SBN Menguat Saat Indeks Saham Melemah, Reksadana Pendapatan Tetap Kinclong
Harga obligasi pemerintah mayoritas ditutup menguat pada perdagangan awal pekan ini
Harga obligasi pemerintah mayoritas ditutup menguat pada perdagangan awal pekan ini
Bareksa.com - Mengawali perdagangan hari pertama di bulan Mei 2021, bursa saham Tanah Air harus rela berakhir di zona merah. Pada perdagangan Senin (3/5/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,72 persen ke level 5.952,6.
Di sisi lain, investor asing sebenarnya terlihat mulai masuk ke dalam pasar saham domestik meskipun dengan nilai yang tidak terlalu besar, yang ditandai dengan terjadinya aksi beli bersih (net foreign buy) senilai Rp70,73 miliar di pasar reguler.
Berbeda dengan pasar saham, pasar obligasi Tanah Air justru berhasil mencatatkan kenaikan pada perdagangan kemarin. Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas ditutup menguat pada perdagangan awal pekan ini, karena investor kembali beralih ke instrumen safe haven seiring dengan pelemahan pasar saham Asia dan dalam negeri akibat kekhawatiran dari kondisi pandemi di beberapa negara Asia yang kembali kritis.
Promo Terbaru di Bareksa
Secara mayoritas, SBN acuan ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penurunan imbal hasilnya (yield). Namun, beberapa SBN tercatat mengalami kenaikan yield dan cenderung dilepas oleh investor pada hari ini. Adapun SBN yang mengalami kenaikan yield adalah SBN bertenor 3 tahun, 10 tahun, dan 25 tahun.
Yield SBN bertenor 3 tahun dengan kode FR0039 naik 2,1 basis poin (bp) ke level 5,04 persen, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun dengan seri FR0067 naik tipis 0,1 bp ke 7,554 persen. Sementara, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara yang sebelumnya sempat menurun kini kembali naik 0,5 bp ke posisi 6,481 persen.
Kemarin pagi, sebenarnya ada kabar positif dari rilis data IHS Markit. Aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) mencatatkan rekor baru.
Pada April 2021, PMI manufaktur Indonesia berada di level 54,6. Angka tersebut naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 53,2 sekaligus menjadi yang tertinggi dalam sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada April 2011.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.
Namun jelang tengah hari, ada rilis data lain yaitu inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada April 2021 sebesar 0,13 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month on month/MoM) dan 1,42 persen dibandingkan April 2020 (year on year/YoY).
Kondisi tersebut menggambarkan konsumsi masyarakat masih cenderung lesu, mengingat bulan lalu bertepatan dengan dimulainya bulan Ramadan yang biasanya tingkat konsumsi mulai meningkat, di mana rata-rata sejak 2010-2020 tingkat inflasi saat Ramadan berada di kisaran 0,95 persen MoM.
Reksadana Pendapatan Tetap Dominasi Return Harian
Kondisi pasar obligasi yang mencatatkan kinerja positif pada perdagangan kemarin, secara umum turut mendorong kinerja reksadana pendapatan tetap yang memang mengalokasikan sedikitnya 80 persen portofolionya ke dalam aset berupa surat utang tersebut.
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana pendapatan tetap dan indeks reksadana pendapatan tetap syariah kompak mencatatkan kenaikan yang sama yakni masing-masing 0,04 persen.
Sumber: Bareksa
Di sisi lain, secara lebih rinci produk reksadana pendapatan tetap berhasil mendominasi imbal hasil (return) tertinggi pada perdagangan kemarin. Berdasarkan top 10 return pada perdagangan kemarin, 7 di antaranya ditempati oleh produk reksadana pendapatan tetap, sementara 3 lainnya merupakan produk reksadana saham.
Sumber: Bareksa
Sekadar informasi, reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang menempatkan mayoritas (80 persen) dananya ke instrumen yang menghasilkan pendapatan tetap, yakni surat utang atau obligasi.
Sesuai dengan karakternya, reksadana pendapatan tetap ini memiliki tingkat pengembalian hasil yang stabil karena memiliki aset surat utang atau obligasi yang memberikan keuntungan berupa kupon secara rutin.
Dalam jangka pendek dan menengah, harga reksadana pendapatan tetap, yang tercermin dari nilai aktiva bersih (NAB), cenderung naik stabil dan tidak banyak berfluktuasi (naik-turun) seperti halnya saham.
Karena itu, reksadana ini cocok untuk investor bertipe konservatif. Investor bertipe konservatif ini memiliki profil risiko yang rendah dan cenderung menghindari risiko (risk averse).
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.