BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Ekonomi Melambat, Simpan Kas Atau Mulai Investasi?

01 September 2015
Tags:
Ekonomi Melambat, Simpan Kas Atau Mulai Investasi?
Seorang pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Badung, Denpasar - (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana).Seorang pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Badung, Denpasar - (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)

Data BPS: inflasi meningkat setelah masa krisis

Bareksa.com - Perlambatan ekonomi yang dipicu krisis selalu diikuti dengan naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok. Kenaikan harga barang secara agregat (inflasi) tentunya membuat nilai uang kas yang kita pegang semakin hari semakin tergerus. Walhasil menyimpan uang kas bukan lagi menjadi pilihan tepat ketika perlambatan ekonomi sedang terjadi.

Ambil contoh setelah krisis global yang dipicu subprime mortgage Amerika Serikat (AS). Ketika itu perekonomian Indonesia menunjukan perlambatan cukup dalam. Produk domestik bruto (PDB) 2009 hanya 4,6 persen, turun dari sebelumnya 6 persen.

Untuk membendung perlambatan, otoritas moneter (Bank Indonesia) melakukan kebijakan ekonomi longgar dengan menurunkan suku bunga acuan. Saat itu, suku bunga BI (BI Rate) diturunkan menjadi 6,5 persen dari tahun sebelumnya sekitar 9 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

Dengan menurunnya suku bunga, korporasi dan masyarakat bisa lebih percaya diri menarik pinjaman di bank dan mulai mengembangkan bisnis kembali. Harapannya perekonomian bisa bergairah lagi.

Grafik: Tingkat Pertumbuhan PDB year-on-year (YoY)

Illustration


Sumber: Worldbank.org

Pelonggaran kebijakan ekonomi terbukti efektif dalam meredam perlambatan. Setelah BI memangkas suku bunga pada 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu kembali menguat setahun setelahnya, yakni pada 2010 menjadi 6,2 persen.

Tapi di sisi lain, langkah pelonggaran moneter oleh BI, ditambah langkah ekspansif pemerintah memicu bertambahnya dana yang ada di sistem perekonomian. Hal ini berakibat pada naiknya daya beli masyarakat, sehingga pada akhirnya memicu inflasi yang lebih tinggi.

Salah satu contoh aset yang mengalami peningkatan harga adalah properti. Pada 2012, Indonesia mengalami twin deficit (defisit neraca transaksi berjalan & defisit APBN secara bersamaan). Menghadapi hal tersebut, pada Febuari 2012, BI menurunkan suku bunga acuan ke kisaran 5,75 persen dari sebelumnya 6,5 persen.

Langkah tersebut secara perlahan memicu naiknya harga properti. Survei harga properti yang dilakukan BI menunjukan bahwa pertumbuhan harga properti residensial pada kuartal I-2013 mencapai 16 persen jauh melampaui pertumbuhan harga pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4 persen.

Selain itu, tingkat inflasi pada 2013 juga naik drastis menjadi 8,38 persen dari tahun sebelumnya 4,3 persen. Peningkatan inflasi terutama dipicu kenaikan harga bahan makanan yang sampai ke level 11,35 persen tertinggi sejak 2010.

Grafik: Indeks Harga Properti

Illustration

sumber: Bank Indonesia

Dalam kondisi ini, menyimpan dana di bank tentunya bukan pilihan tepat. Suku bunga acuan yang hanya 5,75 persen kalah jauh dari inflasi yang lebih dari 8 persen. Dengan kata lain, nilai uang yang tersimpan di bank justru tergerus oleh semakin mahalnya harga barang-barang kebutuhan pokok.

Grafik: Inflasi (YOY) & Suku Bunga BI

Illustration

sumber: Bareksa

Dengan demikian, akan sangat baik jika kita menempatkan dana pada aset yang mampu tumbuh lebih tinggi dari inflasi. Salah satunya adalah reksa dana pendapatan tetap yang mengalokasikan investasi pada instrumen obligasi dan pasar uang yang lebih aman dibanding instrumen saham.

Berdasarkan data Bareksa, 10 tahun terakhir reksa dana jenis ini memberi return sebesar 113,42 persen atau 11,3 persen per tahunnya. Return reksa dana pendapatan tetap memang kalah jauh dibandingkan dengan reksa dana saham yang memberi keuntungan 216,97 persen dalam 10 tahun terakhir.

Tapi, grafik yang tertera di bawah ini menunjukan bahwa reksa dana pendapatan tetap memiliki return yang lebih stabil dari reksa dana jenis lainnya. Bahkan saat krisis 2008 dan 2013, reksa dana jenis ini masih mampu memberi hasil positif.

Grafik: Return Indeks Reksa Dana 10 Tahun

Illustration

Sumber: Bareksa

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua