Bareksa.com - Dalam dua pekan terakhir, pasar saham Indonesia mengalami tekanan hebat seiring dengan sentimen negatif dari global yang turut membuat mata uang rupiah terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat. Meskipun demikian, masih ada produk keuangan yang masih stabil dalam kondisi ini, termasuk reksadana pasar uang.

Dalam dua pekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal menghapus peningkatan yang telah dicatatkan dari awal tahun dan menjadikan imbal hasilnya (return) negatif. IHSG turun 8,67 persen dalam periode 1-16 Mei 2019, sehingga produk investasi yang berbasis saham pun mayoritas terkena dampak negatif dari penurunan ini.

Tekanan di pasar saham dua pekan terakhir ini juga menjadikan kinerja IHSG dalam setahun hanya tinggal 0,93 persen. Mayoritas reksadana saham, yang tercermin dalam Indeks Reksadana Saham Bareksa juga minus 3,58 persen dalam setahun (per 16 Mei 2019. Namun, Indeks Reksadana Pasar Uang Bareksa justru bertahan stabil dan bisa mencatat return 4,87 persen dalam waktu yang sama.

Grafik Perbandingan IHSG, Indeks Reksadana Saham dan Indeks Reksadana Pasar Uang Bareksa

Sumber: Bareksa.com

Di marketplace investasi Bareksa, terdapat 10 produk reksadana pasar uang dari total 38 produk pasar uang tersedia, yang mencatat imbal hasil lebih dari 6 persen dalam setahun terakhir. Dalam jajaran lima terbesar dari 10 produk tersebut adalah Prospera Dana Lancar, Lancar Victoria Merkurius, Capital Money Market Fund, Sucorinvest Money Market Fund, dan Setiabudi Dana Pasar Uang.

Untuk lebih jelasnya mengenai kinerja kelima produk tersebut, lihat tabel berikut ini.

Tabel Kinerja Top 5 Reksadana Pasar Uang Bareksa

Sumber: Bareksa.com

Para investor yang mulai berinvestasi sejak setahun lalu di reksadana pasar uang tentu merasakan manisnya hasil investasi ini. Reksadana pasar uang memang disarankan untuk investor pemula dan tujuan jangka pendek karena risikonya rendah dan imbal hasilnya stabil.

Portofolio reksadana pasar uang mayoritas berisikan produk pasar uang, yakni deposito dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari setahun. Oleh sebab itu, kinerjanya stabil dan risikonya sangat rendah dibandingkan dengan produk reksadana jenis lain.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.