 miliar. Nilai surplus itu jauh lebih besar dari ekspektasi pelaku pasar yang hanya US$4 miliar. Dengan catatan ini, neraca dagang RI sudah surplus selama 28 bulan beruntun.
Menurut Tim Analis Bareksa, selain tingginya harga komoditas batu bara, mineral dan agrikultur, peningkatan ekspor juga ikut mendorong tingginya surplus neraca dagang yang melesat 30,2% secara tahunan. Di sisi lain, impor juga naik signifikan 32,8% yang menandakan adanya pemulihan ekonomi dan permintaan dalam negeri yang lebih baik lagi.
Baca juga : Bareksa Insight : Neraca Dagang Agustus Bisa Surplus Lagi, Topang Kinerja Reksadana Ini
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara itu, Bank Dunia memproyeksikan bank-bank sentral di seluruh dunia akan kembali mengetatkan kebijakan moneternya dalam waktu dekat dengan rata-rata kenaikan bunga acuan 0,75% pada 2022 hingga awal kuartal I 2023. Tim Analis Bareksa menilai, hal ini berpotensi menekan nilai tukar (kurs) rupiah dan imbal hasil (yield) obligasi di seluruh dunia, untuk kembali menyesuaikan harga wajarnya.
Pasar Saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 15 September 2022 naik 0,38% ke level 7.305,6. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 15/09/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7,1%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Inflasi AS Meroket Buat Pasar Global Ambrol, Ini Jurus Agar Investasi Terus Cuan
Apa yang bisa dilakukan investor?
Di tengah sentimen positif kinerja neraca dagang RI dan sentimen negatif pengetatan kebijakan moneter bank-bank sentral di dunia, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 2 strategi ini agar kinerja investasinya tetap maksimal :
1. Tim Analis Bareksa menilai reksadana saham dan reksadana indeks sudah berada di level cukup tinggi saat ini, sehingga rawan terjadi koreksi akibat aksi jual oleh investor. Karena itu, Smart Investor disarankan untuk kembali masuk ke reksadana saham dan reksadana indeks, ketika IHSG turun ke level 7.000. Namun target IHSG diprediksi bisa mencapai level 7.500-7.600.
Smart Investor juga disarankan untuk berfokus pada reksadana saham dan reksadana indeks yang memiliki portofolio investasi di saham sektor energi seperti batu bara, keuangan dan infrastruktur, agar potensi imbal hasil yang didapatkan investor bisa maksimal.
2. Tim Analis Bareksa memperkirakan yield acuan Obligasi Pemerintah RI akan berada di level 7,12-7,18% hari ini. Kemungkinan yield masih akan tertekan hingga pekan depan, di saat pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Sehingga, investor disarankan tetap mencermati reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi.
Lihat juga : Bareksa Insight : Risiko Inflasi Masih Bayangi Pasar, Investasi Aman dan Cuan di SR017
Beberapa produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko konservatif, moderat dan agresif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 15 September 2022)
Reksadana Indeks
BNP Paribas Sri Kehati : 30,69%
Syailendra MSCI Value Index Fund : 23,64%
Reksadana Saham
Sucorinvest Maxi Fund : 28,12%
Batavia Dana Saham Syariah : 17,18%
Imbal Hasil 3 Tahun (per 15 September 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 17,34%
Mandiri Investa Dana Syariah : 13,62%
Reksadana Pasar Uang
Capital Money Market Fund : 17,36%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 17,46%
Lihat juga : Bareksa Insight : Harga BBM Naik, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : Asing Masuk ke Obligasi Rp8 Triliun, Cuan Reksadana Ini Meroket
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.