Pasar SUN Masih Tertekan Corona, Investasi SR012 Pasti Untung
Efek Covid 19 menyebabkan yield SUN menjadi liar, untuk tenor 10 tahun akan bergerak ke 7,2-7,4 persen
Efek Covid 19 menyebabkan yield SUN menjadi liar, untuk tenor 10 tahun akan bergerak ke 7,2-7,4 persen
Bareksa.com - Pasar Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan akan tertekan pada minggu ini. Penyebaran wabah virus corona (Covid 19) masih menjadi faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Associate Director of Fixed Income PT Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan wabah virus corona makin meluas dengan korban yang terus bertambah. Banyak negara sudah mengambil langkah untuk mengantisipasi dampak virus corona.
"Efek Covid 19 menyebabkan yield SUN menjadi liar, untuk tenor 10 tahun akan bergerak ke 7,2-7,4 persen, dari posisi saat ini di sekitar 7,25-7,3 persen," kata dia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Promo Terbaru di Bareksa
Dengan koreksi yield yang cukup dalam tersebut, Ramdhan menyarankan investor untuk berinvestasi ke SUN seri benchmark seperti SUN tenor 5 dan 10 tahun. Kondisi pelemahan akibat virus corona ini, lanjut dia belum bisa dipastikan waktu berakhirnya.
"Sangat tergantung penyelesaiannya, ini yang sampai sekarang belum bisa dipastikan. Karena virus corona ini sudah mengenai semua sektor dan sudah ke banyak negara, coverage-nya luas," kata dia.
Associate Director Head of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico juga mengungkapkan, yield SUN akan mengalami kenaikan minggu ini. Dia menyebutkan, untuk SUN tenor 5 tahun akan bergerak ke rentang 6,6-6,95 persen, tenor 10 tahun ke level 7,15-7,35 persen, tenor 15 tahun ke rentang 7,65-7,78 persen dan tenor 20 tahun ke level 7,75-7,9 persen.
Ada beberapa sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan SUN tersebut. Dari sisi domestik, investor akan menantikan data neraca perdagangan yang diperkirakan akan mengalami surplus.
Kemudian, sentimen domestik juga datang dari pertemuan Bank Indonesia pada 19 Maret mendatang. Investor akan melihat pandangan dan sikap bank sentral terkait wabah virus corona yang terjadi di Indonesia. Selain itu, investor juga akan menanti kebijakan baru yang akan dikeluarkan Bank Indonesia untuk merespons situasi saat ini.
Keputusan BI dalam menetapkan suku bunga acuan, lanjut Nico sangat tergantung pada keputusan The Fed yang juga akan digelar pada 19 Maret 2020. Nico melihat peluang The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan sangat besar, karena adanya tekanan wabah virus corona terhadap perekonomian AS.
"Karena itu kami melihat akan ada pemangkasan tingkat suku bunga bank sebanyak 25 bps hingga 50 bps lagi, meskipun pasar menginginkan 100 bps. Namun kami melihat bahwa The Fed tidak akan bertindak gegabah untuk saat ini," kata dia.
Sentimen eksternal lainnya juga datang dari Eropa. Hal yang akan diperhatikan investor dari Eropa adalah data inflasi. Data ini menjadi penting untuk melihat pergerakan inflasi Eropa di tengah perlambatan ekonomi saat ini.
Sementara dari Tiongkok dan Jepang, investor akan melihat data industrial production dari kedua negara tersebut. Data Tiongkok diperkirakan akan menurun di tengah situasi saat ini. Sementara data Jepang diperkirakan masih akan meningkat, seiring dengan kinerja perekonomian negara tersebut.
Untuk diketahui, saat ini sedang masa penawaran Sukuk Ritel seri SR012 kepada investor individu Warga Negara Indonesia yang berlangsung pada 24 Februari dan berakhir 18 Maret 2020. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Luky Alfirman, optimistis mencapai target penjualan SR012 senilai Rp8 triliun, meskipun saat ini pasar surat utang pemerintah sedang dibayangi dampak wabah virus corona.
"Justru inilah yang saat kondisi tekanan seperti ini, saatnya kita memperkuat basis investor domestik kita. Salah satunya lewat Surat Berharga Negara (SBN) ritel, yakni melalui produk SR012 ini," ujarnya.
SR012 memiliki tenor 3 tahun, dan menawarkan tingkat imbalan/kupon tetap 6,3 persen per tahun. Tujuan penerbitan SR012 secara online adalah untuk mempermudah akses masyarakat berinvestasi di SBSN ritel, menyediakan alternatif investasi bagi masyarakat, mendukung terwujudnya keuangan inklusif, serta memenuhi sebagian pembiayaan APBN 2020.
Pokok-pokok ketentuan dan persyaratan SR012 ialah sebagai berikut :
- Periode registrasi investor, setiap saat pada mitra distribusi yang telah ditetapkan. Masa penawaran SR012 mulai 24 Februari 2020 Pukul 09.00 WIB hingga penutupan pada 18 Maret 2020, pukul 10.00 WIB.
- Bentuk dan karakteristik Sukuk Negara, tanpa warkat, dapat diperdagangkan (tradable). Tanggal penetapan penjualan yaitu 23 Maret 2020 dan tanggal setelmen 26 Maret 2020.
- SR012 memiliki tenor 3 tahun dengan tanggal jatuh tempo pada 10 Maret 2023. Minimum pemasanan SR012 Rp1 juta dan maksimum pemesanan Rp3 miliar.
- Underlying asset SR012 ialah Barang Milik Negara (BMN) dan proyek APBN 2020. Dengan akad ijarah asset to be leased. Jenis imbalan/kupon berupa fixed coupon, pembayaran secara periodik setiap bulan. Tingkat imbalan/kupon 6,3 persen per tahun (per annum).
- Tanggal pembayaran kupon pertama kali pada 10 April 2020 (short coupon) dan tanggal pembayaran imbalan/kupon, setiap tanggal 10 setiap bulannya.
- Dalam hal tanggal pembayaran imbalan/kupon bukan pada hari kerja, maka pembayaran imbalan/kupon dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa kompensasi imbalan/kupon. Hari kerja adalah hari di mana operasional sistem pembayaran diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI).
- Minimum holding period yaitu selama 3 (tiga) kali pembayaran kupon (dapat diperdagangkan mulai tanggal 11 Juni 2020) :
Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan
Hingga akhir 2020, pemerintah berencana menerbitkan setidaknya 6 SBN ritel, di mana SBN ritel pertama di 2020 yakni Savings Bond Ritel seri SBR009 sudah ditawarkan pada 27 Januari hingga 13 Februari 2020 lalu.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?
Pemerintah telah resmi membuka masa penawaran Sukuk Ritel seri SR012 mulai 24 Februari 2020. Masa penawaran investasi syariah itu hingga 18 Maret 2020. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.
Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN seri berikutnya.
Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.
Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.
PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.