Bareksa Insight : Pemulihan Ekonomi Berlanjut, Cuan Reksadana Ini Melesat
Investor juga bisa mempertimbangkan SBR011 yang saat ini masih ditawarkan
Investor juga bisa mempertimbangkan SBR011 yang saat ini masih ditawarkan
Bareksa.com - Pemulihan ekonomi Indonesia masih terus berlanjut, ditandai dengan nilai cadangan devisa bulan Mei 2022 senilai US$135,6 miliar. Angka ini hanya turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$135,7 miliar.
Bank Indonesia menilai angka cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan eksternal serta stabilitas ekonomi dalam negeri. Menurut analisis Bareksa, kuatnya cadangan devisa nasional mendongkrak kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sejak awal tahun (YTD) hingga 8 Juni 2022 mencetak keuntungan tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yakni 9,3 persen.
Melesatnya pasar saham nasional turut menopang cuan mayoritas reksadana saham dan reksadana indeks ikut melambung.
Promo Terbaru di Bareksa
Baca juga : Bareksa Insight : Pasar Saham Global Naik, Cuan Reksadana Ini Berpotensi Meroket
Sementara itu, pasar obligasi kembali bergerak melemah kemarin, menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat pada akhir pekan ini. Selain itu, merespons potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) yang akan dilakukan pekan depan, investor mengantisipasinya dengan mengamankan dananya terlebih dulu dari aset Obligasi Negara (Surat Berharga Negara/SBN).
Namun, menurut analisis Bareksa, melihat kondisi ekonomi dalam negeri yang terus membaik, diproyeksikan potensi penurunan pasar obligasi serta reksadana pendapatan tetap akan lebih terbatas.
IHSG pada 08 Juni 2022 naik 0,73 persen ke level 7.193,31. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 08/06/2022 pukul 17.00 (WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat naik ke level 7,1 persen pada 08 Juni 2022.
Baca juga : Bareksa Insight : Harga Minyak Meroket, Reksadana Ini Cemerlang
Apa yang bisa dilakukan Investor?
Melihat bursa saham global yang mengalami penurunan kemarin, analisis Bareksa memproyeksikan hari ini IHSG dan sejumlah reksadana basis saham berpotensi melemah. Selain itu level IHSG saat ini juga dinilai sudah cukup tinggi. Karena itu, investor dapat wait and see terlebih dahulu dan mencermati reksadana saham berbasis energi, jika IHSG mengalami penurunan.
Baca juga : Bareksa Insight : Banjir Dana Asing Buat IHSG Meroket, Cuan Reksadana Ini Terbang
Tidak berbeda, untuk reksadana pendapatan tetap berbasis SBN juga masih berpotensi melemah terbatas, sehingga investor disarankan untuk mencermati reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, serta Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR011 yang saat ini masih ditawarkan.
Kementerian Keuangan menyatakan SBR011 mencatatkan rekor tertinggi baru penjualan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel yang tidak bisa diperdagangkan (non tradable) baik dari sisi nilai pemesanan maupun jumlah investor. Hingga Kamis pagi (9/6/2022), nilai pemesanan Surat Utang Negara (SUN) Ritel seri kedua di 2022 tersebut telah mencapai Rp8,12 triliun.
Kupon atau imbal hasil SBR011 minimal 5,5 persen, dengan fitur floating with floor (mengambang dengan batas minimal). Dibandingkan suku bunga acuan Bank Indonesia, yakni BI 7 Days Reverse Repo Rate yang saat ini di level 3,5 persen, maka selisih (spread) imbal hasilnya 2 persen.
Baca juga : Bareksa Insight : Inflasi RI Stabil, Simak Rekomendasi Investasi Reksadana Berikut Ini
Kupon 5,5 persen berlaku sebagai kupon minimal SBR011. Sehingga jika nantinya suku bunga acuan BI naik, maka imbal hasil SBR011 berpeluang naik dengan spread tetap 2 persen. Adapun jika suku bunga BI turun lebih rendah dari 3,5 persen, maka kupon SBR011 tidak akan lebih rendah dari batas minimal 5,5 persen.
Surat Berharga Negara (SBN) Ritel seri ketiga di 2022 tersebut terus diborong investor. Masa penawaran hanya tersisa 7 hari atau tinggal sepekan lagi, hingga 16 Juni 2022 pukul 10.00 WIB. Melihat tingginya animo investor memborong SBR011, maka nilai pemesanannya berpeluang terus meningkat.
Baca juga : Bareksa Insight : Investor Asing Borong Saham RI, Reksadana Ini Cuan 16 - 21 Persen
Investor dengan profil risiko moderat dan agresif juga bisa mempertimbangkan beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks berikut ini :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 8 Juni 2022)
Reksadana Indeks
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 21,55 persen
Avrist IDX30 : 19,01 persen
Reksadana Saham
Avrist Ada Saham Blue Safir : 19,96 persen
Sucorinvest Sharia Equity Fund : 13,23 persen
Imbal Hasil 3 Tahun (per 8 Juni 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 20,76 persen
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 32,77 persen
Baca juga : Bareksa Insight : Pasar Saham Melambung, Reksadana Ini Cuan Hingga 24,9 Persen
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.