AUM Reksadana Hanya Naik Tipis Hingga Mei, Bagaimana Prospek Sampai Akhir 2019?
Pasar terdampak sentimen perang dagang AS - China dan menunggu kepastian pembentukan kabinet baru hasil Pemilu RI 2019
Pasar terdampak sentimen perang dagang AS - China dan menunggu kepastian pembentukan kabinet baru hasil Pemilu RI 2019
Bareksa.com - Kondisi global yang belum sepenuhnya kondusif serta beberapa pekerjaan rumah pada sektor ekonomi dalam negeri yang belum selesai membuat pasar modal domestik menghadapi tantangan cukup berat tahun ini.
Namun di sisi lain, Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII) menargetkan total dana kelolaan industri masih bisa tumbuh 10 hingga 11 persen pada tahun ini.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2018 total dana kelolaan (asset under management/AUM) industri reksadana berhasil tumbuh 10,96 persen, dari yang sebelumnya Rp457,16 triliun per Desember 2017, menjadi Rp507,26 triliun per Desember 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: OJK, diolah Bareksa
Sementara itu, hingga Mei 2019 AUM industri tercatat Rp508 triliun, atau naik sedikit jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu. Jika dilihat secara tahunan, angka tersebut hanya tumbuh tipis 0,4 persen dibandingkan dengan posisi Mei 2018 yang sebesar Rp504,4 triliun.
"Secara year to date (YtD) pertumbuhan asset under management (AUM) masih agak lambat karena efek dari tahun lalu, investor masih traumatis," kata Ketua AMII Edward P Lubis, Senin (17/6) seperti dilansir Kontan.
Mengapa dikatakan demikian? Perlu diingat pergerakan pasar saham dan obligasi tahun lalu bergerak cepat. Hal ini dikarenakan langkah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Fed yang agresif dalam menaikkan suku bunga acuan yang pada akhirnya diikuti kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI7DRR).
Namun untuk tahun ini, prospek obligasi diprediksi tidak terlalu buruk. Apalagi akhir Mei lalu ada sentimen positif yang datang dari lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) yang menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB.
Hanya saja, perlu diakui dampaknya belum akan terasa banyak saat ini, mengingat masih ada tekanan lebih berat dari ekonomi global khususnya berbagai kebijakan yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump.
Di sisi lain, pelaku pasar juga masih menunggu kepastian dari hasil pemilihan umum dan pembentukan kabinet kerja yang baru yang diharapkan mampu menciptakan optimisme baru di pasar.
Arus dana masuk diprediksi masih akan berlanjut masih ke pasar domestik. Jika sebelumnya investor cenderung hanya membeli sukuk, ORI atau SBN, ke depannya investor mulai kembali melakukan trading di pasar keuangan. Hanya, saja dilihat dari jumlah belum akan terlalu besar.
Adapun produk konvensional diperkirakan masih jadi penopang utama potensi pertumbuhan AUM hingga akhir tahun ini, khususnya yang berbasi aset saham dan obligasi. Semantara produk lain yang diperkirakan bakal turut berkontribusi, seperti reksadana penyertaan terbatas (RDPT) berbasis utang dan proyek.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.