Manulife AM : Strategi Investasi Obligasi di Semester II 2021
Pemerintah berencana untuk mengoptimalkan penerbitan obligasi ritel yang diharapkan dapat meningkatkan gairah investor domestik berinvestasi di pasar obligasi
Pemerintah berencana untuk mengoptimalkan penerbitan obligasi ritel yang diharapkan dapat meningkatkan gairah investor domestik berinvestasi di pasar obligasi
Bareksa.com - Setelah sempat tertekan pada tiga bulan pertama tahun ini, pasar obligasi Indonesia membaik sepanjang kuartal II 2021. Selama enam bulan pertama di tahun ini, obligasi korporasi berhasil mengungguli obligasi negara dari sisi kinerja.
Merujuk data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), total imbal hasil (return) obligasi korporasi tercatat 4,84 persen, jauh lebih tinggi dibanding total return obligasi negara yang hanya naik 0,96 persen.
Dilansir Kontan, sepanjang semester I 2021, penerbitan obligasi korporasi relatif tidak banyak, sementara likuiditas justru terus tumbuh. Dengan minimnya pasokan, harga dan total return obligasi korporasi mengalami kenaikan di tengah pasar yang justru sedang volatile.
Promo Terbaru di Bareksa
Selain itu, obligasi korporasi juga punya rata-rata kupon yang lebih tinggi dibandingkan obligasi negara. Sementara obligasi negara sepanjang semester I 2021 kinerjanya tertekan oleh kenaikan yield US Treasury pada awal tahun.
Melihat kinerja pasar obligasi di semester I 2021, bagaimana proyeksi pasar obligasi di semester II atau paruh kedua tahun ini? Laras Febriany – Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia memberikan ulasannya ulasannya dalam laporan Seeking Alpha edisi Agustus 2021. Berikut ulasan selengkapnya :
Antisipasi normalisasi kebijakan Bank Sentral terutama di Amerika Serikat tampaknya menjadi salah satu pertimbangan utama arah strategi investasi pada paruh kedua di tahun 2021, bagaimana Anda melihatnya?
Betul, normalisasi kebijakan Fed menjadi salah satu faktor penting dalam pengelolaan portofolio di tahun ini. Seperti yang sudah diantisipasi oleh pasar, tren pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) – yang ditunjukkan oleh meningkatnya proyeksi pertumbuhan PDB dan inflasi – menyebabkan pergeseran kebijakan moneter Fed dari yang sangat longgar menjadi lebih ketat.
Meskipun kebijakan moneter yang lebih ketat berpotensi mengurangi likuditas global dan memberikan tekanan pada pasar obligasi, namun pendekatan dan arahan Fed yang ultra-gradual diperkirakan akan membuat dampak negatif dari pengetatan moneter tersebut menjadi lebih terbatas (tidak seperti taper tantrum di tahun 2013).
Dapat dikatakan kebijakan pengetatan Fed dan dampaknya terhadap kenaikan imbal hasil US Treasury sudah diperhitungkan dan diterima oleh pasar sejak awal tahun.
Di samping itu pertumbuhan ekonomi AS yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya pada kuartal dua berpotensi mempengaruhi rilis data perekonomian AS ke depannya menjadi lebih moderat, sehingga ekspektasi terhadap pemulihan pertumbuhan ekonomi dan inflasi menjadi lebih terbatas. Kondisi ini dapat mempengaruhi volatilitas pergerakan imbal hasil US Treasury agar lebih terjaga.
Seberapa besar pengaruh kebijakan normalisasi ini terhadap pasar obligasi Indonesia?
Kebijakan moneter dan fiskal Amerika Serikat sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia tentu memiliki pengaruh terhadap negara lain, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pengaruhnya dapat dirasakan melalui pergerakan suku bunga, imbal hasil obligasi, serta nilai tukar domestik. Meskipun kebijakan moneter AS yang lebih ketat berpotensi mempengaruhi pergerakan imbal hasil obligasi domestik dan nilai tukar rupiah, namun seperti yang telah disampaikan sebelumnya pendekatan Fed yang ultra-gradual serta kebijakan pengetatan moneternya yang sudah diperhitungkan dan diterima oleh pelaku pasar berpotensi membuat volatilitas pergerakan imbal hasil US Treasury dapat lebih terjaga.
Secara fundamental perekonomian Indonesia juga semakin membaik. Beberapa indikator seperti neraca transaksi berjalan, inflasi, dan cadangan devisa menunjukkan perbaikan yang cukup berarti sehingga kondisi ini dapat membuat Indonesia menjadi lebih kuat/sigap dalam menghadapi normalisasi kebijakan bank sentral AS. Ke depannya, jika terjadi kenaikan imbal hasil US Treasury – selama kenaikan tersebut terjadi secara bertahap –maka akan memberikan dampak yang konstruktif terhadap perekonomian dan pasar finansial Indonesia.
Dibandingkan dengan pasar saham, kinerja pasar obligasi Indonesia terlihat lebih ‘tahan’ menghadapi ledakan kasus Covid-19?
Ledakan kasus Covid-19 setelah libur Lebaran yang lalu memang sudah diperkirakan dan diantisipasi oleh pemerintah maupun pelaku pasar obligasi. Sehingga meskipun jumlah kasus positif Covid-19 tersebut melonjak di atas ekspektasi pemerintah, namun tidak berdampak buruk ke pasar obligasi.
Ketahanan pasar obligasi yang lebih baik di tahun ini didukung oleh beberapa faktor positif di antaranya ;
= Likuiditas domestik perbankan yang melimpah akibat pertumbuhan kredit yang diperkirakan akan tetap rendah.
- Rupiah yang cenderung stabil.
- Valuasi obligasi yang masih menarik dimana imbal hasil riil Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan.
- Pergerakan imbal hasil US Treasury yang lebih terjaga.
- Berkurangnya tekanan jual investor asing mengingat kepemilikannya pada obligasi domestik yang sudah cukup rendah (<23 persen).
Sentimen yang lebih positif di pasar domestik dan global berpotensi menggerakkan imbal hasil obligasi pemerintah denominasi rupiah tenor 10 tahun untuk dapat turun lebih dalam dari level saat ini.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi sebagai dampak penerapan PPKM Darurat tentu menjadi faktor risiko yang perlu dicermati khususnya pada obligasi korporasi. Apa strategi investasi yang diterapkan dalam mengelola risiko kredit pada obligasi korporasi?
Guna meminimalisir risiko kredit pada obligasi korporasi, kami menerapkan tiga strategi utama di antaranya ;
- Analisa kredit internal yang ketat meliputi ongoing review dan monitoring.
- Menetapkan limitasi pembobotan investasi pada setiap nama emiten sesuai dengan peringkat internal yang diberikan.
- Mengurangi risiko konsentrasi pada sektor tertentu dengan melakukan diversifikasi pada beberapa sektor usaha yang berbeda.
Terutama pada kondisi pandemi, pemilihan investasi difokuskan pada perusahaan berkualitas tinggi, yakni perusahaan yang memiliki fundamental yang baik, profil kredit dan parental support yang kuat, serta tidak terlalu rentan terhadap dampak perubahan sikus ekonomi.
Sejauh ini strategi investasi yang diterapkan terbukti berhasil memberikan dorongan kinerja yang baik pada portofolio dengan tingkat volatilitas yang relatif rendah. Ke depannya kami akan terus melakukan analisa dampak kondisi ekonomi terhadap emiten obligasi korporasi yang terdapat dalam portofolio.
Apa katalis positif yang dinantikan untuk pasar obligasi di paruh kedua di tahun ini?
Secara umum terdapat dua faktor penting yang dapat mendukung pergerakan pasar obligasi yaitu siklus suku bunga dan mekanisme dari sisi permintaan/penawaran :
- Kebutuhan untuk menjaga stabilitas rupiah, inflasi yang terkendali dan upaya untuk mendorong perekonomian membuat Bank Indonesia mempertahankan kebijakan moneter akomodatif yang berdampak positif bagi pasar obligasi. Kondisi makro yang relatif positif berkontribusi pada imbal hasil riil obligasi Indonesia yang menarik.
- Langkah pemerintah untuk mengurangi pasokan obligasi di paruh kedua menjadi katalis positif yang dapat mendukung pergerakan obligasi menjelang akhir tahun. Pemerintah mengurangi target pembiayaan utang di tahun ini sebesar Rp283 triliun menjadi Rp924 triliun. Pemerintah berencana untuk menggunakan SILPA atau Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, yang berpotensi mengurangi target pembiayaan sekitar 24 persen lebih rendah dari target sebelumnya. Pemerintah juga berencana untuk mengoptimalkan penerbitan obligasi ritel yang diharapkan dapat meningkatkan gairah investor domestik berinvestasi di pasar obligasi.
Penanganan pandemi yang efektif dan cepat turut diperlukan untuk mendorong sentimen yang lebih positif di pasar obligasi.
Bagaimana dengan risiko yang perlu dicermati?
Faktor risiko yang kami cermati dari sisi eksternal adalah volatilitas pada imbal hasil US Treasury, flight to safety pada dolar AS, ketegangan geopolitik, dan perubahan komunikasi kebijakan Fed.
Sementara faktor risiko dari sisi internal yakni perlambatan ekonomi domestik yang disebabkan oleh pembatasan aktivitas masyarakat, yang berpengaruh terhadap outlook peringkat utang Indonesia serta dampaknya terhadap defisit anggaran pemerintah.
Di tengah kondisi saat ini apa strategi investasi yang diterapkan guna menghasilkan alpha pada kinerja portofolio obligasi?
Dengan mempertimbangkan outlook pasar obligasi Indonesia yang masih menawarkan upside potential yang baik, kami menilai level saat ini masih cukup menarik bagi investor untuk berinvestasi.
- Portofolio aset obligasi dalam denominasi rupiah kami jaga pada durasi tactical overweight – baik bagi portofolio dengan durasi pendek ataupun menengah – memanfaatkan potensi berkurangnya pasokan obligasi, likuiditas domestik yang tinggi dan selera asing yang semakin meningkat di pasar obligasi Indonesia.
- Guna meminimalisir risiko dan menjaga stabilitas pada portofolio obligasi dalam denominasi dolar durasi dijaga± 3 tahun.
Duration management, security selection, dan yield enhancement diharapkan untuk menjadi penopang kinerja portofolio di tahun ini. Di samping itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.