IHSG Merosot 7 Persen Sepanjang September, Begini Kinerja Empat Jenis Reksadana
Angka tersebut menjadi penurunan terdalam pada bulan yang sama dalam 10 tahun terakhir
Angka tersebut menjadi penurunan terdalam pada bulan yang sama dalam 10 tahun terakhir
Bareksa.com - Pasar saham Indonesia mengalami koreksi di hari perdagangan terakhir kuartal III 2020. Menutup perdagangan 30 September 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,19 persen ke level 4.870,04.
Bulan September memang cukup terkenal menjadi periode yang kurang menguntungkan bagi bursa saham Tanah Air. Dalam sepuluh tahun terakhir, hanya empat tahun IHSG mengalami pergerakan positif pada bulan September, sementara enam tahun lainnya selalu berakhir di zona merah.
Sebagai informasi, sepanjang September 2020 IHSG tercatat merosot hingga 7,03 persen. Angka tersebut menjadi penurunan terdalam pada bulan yang sama dalam 10 tahun terakhir.
Promo Terbaru di Bareksa
Satu yang menjadi pertanyaan, mengapa bulan September tidak begitu bersahabat dengan IHSG?
Fenomena pelemahan bursa saham di bulan September sebenarnya merupakan suatu tren yang juga terjadi di bursa saham lain, yang biasanya disebut sebagai “summer effect” karena para manajer investasi pergi untuk liburan di musim panas.
Pada periode ini pula, biasanya manajer investasi melakukan rebalancing portofolionya guna mengejar target pertumbuhan di sisa waktu yang ada. September merupakan akhir dari kuartal 3, jika ada portofolio yang memiliki kinerja mengecewakan, masih ada kesempatan untuk bisa memperbaikinya di kuartal 4. Tiga bulan penghujung tahun menjadi kesempatan terakhir bagi manajer investasi untuk melakukan perbaikan.
Namun pada tahun ini, kondisi perekonomian global yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 jelas merupakan faktor yang paling dominan menekan seluruh bursa saham di berbagai belahan dunia.
Kasus Covid-19 yang terus meningkat di dalam negeri membuat pemerintah mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang tentu berdampak besar terhadap kegiatan ekonomi menjadi sangat terbatas, sehingga membuat banyak perusahaan kesulitan menjalankan bisnisnya, yang pada akhirnya membuat perekonomian terkontraksi.
Sementara dari global, pasar juga menanti pemilihan umum presiden Amerika Serikat(AS). Lalu, hingga saat ini paket stimulus AS juga belum tercapai, sehingga ekonomi AS melambat yang mempengaruhi ekonomi dunia.
Krisis kesehatan memang memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Dampaknya bisa merembet ke resesi, yang terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang minus 5,32 persen year on year (YoY) pada kuartal II dan kemungkinan besar akan berlanjut pada kuartal III.
Kinerja Reksadana Ikut Tertekan
Kondisi IHSG yang mengalami penurunan dalam sepanjang September 2020, turut memberikan sentimen negatif terhadap seluruh kinerja reksadana, terkhusus pada reksadana yang menjadikan saham sebagai underlying asset dalam portofolionya.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, seluruh indeks reksadana kompak mengalami penurunan sepanjang bulan lalu di mana indeks reksadana saham dan indeks reksadana campuran menjadi yang terdalam dengan masing-masing -7,24 persen dan -4,53 persen.
Penurunan tersebut merupakan hal yang wajar mengingat kedua jenis reksadana tersebut memiliki kebijakan untuk mengalokasikan portofolionya ke aset saham, sehingga ketika pasar saham sedang tertekan, tentu kinerja kedua jenis reksadana tersebut yang paling besar mengalami dampaknya.
Sementara dua jenis reksadana yang lebih rendah risikonya yakni indeks reksadana pasar uang dan indeks reksadana pendapatan tetap mencatatkan kinerja tidak separah dua reksadana yang sebelumnya, yakni masing-masing -0,44 persen dan -0,22 persen.
Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(Arief Budiman/KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.