Mengenal Sharpe Ratio untuk Mengevaluasi Kinerja Reksadana
Sharpe Ratio menghitung kelebihan imbal hasil dibandingkan dengan investasi bebas risiko atas setiap unit risikonya
Sharpe Ratio menghitung kelebihan imbal hasil dibandingkan dengan investasi bebas risiko atas setiap unit risikonya
Bareksa.com – Apa yang kita pertimbangkan ketika memilih produk reksadana untuk investasi? Jawaban yang sering muncul adalah kinerja historis, alias pergerakan reksadana dan kaitannya dalam memberikan keuntungan di masa lampau.
Oleh karena itu, sebelum memilih berinvestasi pada reksadana sebaiknya investor melakukan penilaian terhadap kinerja yang ingin dimilikinya.
Namun bagaimana cara melakukan evaluasi terhadap kinerja reksadana? Apakah cukup hanya dengan imbal hasil (return)? Jika tidak, indikator apa yang harus digunakan oleh investor? Bagaimana pula cara untuk mengetahui baik buruknya kinerja reksadana tersebut?
Promo Terbaru di Bareksa
Dalam memilih produk reksadana, investor perlu mempertimbangkan tujuan investasi dan horizon (jangka waktu) dari tujuan tersebut. Terkait dengan hal tersebut maka dasar pemilihan reksadana tidak melulu kinerja atau return reksadana sebagai indikator yang paling banyak digunakan secara umum.
Dengan demikian, memilih reksadana harus hati-hati. Sebab, kalau seleksi hanya berdasarkan kinerja historis saja tanpa melihat pergerakan naik-turun (fluktuasi) lebih jauh dari reksadana yang bersangkutan, justru bisa mendorong pemilihan produk yang kurang sesuai dengan profil risikonya.
Fluktuasi reksadana ini bisa dinyatakan dengan standar deviasi atau simpangan dari rata-rata. Artinya, kita membandingkan pergerakan reksadana dengan tolok ukur, misal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau indeks reksadana.
Angka return yang tinggi tetapi dengan standar deviasi yang tinggi juga menunjukkan berarti produk reksadana tersebut memiliki risiko tinggi. Investor yang memilki horizon investasi jangka panjang lebih disarankan menempatkan dananya pada reksadana yang konsisten memberikan kinerja di atas tolok ukurnya (benchmark).
Salah satu metode yang familiar digunakan dalam menilai kinerja yang memperhitungkan risiko dari reksadana adalah Sharpe Ratio. Rasio tersebut menghitung seberapa besar kelebihan imbal hasil (excess return) dari instrumen investasi yang bersangkutan dibandingkan dengan investasi bebas risiko (risk free) atas setiap unit risikonya.
Dalam hal ini, Sharpe Ratio menggunakan standar deviasi dari reksadana sebagai unit risiko. Sementara standar deviasi mencerminkan total risiko dari suatu portofolio investasi. Total risiko yang dimaksud mencakup risiko sistematis (risiko pasar) maupun risiko dari portofolio itu sendiri. Semakin besar standar deviasi, maka semakin besar pula risiko dari reksadana tersebut.
Secara matematis, perhitungannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan formula di atas, bisa disimpulkan semakin tinggi Sharpe Ratio, maka semakin baik kinerja reksadana.
Evaluasi kinerja reksadana dengan menggunakan metode tersebut adalah dengan cara membandingkan nilai Sharpe Ratio satu reksadana dengan reksadana lainnya yang berada dalam satu jenis.
Tabel Reksadana Saham di Bareksa dengan Sharpe Ratio Tertinggi
Sumber: Bareksa
Untuk lebih memahami evaluasi kinerja reksadana menggunakan Sharpe Ratio, mari kita gunakan contoh.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Simas Syariah Unggulan memiliki Sharpe Ratio yang lebih baik senilai 0,2875, dibandingkan dengan Sucorinvest Maxi Fund yang senilai 0,1764. Padahal jika dilihat dari return-nya, Simas Syariah Unggulan hanya memiliki return 42,55 persen, jauh di bawah Sucorinvest Maxi Fund yang memiliki return 94,61 persen.
Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa dari penilaian Sharpe Ratio, ternyata Simas Syariah Unggulan lebih baik dibandingkan dengan Sucorinvest Maxi Fund.
Hal tersebut memberikan gambaran bahwa kinerja reksadana yang menghasilkan return tinggi, tidak selamanya menghasilkan Sharpe Ratio yang tinggi juga, karena di sana ada faktor risiko yang diukur dengan standar deviasi sehingga sangat berpengaruh terhadap hasil perhitungan Sharpe Ratio.
Sementara itu, ada juga kondisi di mana Sharpe Ratio reksadana memiliki angka negatif. Hal ini bisa terjadi bila reksadana memberikan return yang lebih rendah dibandingkan dengan tolok ukur yang digunakan.
Sebagai contoh di Bareksa, tolok ukur yang digunakan untuk Sharpe Ratio adalah suku bunga acuan Bank Indonesia. Maka, ada sejumlah reksadana, terutama jenis pasar uang, yang memiliki Sharpe Ratio negatif.
Dalam hal ini, kita bisa kembali menggunakan kinerja historis dan membandingkannya dengan benchmark, yakni indeks reksadana pasar uang yang mencerminkan kinerja rata-rata produk sejenis.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.