Ketua DK OJK, Wimboh S : Jumlah Investor Reksadana Januari 2020 Tembus 1,84 Juta
Jumlah itu meningkat atau bertambah 72.023 investor dibandingkan Desember 2019 yang sebanyak 1.774.493 investor
Jumlah itu meningkat atau bertambah 72.023 investor dibandingkan Desember 2019 yang sebanyak 1.774.493 investor
Bareksa.com - Jumlah investor reksadana yang tercermin dari jumlah SID (single investor identification) per Januari 2020 mencapai 1.846.516 atau sekitar 1,84 juta investor. Jumlah itu meningkat atau bertambah 72.023 investor dibandingkan Desember 2019 yang sebanyak 1.774.493 investor atau 1,77 juta.
Pertumbuhan jumlah investor reksadana tetap terjaga meskipun pasar modal sedang bergejolak sepanjang Januari 2020 terdampak sentimen wabah virus corona dan beberapa kasus yang menjerat beberapa manajer investasi terkait tata kelola perusahaan yang baik seiring upaya "bersih-bersih" yang dilakukan OJK . Pertumbuhan jumlah investor juga ditopang oleh semakin mudahnya transaksi seiring kemudahan transaksi elektronik dan edukasi finansial yang meluas di masyarakat.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso, menyatakan seiring kenaikan jumlah investor, jumlah unit pernyataan juga bertambah dari 424,79 miliar pada Desember 2019 jadi 428 miliar pada Januari 2020. Menurut dia, jumlah SID investor reksadana per Januari 2020 naik 4,06 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
"Ini karena kepercayaan investor reksadana masih terjaga," ujar Wimboh di Jakarta (26/2/2020).
Sumber : OJK
Menurut Wimboh pada awal 2020 hingga 14 Februari tercatat total net redemption reksadana Rp6,17 triliun. Pencairan reksadana itu mayoritas terjadi karena jatuh tempo sejumlah reksadana terproteksi dan redemption pada reksadana berbasis saham. "Adapun reksadana jenis pasar uang dan pendapatan tetap maupun reksadana syariah off shore justru mencatatkan nett subscription," ujarnya.
Jumlah unit penyertaan reksadana meningkat 9,56 persen menjadi 423,56 juta unit penyertaan dibandingkan jumlah unit penyertaan pada Februari 2019 yang tercatat 386,5 juta unit penyertaan.
Sumber : OJK
"Investor ritel reksadana umumnya tidak melakukan panic selling, shifting behaviour terlihat pada perpindahan kepemilikan dari reksadana yang cenderung agresif menjadi reksadana yang cenderung konservatif," Wimboh menjelaskan.
Mengawali tahun 2020, pasar modal Indonesia memang mengalami periode yang cukup berat untuk dilalui. Hal itu tercermin dari anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi acuan pasar modal Indonesia hingga mencapai 5,71 persen sepanjang bulan Januari 2020.
Kondisi tersebut turut memberikan tekanan kepada industri reksadana terutama yang berbasiskan saham. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham tercatat anjlok 7,57 persen sepanjang bulan lalu, menjadikannya kinerja reksadana yang terburuk dibandingkan dengan yang lainnya. Kemudian di urutan dua terburuk ada indeks reksadana campuran yang juga merosot 3,46 persen.
Sumber: Bareksa
Namun di sisi lain, dua jenis reksadana lainnya masih mampu mencatatkan kinerja positif yakni reksadana pendapatan tetap dengan kenaikan 1,49 persen dan disusul reksadana pasar uang yang menguat 0,15 persen. Selain dari kinerjanya yang paling buruk sepanjang bulan lalu, reksadana saham juga menjadi jenis reksadana yang mencatatkan penurunan dana kelolaan (asset under management/AUM) terbesar sepanjang bulan Januari 2020.
Jumlah dana kelolaan (asset under management/AUM) industri reksadana yang turun atau menyusut Rp4,9 triliun atau setara 0,9 persen menjadi Rp537,28 triliun pada periode Januari 2020, jika dibandingkan posisi akhir tahun lalu Rp542,18 triliun.
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report January 2020
Laporan Bareksa: Mutual Fund Industry Data Market – Monthly Report January 2020 menyebutkan Januari 2020 meskipun nilai AUM industri menyusut, namun jumlah unit reksadana bertambah 0,76 persen jadi 428 juta unit dan jumlah produk reksada juga naik 0,09 persen jadi 2.214 produk.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.