Dirut Majoris-AM, Zulfa Hendri : Ada Ruang Penurunan Yield Obligasi 10 Tahun
Return Majoris Obligasi Utama Indonesia berhasil mengalahkan return indeks acuannya sepanjang 2017
Return Majoris Obligasi Utama Indonesia berhasil mengalahkan return indeks acuannya sepanjang 2017
Mengamati pergerakan indeks obligasi konvensional (INDOBeX), Indonesia Composite Bond Index (ICBI) berhasil mencatatkan peningkatan 13,25 persen sepanjang 2017 di level 236,12 per 18 Oktober 2017.
Kondisi itu seiring dengan turunnya yield (imbal hasil) obligasi tenor 10 tahun (sebagai benchmark) yang mencerminkan adanya kenaikan pada permintaan di pasar obligasi sehingga mendongkrak kenaikan harga.
Sepanjang 2017, imbal hasil obligasi telah turun 17,38 persen ke level 6,56 persen per 18 Oktober 2017, dibandingkan posisi akhir tahun lalu di level 7,94 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Sejak awal tahun 2017, arus dana masuk investor asing ke pasar obligasi domestik tercatat sebesar Rp141,19 triliun per 13 Oktober 2017. Positifnya kinerja yang ditorehkan pasar obligasi sepanjang 2017 ini turut mendorong kinerja industri reksa dana, khususnya reksa dana pendapatan tetap.
Sepanjang 2017, indeks reksa dana pendapatan tetap telah membukukan return sebesar 8,49 persen per 18 Oktober 2017. Adapun salah satu reksa dana pendapatan tetap dengan catatan return tinggi adalah reksa dana Majoris Obligasi Utama Indonesia.
Bagaimana strategi PT Majoris Asset Management dalam mengelola reksa dana sehingga mampu menghasilkan return di atas benchmark? Berikut petikan hasil wawancara eksklusif Bareksa bersama Direktur Utama PT Majoris Asset Management, Zulfa Hendri, pada 19 Oktober 2017 lalu.
Seiring pemulihan ekonomi AS, maka potensi kenaikan FFR dan balance sheet rebalancing merupakah sebuah hal yang wajar, mengingat kebijakan moneter yang agresif sudah dijalankan The Fed sejak akhir 2008 lalu untuk mendorong pemulihan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda.
Korea Utara masih menjadi sebuah risiko yang dapat meningkat sewaktu-waktu. Walaupun Korea Utara sudah mulai merasakan dampak dari sanksi ekonomi dan perdagangan, niatan untuk melakukan uji coba missil masih terus dilakukan. Menyikapi risiko geopolitik dari Korea Utara ini kami menilai dampaknya masih mendorong risiko dan volatilitas di pasar.
Kondisi perekonomian Indonesia menunjukkan stabilitas makro ekonomi yang lebih baik, dengan current account deficit (CAD) yang terkendali (menurun) dan relatif stabilnya pergerakan mata uang rupiah. Dari sisi pemulihan ekonomi domestik, memang hingga kuartal QQ2/2017 masih cenderung melambat. Namun kami menilai berbagai langkah yang dilakukan pemerintah baik dari pelonggaran moneter dan semakin agresif mendorong spending akan mulai terlihat dampaknya khususnya pada QQ4/2017 ini. Di samping itu kegiatan ekspor juga diestimasi akan meningkat secara bertahap seiring pemulihan ekonomi global.
Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 2 kali pada 2017. Langkah agresif ini diambil BI untuk mendorong pemulihan ekonomi yang terlihat kian melambat. Selanjutnya, kami menilai BI belum akan menambah penurunan suku bunga acuan walaupun inflasi kita masih dalam level yang terkendali. Hal ini mengingat kekhawatiran akan kenaikan bunga FFR di bulan Des 2017 dan tekanan volatilitas pada mata uang rupiah terhadap dolar AS ke depannya. Upaya lain seperti melonggarkan macro prudential measure akan menjadi langkah yang dipilih pemerintah ke depannya untuk mendorong pemulihan ekonomi domestik.
Apabila dilihat dari indikator makroekonomi Indonesia yang cukup positif, kami melihat masih ada ruang untuk penurunan yield obligasi SUN tenor 10 tahun ke level 6,2 – 6,4 persen sampai dengan akhir tahun. Namun, dari sisi global beberapa faktor yang harus diwaspadai di antaranya rencana normalisasi balance sheet yang dilakukan pemerintah Amerika, rencana reformasi pajak dan risiko geopolitik antara Amerika dan Korea Utara.
Untuk Reksa Dana pendapatan tetap, saat ini strategi investasi kita masih overweight pada SUN namun durasi dari portfolio kita turunkan dengan pemilihan alokasi SUN yang lebih defensif (tenor-tenor pendek).
Strategi Investasi RD Majoris Obligasi Utama Indonesia menggunakan pendekatan durasi dengan alokasi sebagian besar porotfolio pada SUN dengan tenor panjang dan pendek, serta obligasi korporasi untuk meminimalkan volatilitas harga yang terjadi pada SUN.
Pertama-tama, yang harus dilakukan adalah mengenali tujuan keuangan investor itu sendiri dan seberapa realistis jangka waktu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan tersebut, dengan memperhitungkan potensi imbal hasil dari berbagai jenis instrumen investasi.
Hal yang terpenting menurut saya adalah terjadinya kesesuaian antara ekspektasi imbal hasil dan risiko dari reksa dana yang dipilih. Jika memilih reksa dana yang konservatif sementara berharap imbal hasil yang sangat tinggi, maka investor dapat kecewa. Sebaliknya, jika memilih reksa dana yang agresif sementara berharap fluktuasi NAB/unit reksa dana yang rendah, maka investor bisa kaget.
Internet Of Things (“IOT”) mungkin telah terjadi di negara manapun dan di sektor usaha apapun, tidak terkecuali di industri reksa dana. Saya melihat bahwa dengan semakin banyaknya pengguna smartphone dan internet, penjualan reksa dana secara online akan menjadi standar baku yang harus dimiliki oleh setiap Agen Penjual Efek Reksa Dana di Indonesia jika ingin dipandang sebagai organisasi yang bonafid.
Dari sisi perusahaan, apakah di tahun ini perusahaan berencana akan menambah produk baru? Jika iya, produk reksa dana jenis apa yang akan diluncurkan? Serta apa yang menjadi fokus perusahaan dan berapa target AUM yang akan dicapai pada tahun ini?
Kami menargetkan AUM sebesar Rp1 triliun sampai dengan akhir tahun ini. Dalam usaha untuk mencapainya, salah satu strategi penting kami adalah dengan membuka jalur distribusi untuk menggapai nasabah ritel secara efisien, terutama melalui Agen Penjual Efek Reksa Dana yang memasarkan reksa dana secara online.
**
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana..
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.