BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

IHSG Ambyar Terkena Virus Corona, Ini Alternatif Investasi Aman Dijamin Negara

13 Maret 2020
Tags:
IHSG Ambyar Terkena Virus Corona, Ini Alternatif Investasi Aman Dijamin Negara
Ilustrasi investor wanita berhijab syariah sedang memegang komputer tablet gadget untuk investasi reksadana, surat berharga negara, obligasi, sukuk tabungan dengan transaksi online

Sukuk Ritel SR012 terbilang aman karena pembayaran pokok dan kupon (imbal hasil) dijamin oleh pemerintah

Bareksa.com - Kamis (12/03/2020) menjadi hari yang kelabu bagi pasar saham Tanah Air. Bagaimana tidak? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi tolok ukur pasar saham domestik harus terkapar parah dengan penurunan 5,01 persen 4.895,784, sekaligus memicu trading halt hingga perdagangan berakhir.

Perdagangan kemarin dihentikan lebih awal setelah IHSG anjlok lebih dari 5 persen pada pukul 15:33 WIB. Posisi terakhir IHSG tersebut merupakan yang terendah sejak 28 Juni 2016.

Anjloknya IHSG berlanjut hingga pembukaan perdagangan pagi ini Jumat (13/03/2020), dengan penurunan 5,2 persen di 4.650,58 dan kembali memicu trading halt untuk kedua kalinya.

Promo Terbaru di Bareksa

Sesuai dengan kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perdagangan bursa saham akan dihentikan selama 30 menit (trading halt) jika IHSG anjlok 5 persen atau lebih, sebagai langkah antisipasi dalam mengurangi fluktuasi tajam di pasar modal.

Memburuknya sentimen pelaku pasar setelah setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan wabah virus corona atau COVID-19 sebagai pandemic menjadi pemicu aksi jual di bursa saham, tidak hanya di Indonesia tetapi secara global.

Situasi yang disebut pandemi oleh WHO adalah ketika suatu penyakit menyebar luas ke berbagai penjuru dunia dengan laju yang sangat cepat.

"Dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus COVID-19 di luar China telah meningkat 13 kali lipat, dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali lipat," kata kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dilansir CNBC Indonesia.

"Karena itu kami telah membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi," tegasnya.

"Pandemi bukan kata yang mudah, atau digunakan secara gegabah. Itu adalah kata yang jika disalahgunakan dapat menimbulkan ketakutan yang tidak masuk akal, atau merasa pertarungan sudah berakhir, yang membawa pada penderitaan dan kematian yang tidak seharusnya terjadi" kata Tedros.

Yang paling ditakutkan pelaku pasar adalah pelambatan ekonomi yang ditimbulkan pandemi COVID-19. S&P Global dalam sebuah laporannya dipublikasikan pada Jumat (6/3/2020) menuliskan virus corona dapat menimbulkan kerugian pada perekonomian Asia Pasifik sebesar US$ 211 miliar.

Australia, Hong Kong, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan Thailand diprediksi terancam terseret ke dalam jurang resesi, menurut S&P. Lembaga tersebut juga merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk 2020 dari 5,7 persen menjadi 4,8 persen.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya sempat menyatakan jika perekonomian China terpangkas 1 poin persentase, maka ekonomi Indonesia berisiko terpangkas 0,3-0,6 poin persentase.

Itu baru China, belum melihat negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang yang besar dengan Indonesia seperti Singapura, Jepang, dan Korea Selatan yang juga diprediksi mengalami pelambatan ekonomi hingga resesi. Tekanan bagi ekonomi Indonesia tentunya semakin besar, sehingga aksi jual di bursa saham dalam negeri tak terhindarkan.

Alternatif Investasi di Tengah Ambyarnya Bursa Saham

Di tengah anjloknya bursa saham yang terus terjadi pada bursa saham Tanah Air, investor tentu mulai berpikir untuk mencari alternatif investasi untuk menempatkan dananya yang lebih aman.

Salah satu yang bisa dipilih adalah Surat Berharga Negara (SBN), yang aman dan nyaris bebas risiko. SBN terbilang aman karena pembayaran pokok dan kupon (imbal hasil) dijamin oleh pemerintah melalui Undang-Undang dan dananya disediakan oleh APBN setiap tahunnya.

Teranyar, Pemerintah sedang menawarkan instrumen surat utang syariah yang khusus untuk investor ritel berjenis Sukuk Ritel (SR) seri SR012. Tidak hanya untuk memenuhi sebagian pembiayaan APBN 2020, SR012 juga ditujukan untuk menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

SR012 menawarkan sembilan keuntungan, yakni:

1. Pembayaran imbalan/kupon dan nilai nominal SR012 telah dijamin oleh pemerintah berdasarkan Undang-Undang SBSN dan dananya disediakan dalam APBN setiap tahunnya, sehingga SR012 hampir tidak mempunyai risiko gagal bayar.
2. Imbalan/kupon dengan jumlah tetap (fixed coupon) sampai pada Tanggal Jatuh Tempo.
3. Imbalan/kupon dibayar setiap bulan.
4. Kemudahan akses untuk melakukan pemesanan pembelian melalui sistem elektronik.
5. Dapat diperdagangkan di pasar sekunder dengan mekanisme transaksi di Bursa Efek dan transaksi di luar Bursa Efek (over the counter).
6. Berpotensi memperoleh capital gain dalam hal Sukuk Negara Ritel Seri SR012 dijual pada harga yang lebih tinggi daripada harga beli setelah memperhitungkan biaya transaksi di pasar sekunder.
7. Dapat dipinjamkan atau digadaikan kepada pihak lain, termasuk jaminan dalam rangka transaksi efek, sesuai kebijakan dan mengikuti ketentuan serta persyaratan yang berlaku pada masing-masing pihak.
8. Berpartisipasi dalam aktivitas pasar keuangan dengan cara dan metode yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
9. Turut serta mendukung pembiayaan pembangunan nasional.

Kementerian Keuangan menetapkan tingkat imbal hasil tetap (fixed coupon) sebesar 6,3 persen per tahun, yang dibayar secara bulanan. SR seri terbaru ini adalah instrumen investasi syariah yang aman karena dijamin pemerintah, serta dikhususkan untuk masyarakat ritel yang bisa dibeli secara online.

SR012 diterbitkan dalam bentuk tanpa warkat dan dapat diperdagangkan (tradable) di pasar sekunder sampai dengan jatuh temponya yakni 3 tahun, tepatnya pada 10 Maret 2023. Minimum holding period sebelum bisa diperdagangkan adalah tiga kali pembayaran kupon, atau mulai 11 Juni 2020.

Karena dijamin oleh pemerintah, instrumen investasi ini cocok untuk investor yang memiliki profil risiko rendah atau penghindar risiko (risk averse) dan pemula. Selain itu, modal awal untuk membeli sukuk ini sangat terjangkau, yakni mulai dari Rp1 juta (1 unit) dengan kelipatan Rp1 juta hingga maksimal Rp3 miliar (3000 unit).

Pembelian produk investasi syariah yang dijamin pemerintah ini hanya bisa dilakukan pada periode penawaran 24 Februari hingga 18 Maret 2020.

***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Pemerintah telah resmi membuka masa penawaran Sukuk Ritel seri SR012 mulai 24 Februari 2020 hingga 18 Maret 2020. SR012 bisa dipesan selama masa penawaran secara online di Bareksa.

Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.

Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN.

Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.

Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.

(KA01/hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.379,53

Up1,02%
Up5,18%
Up7,30%
Up8,82%
Up19,45%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.089,71

Up0,44%
Up5,40%
Up6,62%
Up7,08%
Up2,64%
-

Capital Fixed Income Fund

1.837,78

Up0,53%
Up3,93%
Up6,27%
Up7,42%
Up17,19%
Up40,03%

STAR Stable Amanah Sukuk

1.075,16

Up0,66%
Up3,97%
Up6,64%
---

Insight Renewable Energy Fund

2.257,46

Up0,72%
Up3,68%
Up5,94%
Up6,95%
Up19,66%
Up35,50%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua