Apakah Investasi dalam Bentuk Properti Hasilnya Layak? Ini Kata CIO Syailendra
Dalam berinvestasi, keuntungan bisa datang dalam bentuk dua hal, capital gain dan yield
Dalam berinvestasi, keuntungan bisa datang dalam bentuk dua hal, capital gain dan yield
Bareksa.com - Masih banyak orang yang berfikir, investasi dalam bentuk aset properti aman dan menguntungkan. Namun, dengan kondisi saat ini, pemahaman tersebut belum tentu benar.
CIO Syailendra Capital, Ahmad Solihin menjelaskan dalam berinvestasi, keuntungan bisa datang dalam bentuk dua hal, yakni selisih modal awal dan investasi akhir (capital gain) dan imbal hasil (yield). Menurutnya, investasi dalam bentuk properti di Indonesia saat ini belum memiliki yield yang bagus.
"Kalau yang namanya investasi, kita harus lihat berapa yield yang didapat. Kalau tidak ada yield, ya kita harus mendapatkan capital gain dari investasi," katanya dalam wawancara dengan Bareksa, 11 Februari 2020.
Untuk memudahkan pemahaman, pria yang biasa disapa Ollie ini memberikan contoh dengan harga rumah di kisaran Rp1 miliar, tetapi uang sewanya Rp20 juta per tahun. Artinya, (yield) yang didapat hanya sekitar 2 persen per tahun, lebih rendah daripada bunga deposito bank yang di kisaran 5 persen.
Sementara itu, dia menilai pasokan properti di daerah Jakarta dan sekitarnya masih banyak, sehingga potensi harganya belum bisa naik cepat dalam waktu dekat. Sehingga keuntungan dari selisih modal (capital gain) juga belum bisa diambil dalam waktu dekat. Apalagi menjual rumah dengan harga tinggi juga tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat.
Namun, masih banyak orang berpikiran konservatif dengan memandang bahwa setiap orang harus punya rumah. Hal ini yang membuat mereka mengambil kredit atau utang demi memiliki rumah, tetapi biaya atau bunga yang dibayarkan lebih tinggi dibandingkan dengan yield yang didapat.
"Kalau investasi tapi berutang, cost (biayanya) lebih tinggi daripada yield yang didapat. Tentu saja ini bukan investasi yang baik," jelasnya.
Akan tetapi, dia melanjutkan, orang memiliki rumah pertama untuk ketenangan sebagai tempat tinggal. Biaya yang keluar dalam hal membeli properti ini kemudian menjadi "premi kenyamanan." Maka itu, dia memandang kalau memiliki uang untuk uang muka, lebih baik disimpan di reksadana pasar uang saja lebih menguntungkan daripada untuk membeli rumah.
"Orang Indonesia suka lucu, mau menyewa rumah saja malu. Tidak perlu malu, kalau secara hitungan lebih murah menyewa. Dengan cash lebih banyak, bisa disimpan di reksadana pasar uang atau bahkan deposito saja yang bisa kasih imbal hasil 5 persen setahun."
Untuk membuktikan hal ini, kita bisa melakukan simulasi dengan reksadana pasar uang. Misalkan kita punya uang tunai Rp300 juta, lalu disimpan di reksadana pasar uang Syailendra Dana Kas sejak setahun lalu.
Hasilnya, menurut simulasi Bareksa, total investasi mencapai Rp318,96 juta. Artinya ada pertumbuhan Rp18,96 juta atau 6,32 persen dalam setahun terakhir.
Simulasi Reksadana Pasar Uang
Sumber: Bareksa.com
Sementara itu, bila kita membeli rumah Rp1 miliar dengan KPR, kita perlu uang muka (DP) Rp300 juta. Lalu, kita harus membayar bunga hingga 10 persen per tahun (Rp30 juta). Tetapi, bila kita menyewakannya, kita hanya mendapatkan sekitar Rp20 juta per tahun sehingga penghasilan itu tidak bisa menutupi biaya, alias tekor.
Meski terlihat kurang menguntungkan sebagai investasi, sah-sah saja orang membeli rumah untuk ditinggali dan merasa tenang. Hal ini yang tidak bisa dihargai dengan uang. "Kalau kita beli rumah pertama itu kita bayar buat kenyamanan, karena merasa tenang itu susah dihargai. Memang tidak rasional tapi itu normal. Nyaman aja tinggal di rumah sendiri," kata Ollie.
Sebagai informasi, reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan ke dalam aset-aset keuangan seperti saham, obligasi dan pasar uang. Reksadana adalah alternatif investasi yang bisa dipilih oleh pemula yang tidak punya banyak waktu mengelola dana investasi mereka.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.