Bareksa Update : Pasar Saham dan Obligasi Stagnan, Reksadana Ini Tahan Banting
Munculnya beberapa isu global yang kurang baik serta level IHSG saat ini yang sudah cukup tinggi, mendorong aksi jual investor di pasar saham
Munculnya beberapa isu global yang kurang baik serta level IHSG saat ini yang sudah cukup tinggi, mendorong aksi jual investor di pasar saham
Bareksa.com - Pekan terakhir bulan Oktober 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis sekitar 0,8 persen dengan penurunan di hampir semua sektor saham.
Menurut analisis Bareksa, munculnya beberapa isu global yang kurang baik serta level IHSG saat ini yang sudah cukup tinggi, mendorong aksi jual investor di pasar saham. Secara mingguan, IHSG mengakumulasi penurunan 0,79 persen ke level 6.591,35. Hal ini mempengaruhi pergerakan mayoritas reksadana saham dan reksadana indeks cenderung mendatar dengan penurunan tipis pada sepekan terakhir.
Pada pekan lalu, sentimen negatif datang dari China di mana terdapat satu lagi perusahaan properti yang kesulitan membayar kewajibannya, menyusul Evergrande Group, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings, yakni Modern Land.
Promo Terbaru di Bareksa
Reuters mengabarkan emiten bursa Hong Kong tersebut telah melewatkan pembayaran kupon obligasi, menambah kekhawatiran tentang dampak yang lebih luas dari krisis utang di sektor properti China.
Pekan lalu Modern Land telah menyatakan akan menunda pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo Senin, 25 Oktober kemarin dan akan membayar sebagian darinya senilai US$250 juta atau setara dengan Rp3,62 triliun dalam 3 bulan ke depan.
Selain itu, isu kenaikan suku bunga juga menjadi perhatian pelaku pasar. Sejak pekan lalu, ada dua negara emerging market yang menaikkan suku bunga secara agresif akibat tingginya inflasi. Pada Jumat (22/10) Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga 75 basis poin menjadi 7,5 persen. Dengan kenaikan tersebut, bank sentral Rusia sudah menaikkan suku bunga 5 kali beruntun, dengan total 325 basis poin.
Kemudian bank sentral Brazil Kamis (28/10) menaikkan suku bunga 150 basis poin menjadi 7,75 persen, dan sudah 6 kali beruntun menaikkan suku bunga dengan total 475 basis poin. Tingginya inflasi menjadi penyebab agresifnya bank sentral tersebut menaikan suku bunga. Pada tahun depan, kenaikan suku bunga diperkirakan akan lebih banyak terjadi.
Seiring dengan pasar saham, pergerakan pasar obligasi RI juga stagnan dengan pelemahan tipis pada pekan lalu. Hal ini mendorong mayoritas reksadana pendapatan tetap turut bergerak sideways (mendatar). Berdasarkan data id.investing.com (diakses 29/10/2021 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat naik ke level 6,2 persen, pada 29 Oktober 2021.
Investor mencermati rapat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pekan ini terkait keputusan mengenai rencana pengurangan pembelian obligasi (tapering), yang paling cepat diperkirakan akan dilakukan pada November 2021 atau bulan ini.
Meskipun pasar saham dan obligasi cenderung tertekan sepanjang pekan lalu, investor dengan profil risiko agresif dan moderat bisa melirik produk reksadana saham, reksadana indeks dan reksadana pendapatan tetap yang terbukti tahan banting terhadap gejolak pasar.
Investor juga bisa memanfaatkan momentum koreksi sehat pasar saham dan obligasi guna membeli reksadana di harga murah, guna memaksimalkan keuntungan secara jangka menengah dan panjang.
Beberapa reksadana tersebut adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil Reksadana 1 Tahun (per 29 Oktober 2021) :
Reksadana Saham
Syailendra Equity Opportunity Fund : 26,53 persen
TRAM Consumption Plus Kelas A : 20,72 persen
Reksadana Indeks
Principal Index IDX30 Kelas O : 18,06 persen
BNP Paribas Sri Kehati : 17,61 persen
Reksadana Pendapatan Tetap
Sucorinvest Bond Fund : 9,93 persen
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 11,04 persen
Perlu diingat, apapun produk investasi pilihan kamu, agar selalu disesuaikan dengan tujuan dan jangka waktu investasi, serta profil risiko kamu ya!
(Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.