CIMB Niaga : Yield Obligasi Negara 2020 akan Turun ke Level 6,9 Persen
Kemungkinan paling tidak akan ada arus dana asing masuk Rp140 triliun dalam dua bulan ke depan atau setara US$10 miliar
Kemungkinan paling tidak akan ada arus dana asing masuk Rp140 triliun dalam dua bulan ke depan atau setara US$10 miliar
Bareksa.com - PT Bank CIMB Niaga Tbk memperkirakan rata-rata yield obligasi 10 tahun pemerintah Indonesia akan turun ke kisaran 6,25 persen di kuartal IV-2020 dari perkiraan sebelumnya di kisaran 6,75 persen. Sehingga estimasi yield obligasi 10 tahun di tahun 2020 direvisi turun menjadi 6,9 persen dari sebelumnya 7,1 persen.
Chief Economist Bank CIMB, Niaga Adrian Panggabean, mengatakan disahkannya Undang-undang Cipta Kerja dan berakhirnya pembatasan sosial berskala besar kedua di ibu kota Jakarta berpengaruh positif terhadap kinerja pasar keuangan domestik. Arus dana asing mulai kembali masuk ke pasar obligasi domestik di bulan Oktober setelah sempat kembali mengalami dana keluar di bulan September dan Agustus.
“Di pasar saham domestik dana asing masih keluar di bulan Oktober walaupun tidak lagi sebesar bulan-bulan sebelumnya,” ujar dia dalam riset yang diterima belum lama ini.
Promo Terbaru di Bareksa
Arus dana asing yang masuk pada obligasi negara di bulan Oktober hingga tanggal 22 mencapai total Rp19,2 triliun, jauh lebih baik dibandingkan dengan dana asing keluar sebanyak Rp8,8 triliun pada bulan September dan Rp3,8 triliun pada bulan Agustus. Arus dana asing pada pasar saham yang keluar di bulan Oktober hingga tanggal 23 sebesar Rp3,9 triliun, lebih sedikit dibandingkan arus dana keluar Rp15,6 triliun di bulan September dan Rp8,5 triliun di bulan Agustus.
Arus Dana Asing
Sementara itu, selisih yield obligasi pemerintah Indonesia dan obligasi Amerika Serikat yang lebih tebal di tahun 2020 dibandingkan dengan 2021, nilai tukar USD/IDR yang lebih stabil sejak bulan Juli jika dibandingkan dengan periode Maret – Juni dan neraca transaksi berjalan Indonesia yang membaik adalah beberapa faktor yang mendukung penguatan pasar obligasi dalam negeri. Neraca transaksi berjalan diperkirakan akan defisit 0,5 persen dari PDB di tahun 2020, lebih baik dari estimasi sebelumnya yaitu defisit 1,6 persen dari PDB.
Selisih Yield Obligasi
Saat ini, selisih yield obligasi 10 tahun pemerintah Indonesia dan AS adalah 580 bps (INDOGB 10Y = 6,65 persen; USGG 10Y = 0,85 persen). Selisih ini masih lebih tebal dibandingkan rata-rata selisih yield pada tahun 2019 yang sekitar 540 bps (INDOGB 10Y = 7,55 persen; USGG 10Y = 2,15 persen).
Selain itu standar deviasi kurs USD/IDR turun menjadi sekitar 140 bps antara Juli- Oktober dari sebelumnya 820 bps antara Maret – Juni. Surplus neraca perdagangan barang mencapai US$13,5 miliar pada periode Januari – September 2020, jauh lebih baik dibandingkan dengan defisit US$2,2 miliar pada periode yang sama tahun 2019.
“Perkembangan ini mengingatkan pada fakta bahwa antara tahun 2009 – 2019 selalu terjadi arus dana asing masuk neto antara Rp30 triliun hingga Rp140 triliun per tahun ke pasar obligasi negara dengan rata-rata sekitar Rp85 triliun per tahun,” ungkap dia.
Artinya jika arus dana asing di tahun 2020 ini (hingga tanggal 23 Oktober) tercatat keluar Rp109,5 triliun maka ada kemungkinan paling tidak akan ada arus dana asing masuk Rp140 triliun dalam dua bulan ke depan atau setara dengan US$10 miliar. Perkiraan ini tampaknya bombastis tetapi didukung oleh data historis.
“Kami memperkirakan rata-rata yield obligasi 10 tahun pemerintah Indonesia akan turun ke kisaran 6,25 persen pada kuartal IV 2020 dari perkiraan sebelumnya di kisaran 6,75 persen. Sehingga estimasi yield obligasi 10 tahun pada 2020 direvisi turun menjadi 6,9 persen dari sebelumnya 7,1 persen,” tambah dia.
Restrukturisasi Pinjaman
Di sisi lain, perpanjangan kebijakan restrukturisasi pinjaman, dari sebelumnya berakhir Maret 2021 menjadi Maret 2022 kemungkinan akan memperbaiki outlook perbankan nasional. Perpanjangan restrukturisasi potensial memberikan napas kepada debitur yang terdampak PSBB sehingga kualitas kredit tidak memburuk. Termasuk di dalam stimulus lanjutan ini adalah pengecualian perhitungan aset berkualitas rendah (loan at risk) dalam penilaian kesehatan bank dan juga penundaan implementasi Basel III.
Selain itu, cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dari perbankan yang cenderung meningkat dalam enam bulan terakhir tetap menunjukkan kehati-hatian pengelolaan kredit. “Perpanjangan ini mendorong kami untuk merevisi perkiraan pertumbuhan kredit 2020 dan 2021 dan merevisi turun angka NPL perbankan dan juga merevisi naik angka rasio kecukupan modal. Likuiditas perbankan yang melimpah juga membuka peluang kenaikan pertumbuhan kredit dan perbaikan kualitas kredit,” kata dia.
Adrian memperkirakan, pertumbuhan kredit akan mencapai 2 persen pada tahun 2020, naik dari prediksi sebelumnya yaitu 0 persen. Likuiditas neto di pasar interbank yang rata-rata sekitar Rp230 triliun per hari dalam dua bulan terakhir dan juga kepemilikan bank pada obligasi pemerintah yang naik hampir Rp600 triliun sejak akhir Januari mencerminkan kemampuan pemberikan kredit yang besar yang sayangnya masih tertahan oleh PSBB.
Untuk NPL gross, Adrian memperkirakan akan berada pada 3,4 persen pada akhir tahun 2020, lebih rendah dari prediksi sebelumnya 4,5 persen. Sedangkan tingkat kecukupan modal perbankan (capital adequacy ratio) diperkirakan akan berada pada 24 persen pada akhir tahun 2020, lebih baik dari estimasi sebelumnya yakni 18 persen.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?
Pemerintah membuka masa penawaran Green Sukuk Ritel, Sukuk Tabungan seri ST007 pada 4-25 November 2020. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional).
Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di Bareksa untuk memesan ORI018.
PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.