Apa yang mau kamu cari?
Kamu bisa mulai dari nama produk investasi atau topik tertentu.
Kamu bisa mulai dari nama produk investasi atau topik tertentu.
Saat ini, proses finalisasi izin bagi anggota bursa yang akan menyediakan layanan short selling masih berlangsung
Saat ini, proses finalisasi izin bagi anggota bursa yang akan menyediakan layanan short selling masih berlangsung
Bareksa.com - Pasar saham Indonesia tengah menghadapi tekanan hebat. Pada penutupan sesi I perdagangan Kamis (6/2/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,96% atau turun 137,36 poin ke level 6.886,86, menembus di bawah batas psikologis 7.000. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif dari hari sebelumnya, di mana IHSG ditutup turun 0,7% ke 7.024,23.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik menyatakan saat ini, ketidakpastian sedang melanda pasar global. Faktor utama yang memicu kondisi ini adalah kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) terhadap China, serta dinamika ekonomi dengan negara lain seperti Kanada dan Meksiko.
Kebijakan yang telah diumumkan namun kemudian ditunda menciptakan ketidakpastian yang semakin besar bagi pasar global. Dampaknya tidak hanya terasa di negara-negara besar, tetapi juga mempengaruhi stabilitas ekonomi di Indonesia. “Itu kan bentuk dari uncertainty kepada market global. Di Indonesia sendiri ya jelas akan berdampak dari global uncertainty itu,” kata Jeffrey di Jakarta (6/2).
Menurut dia, ketidakpastian di pasar global turut berdampak pada nilai tukar mata uang, kebijakan perdagangan, dan rantai pasok global. Perubahan konstelasi ekonomi ini memberikan tantangan bagi pelaku bisnis di Indonesia.
Dengan adanya ketidakpastian ini, investor harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, terutama dalam menghadapi kemungkinan fluktuasi yang lebih besar di pasar keuangan domestik.
Jeffrey mengatakan salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh investor adalah mengantisipasi dampak dari ketidakpastian global. Meskipun sulit untuk memperkirakan bagaimana kondisi ini akan berkembang, investor berpengalaman dapat belajar dari periode ketidakpastian sebelumnya.
Analisis terhadap kebijakan pemerintah, reaksi negara lain, serta tren historis dapat menjadi panduan dalam mengambil keputusan investasi yang lebih matang.
Untuk membantu investor menghadapi kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, kata Jeffrey, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana meluncurkan beberapa atutan baru. Salah satunya yang akan segera diperkenalkan adalah aturan short selling dan intraday short selling.
“Aturan ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak opsi strategi bagi investor, terutama saat pasar mengalami fluktuasi tinggi dalam waktu singkat,” kata dia.
Saat ini, proses finalisasi izin bagi anggota bursa yang akan menyediakan layanan short selling masih berlangsung. Menurut Jeffrey, BEI menargetkan peluncuran instrumen ini dalam waktu dekat, kemungkinan sekitar Maret atau awal kuartal kedua tahun ini.
Dengan adanya strategi baru ini, investor diharapkan dapat lebih optimal dalam mengelola portofolio mereka di tengah kondisi pasar yang dinamis dan penuh tantangan.
BEI telah menjelaskan perbedaan antara intraday short selling (IDSS) dan short selling reguler. Perbedaan utama terletak pada waktu penyelesaian transaksi.
Dalam short selling reguler, investor dapat mempertahankan posisi jual mereka hingga beberapa hari atau lebih, sedangkan dalam IDSS, posisi harus ditutup pada hari yang sama sebelum penutupan pasar. Hal ini berarti bahwa dalam IDSS, investor harus membeli kembali saham yang dijual pada hari yang sama untuk menutup posisi mereka.
Selain itu, IDSS dirancang untuk meningkatkan likuiditas pasar dengan memungkinkan investor memanfaatkan peluang keuntungan dari pergerakan harga harian. Namun, karena posisi harus ditutup pada hari yang sama, IDSS memerlukan strategi perdagangan yang lebih cepat dan pengawasan pasar yang intensif.
Sebaliknya, short selling reguler memberikan fleksibilitas waktu yang lebih panjang bagi investor untuk menutup posisi mereka, tetapi mungkin melibatkan biaya pinjaman saham yang lebih tinggi dan risiko yang lebih besar terkait dengan perubahan harga saham dalam jangka waktu yang lebih lama.
Dengan memahami perbedaan ini, investor dapat memilih strategi yang paling sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi mereka.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerapkan tarif impor baru terhadap Kanada, Tiongkok, dan Meksiko, memicu Perang Dagang 2.0. Meskipun Trump menunda penerapan tarif impor bagi Meksiko dan Kanada selama 30 hari, kebijakan ini tetap berlaku bagi China, menandai babak baru perang dagang AS-China.
Trump memberlakukan tarif 10% pada semua barang China yang masuk ke AS. Sebagai balasan, China menaikkan tarif hingga 15% untuk batu bara dan LNG (gas alam cair) dari AS serta menambahkan bea masuk 10% untuk minyak mentah, peralatan pertanian, mobil, dan truk tertentu. Tarif balasan ini mulai berlaku pada 15 Februari 2025.
Ketegangan ini menjadi Perang Dagang Jilid II antara AS dan China, menyusul terpilihnya kembali Donald Trump pada 20 Januari 2025. Sebelumnya, konflik perdagangan ini juga terjadi pada masa kepemimpinan Trump di 2017-2021.
Rekomendasi investasi dari Tim Analis Bareksa dalam menghadapi dampak gejolak pasar akibat perang dagang 2.0 bisa kamu baca di sini : Perang Dagang 2.0 Dimulai, Begini Strategi Cuan dari Saham, ORI027, dan Reksadana
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Obligasi Nusantara autodebet | 1.117,58 | - | |||||
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.106,04 | - | - | ||||
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.886,76 | ||||||
Syailendra Sharia Fixed Income Fund | 1.080,62 | - | - | ||||
Capital Regular Income Fund Dividen | 1.025,06 | - | - | - | - |
ST014T2
Syariahsukuk tabungan
Imbal Hasil/Th
6,5%
Periode Pembelian
Berakhir dalam 15 hari
Jangka Waktu
2 tahun
Terjual 96%
ST014T4
Syariahsukuk tabungan
Imbal Hasil/Th
6,6%
Periode Pembelian
Berakhir dalam 15 hari
Jangka Waktu
4 tahun
Terjual 65%
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.