Reksadana Saham Berkinerja Terburuk Januari 2020, AUM Anjlok 8,8 Persen
Di urutan dua terburuk indeks reksadana campuran juga merosot 3,46 persen
Di urutan dua terburuk indeks reksadana campuran juga merosot 3,46 persen
Bareksa.com - Mengawali tahun 2020, pasar modal Indonesia masih mengalami periode yang cukup berat untuk dilalui. Hal tersebut tercermin dari anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi acuan pasar modal Indonesia hingga mencapai 5,71 persen sepanjang bulan Januari 2020.
Kondisi tersebut turut memberikan tekanan kepada industri reksadana terutama yang berbasiskan saham. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham tercatat anjlok 7,57 persen sepanjang bulan lalu, menjadikannya kinerja reksadana yang terburuk dibandingkan dengan yang lainnya. Kemudian di urutan dua terburuk ada indeks reksadana campuran yang juga merosot 3,46 persen.
Sumber: Bareksa
Promo Terbaru di Bareksa
Namun di sisi lain, dua jenis reksadana lainnya masih mampu mencatatkan kinerja positif yakni reksadana pendapatan tetap dengan kenaikan 1,49 persen dan disusul reksadana pasar uang yang menguat 0,15 persen.
Selain dari kinerjanya yang paling buruk sepanjang bulan lalu, reksadana saham juga menjadi jenis reksadana yang mencatatkan penurunan dana kelolaan (asset under management/AUM) terbesar sepanjang bulan Januari 2020.
NAB Reksadana per Jenis Akhir Desember 2019–Januari 2020
Sumber: OJK, diolah Bareksa
Berdasarkan jenis portofolionya, reksadana saham menjadi jenis reksadana yang mencatatkan penurunan AUM terbesar sepanjang bulan lalu dengan penurunan mencapai 8,89 persen, disusul reksadana campuran yang berkurang 5,01 persen.
Sementara itu, reksadana pasar uang menjadi jenis reksadana yang mencatatkan kenaikan terbesar yakni 9,42 persen, disusul oleh reksadana pendapatan tetap 1,54 persen.
Catatan tersebut seolah menggambarkan sepanjang bulanJanuari 2020 yang banyak dihantui sentimen negatif sehingga membuat kinerja IHSG sangat mengecewakan, turut membuat investor menghindari jenis reksadana yang menempatkan portofolionya di pasar saham yakni reksadana saham dan reksadana campuran.
Namun di sisi lain, investor beralih ke jenis reksadana yang memiliki risiko lebih rendah yakni reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang, sehingga membuat kedua jenis reksadana tersebut mencatatkan pertumbuhan AUM paling tinggi.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut, nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada di dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.
Jenis reksadana yang dipilih, bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker, atau low-risk taker. Jika kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.
Sementara jika cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Jika cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).
Perlu diketahui soal reksadana, selain aman karena diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana juga berpotensi memberikan imbal hasil optimal, bukan objek pajak, serta sangat berpeluang bisa mengalahkan angka inflasi.
Demi kenyamanan berinvestasi pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu ya.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.