Bareksa Insight : Pasar Saham Meroket Pasca Harga BBM Naik, Cuan Reksadana Ini Melambung
IHSG membukukan kenaikan di awal pekan hingga ke level tertinggi sejak Juni 2022
IHSG membukukan kenaikan di awal pekan hingga ke level tertinggi sejak Juni 2022
Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan kenaikan di awal pekan, hingga ke level tertinggi sejak Juni 2022. IHSG pada perdagangan Senin (5/9/2022) naik 0,76% ke level 7.231,88.
Investor asing justru memborong saham RI senilai Rp1,39 triliun, pasca pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022). Sumringahnya pasar saham turut mendongkrak kinerja reksadana berbasis saham, seperti reksadana saham dan reksadana indeks.
Baca juga : Bareksa Insight : Harga BBM Naik, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut Tim Analis Bareksa, saham berkapitalisasi besar (big caps) yang memiliki valuasi menarik dan sektor energi yang merupakan penopang terbesar kenaikan IHSG sejak awal tahun, menjadi saham yang paling banyak dibeli investor asing.
Penguatan sektor energi juga didukung oleh kenaikan harga batu bara dunia yang saat ini kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di kisaran US$435 per ton (harga batu bara Newcastle), karena adanya gangguan pasokan gas ke Eropa. Hal ini turut menopang kenaikan reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham komoditas.
Simak juga : Bareksa Insight : Asing Masuk ke Obligasi Rp8 Triliun, Cuan Reksadana Ini Meroket
Di sisi lain, pasar obligasi tercatat melemah terbatas dengan imbal hasil (yield) acuan Obligasi Pemerintah berada di kisaran 7,14% kemarin. Kementerian Keuangan memprediksi jika efek kenaikan harga BBM dapat menimbulkan inflasi sekitar 6,6-6,8% hingga akhir tahun 2022.
Kondisi ini, menurut Tim Analis Bareksa, bisa mendorong Bank Indonesia lebih agresif memperketat kebijakan moneter dengan kenaikan suku bunga acuan lebih tinggi. Dampaknya, ekspektasi kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN) acuan dapat mendorong pelemahan pasar obligasi dalam jangka pendek.
Lihat juga : Bareksa Insight : Sentimen Pasar di Agustus Bervariasi, Cuan Reksadana Ini Melesat Hingga 26%
Apa yang bisa dilakukan investor?
Di tengah pasar saham yang justru sumringah di tengah sentimen kenaikan harga BBM dan melemahnya pasar obligasi, Tim Analis Bareksa menyarankan agar Smart Investor menerapkan dua strategi ini agar investasinya mencatatkan kinerja maksimal :
1. Tim Analis Bareksa memprediksi reksadana saham dan reksadana indeks akan bergerak terbatas pada hari ini, karena minimnya sentimen dari dalam dan luar negeri. Investor bisa mempertimbangkan untuk melakukan aksi ambil untung bertahap di reksadana berbasis saham, jika sudah membukukan cuan di atas 3%, serta dapat mengalihkan (switching) sementara investasinya di reksadana pasar uang.
2. Reksadana pendapatan tetap juga diproyeksikan bergerak terbatas karena tekanan di pasar obligasi masih datang dari pelemahan terbatas nilai tukar rupiah. Namun lelang Sukuk Negara hari ini berpotensi menopang kinerja pasar obligasi.
Baca juga : Bareksa Insight : Sentimen Global Bayangi Pasar Modal, Ini Jurus Agar Investasi Cuan Terus
Beberapa produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan investor dengan profil risiko konservatif, moderat dan agresif adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 5 September 2022)
Reksadana Indeks
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 21,25%
Principal Index IDX30 Kelas O : 17,24%
Reksadana Saham
TRIM Kapital Plus : 16,48%
Batavia Dana Saham Syariah : 18,04%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 5 September 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 5,9%
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund : 4,67%
Imbal Hasil 3 Tahun (per 5 September 2022)
Reksadana Pasar Uang
Capital Money Market Fund : 17,4%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 17,51%
Simak juga : Bareksa Insight : Pemerintah Salurkan Bansos Rp24 Triliun, Ini Dampaknya ke Kinerja Reksadana
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : Bunga Acuan BI Naik, Pasar Saham dan Cuan Reksadana Ini Meroket
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.