Cerita Legowo Kusumonegoro Ikut Lahirkan Reksadana di Indonesia
Legowo juga membawa Manulife Aset Manajemen Indonesia menjadi top 5 manajer investasi
Legowo juga membawa Manulife Aset Manajemen Indonesia menjadi top 5 manajer investasi
Bareksa.com – Ajang penghargaan tahunan industri reksadana bertajuk “Bareksa-Kontan 3rd Fund Awards 2019” yang berlangsung Rabu malam, 18 September 2019, memberikan penghormatan kepada salah satu tokoh reksadana di Tanah Air. Tokoh dimaksud adalah Legowo Kusumonegoro yang kini menjabat sebagai CEO Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Penghargaan bergengsi bagi pria kelahiran 4 Januari 1962 ini bukan tanpa sebab. Legowo merupakan salah satu pencetus hadirnya reksadana sebagai instrumen investasi di Indonesia.
Memulai karir di industri perbankan dengan bergabung di Standard Chartered Bank, Legowo mendapat kepercayaan untuk merintis produk reksadana pertama seiring dengan kehadiran Undang-Undang Pasar Modal yang membahas reksadana.
Promo Terbaru di Bareksa
“Reksadana itu dimungkinkan di Indonesia sejak ada Undang-Undang Pasar Modal tahun 1995. Di dalam Undang-Undang itu, ada instrumen pasar modal yang namanya reksadana. Tahun 1996, saya dan beberapa orang lainnya meluncurkan reksadana pertama di Indonesia,” cerita Legowo.
Sebagai instrumen baru di pasar modal Indonesia saat itu, Legowo mengaku masih mempelajari banyak hal. Mulai dari apa itu reksadana, bagaimana pembukuan reksadana, hingga proses pembukaan rekening.
Selain itu juga bagaimana membuat surat konfirmasi statement transaksi, kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian, bagaimana cara memasarkannya, sampai menelurkan ide untuk izin Wakil Perantara Penjual Efek Reksa Dana (Waperd).
“Jadi, sejak ‘bayi’, sejak Indonesia melahirkan reksadana itu saya sudah terlibat di industri reksadana,” kata Legowo sambil mengingat dirinya saat itu bekerja di Bahana TCW Asset Management (kini Bahana TCW Investment Management).
Layaknya seorang pedagang, memperkenalkan produk baru ke masyarakat tidak semudah membalikkan telapak tangan. Itu pula yang dialami Legowo semasa memperkenalkan reksadana ke masyarakat Indonesia.
“Butuh waktu, butuh effort, butuh passion. Apalagi, produk investasi ini sifatnya produk yang hidup jangka panjang,” tutur dia.
Memasarkan reksadana, kata Legowo, tidak seperti menjual produk asuransi. Penjelasan produk asuransi biasanya dilakukan di depan. Setelah nasabah paham produk tersebut, hubungan dengan penjual selesai sampai di situ.
“Hubungan antara nasabah dengan pemberi jasa ini pendek. Berbeda dengan investasi, terutama reksadana. Karena investor bisa cairkan dananya kapan saja, maka hubungan antara manajer investasi dengan investor berlangsung sepanjang investasinya,” terang Legowo.
“Secara nature, produk reksadana lebih sulit untuk dipasarkan. Terminologinya baru bagi masyarakat. Sekarang saja masih banyak yang belum kenal reksadana. Jadi butuh waktu untuk menjelaskan produk investasi dan butuh proses agar investor paham,” ujarnya.
Legowo Kusumonegoro, CEO Manulife Aset Manajemen Indonesia. (Bareksa/AM)
Tiga Kunci
Dalam menjual reksadana, Legowo ingin investor membeli atau berinvestasi karena memang investor tersebut menyadari produk tersebut memang dibutuhkan. Tapi kini, Legowo menilai banyak cara penjualan reksadana yang tidak sesuai. Misalnya, memasarkan reksadana dengan menjual performa, iming-iming benefit atau imbal hasil tertentu, padahal imbal hasil yang disampaikan itu secara yang sudah terjadi.
“Cara seperti itu misleading. Tidak boleh menjelaskan seperi itu. Kalau di luar negeri sudah banyak melarang,” ucap Legowo.
Menurut Legowo, dalam berivestasi reksadana investor harus tahu dibawa kemana uangnya, portofolio investasinya seperti apa. Jadi, kata dia, jangan memasarkan reksadana karena produknya bagus tahun sebelumnya, tapi belum tentu bagus tahun berikutnya.
Legowo menyadari, sampai saat ini tidak ada standar pasti bagaimana memasarkan produk reksadana. Tapi, untuk memilih reksadana yang tepat, maka investor harus mengetahui profil risikonya dan investor tersebut harus percaya kepada pengelola uangnya. Dengan begitu, memilih reksadana tidak hanya melihat produknya saja, tapi juga bagaimana manajer investasinya karena akan berhubungan secara jangka panjang.
Seiring berjalannya waktu, Legowo melihat industri reksadana terus bertumbuh. Terutama dengan kehadiran portal reksadana yang cukup membantu mempromosikan produk investasi ini.
Dia pun punya tiga kunci utama untuk menumbuhkan industri reksadana. Pertama, edukasi. Menurut Legowo, edukasi itu penting. Contoh saja, saat masyarakat tahu apa itu reksadana, pemahamannya langsung mengarah ke saham, padahal reksadana saham itu risikonya tinggi.
Untuk investor pemula sebaiknya dikenalkan reksadana pasar uang. Karena itu, industri reksadana perlu kunci kedua yakni solusi. “Jadi, kita harus berikan produk yang cocok bagi investor,” katanya.
Adapun kunci ketiga adalah distribusi. Bicara lima tahun ke belakang, investor yang ingin berinvestasi reksadana harus mendatangi manajer investasi atau bank, sehingga pintunya sangat terbatas.
Di sisi lain, tambah Legowo, kalau bicara bank ada kriterianya masing-masing, harus memiliki rekening, nilai investasi minimum tertentu, sehingga tidak terjangkau masyarakat luas.
Dengan adanya portal reksadana, Legowo menilai distribusi reksadana semakin terbuka, nilainya pun terjangkau mulai dari Rp10.000 atau Rp100.000 sudah bisa berinvestasi.
“Itu sangat membantu karena dari sisi distribusi maka aksebilitas investasi reksadana semakin terbuka, mau di mana saja, kapan saja, bisa investasi,” imbuhnya.
CEO Manulife Aset Manajemen Indonesia, Legowo Kusumonegoro, bersama karyawannya memantau pergerakkan pasar saham dan IHSG. (Bareksa/AM)
Membesarkan Manulife Aset Manajemen Indonesia
Setelah malang melintang di industri reksadana, Legowo akhirnya berlabuh di Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) pada pertengahan 2010. Legowo mengingat, dirinya bergabung saat MAMI masih mengelola dana sekitar Rp22 triliun dan menutup akhir tahun 2010 dengan dana kelolaan Rp28 triliun.
Dengan strategi menerapkan tiga kunci yakni edukasi, solusi, dan distribusi, Legowo secara perlahan mulai membawa MAMI ke langkah yang lebih besar. Per Juni 2019, Legowo menyebut, dana kelolaan MAMI telah mencapai Rp72,3 triliun. “Mudah-mudah tumbuh terus,” imbuh dia.
Pencapaian Legowo di MAMI juga tidak lepas dari kekuatan MAMI sebenarnya. Legowo bercerita, saat dirinya bergabung, MAMI punya kekuatan dalam proses investasi yang bagus.
“Itu yang menurut saya tidak banyak dimiliki manajer investasi lain. Proses investasi bagus, terstruktur,” kata dia.
Proses investasi di MAMI, kata Legowo dibangun dengan basis pengawasan. Mulai dari pemilihian portofolio, pengujian portofolio, pengawasan internal. Itu pula yang membuat Legowo menilai MAMI berbeda dengan manajer investasi lainnya dan menjadi keunggulan tersendiri.
Legowo juga mengembangkan MAMI menjadi manajer investasi yang mau melayani semua nasabah dengan menggaet berbagai channel distribusi. Legowo bilang, pada awal bergabung, MAMI hanya melayani nasabah institusi sebelum akhirnya membuka pemasaran melalui berbagai channel.
“Kini, kami punya 28 mitra distribusi, 7 di antaranya portal. Jadi distribusinya banyak, channelnya juga banyak. Sehingga MAMI kuat di institusi dan juga ritel,” terang Legowo.
Hingga kini, jumlah investor MAMI telah mencapai 216.000. Jumlah ini meningkat drastis dari saat pertama kali Legowo bergabung atau sebanyak 40.000 investor.
Legowo mengatakan, saat ini MAMI ada di posisi lima besar secara industri karena tidak punya semua spektrum reksadana. “Kami hanya di pasar uang, pendapatan tetap, saham US$ dan Rupiah, syariah, dan sedikit terproteksi. Kami belum masuk ke infrastruktur,” ungkap Legowo.
Untuk diketahui reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito. Sementara itu, reksadana syariah hanya bisa berinvestasi pada efek yang masuk dalam pengelolaan secara syariah.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.