8 Hal Paling Diperhatikan Investor pada Pekan Keempat September
Pasar saham dunia juga tertekan beberapa sentimen negatif mulai dari valuasi yang mahal, lonjakan kasus covid 19 hingga ketegangan China-AS
Pasar saham dunia juga tertekan beberapa sentimen negatif mulai dari valuasi yang mahal, lonjakan kasus covid 19 hingga ketegangan China-AS
Bareksa.com - Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee, menyatakan sepanjang pekan keempat September 2020 ini, ada 8 hal yang paling diperhatikan investor pasar modal. Berikut rinciannya :
1. Pelaku pasar menanti Rancangan Undang-Undang Stimulus Fiskal Amerika Serikat untuk mengantisipasi kasus Covid-19 baru yang diperkirakan senilai US$1,5 triliun. Namun komentar dari Ketua DPR, Nancy Pelosi dan Kepala Staf Gedung Putih, Mark Meadows, menunjukkan partai Demokrat dan Republik masih jauh dari kesepakatan stimulus fiskal lanjutan. Bila terjadi kesepakatan maka akan jadi sentimen positif yang mendorong indeks-indeks dunia naik dan nilai tukar dolar AS bisa melemah.
2. Pelaku pasar memperhatian data ekonomi yang lemah dan ketidakpastian prospek ekonomi AS. Hal ini sejalan dengan pernyataan The Fed tentang laju pemulihan ekonomi yang melambat. Angka klaim pengangguran masih tetap tinggi semenjak pandemi Covid 19. Data Housing Starts dan indeks bisnis Philadelphia menunjukkan penurunan. Pemulihan yang melambat membuat optimisme pelaku pasar saham menurun sehingga terjadi tekanan di pasar saham.
Promo Terbaru di Bareksa
3. Beberapa bank sentral dunia mempertahankan suku bunga dan kebijakan monenternya. Hal ini memupuskan harapan pelaku pasar akan tambahan stimulus untuk mendukung ekonomi. Tidak ada tambahan pelonggaran kuantitatif (QE) seiring pemulihan ekonomi yang melambat. Di antaranya Bank of England (BoE) mempertahankan suku bunganya di 0,1 persen, Bank of Japan juga mempertahankan kebijakan moneter, serta Bank Sentral AS, The Fed juga memutuskan kembali mempertahankan kebijakan suku bunga rendahnya di 0-0,25 persen dan tidak ada indikasi tambahan stimulus.
4. Koreksi pada sebagain saham teknologi masih menjadi penekan pergerakan pasar. Sudah hampir dua pekan saham-saham perusahaan teknologi turun akibat kekhawatiran valuasi yang terlalu tinggi. Selama periode lockdown saham-saham perusahaan teknologi dianggap mampu tetap beroperasi dan menghasilkan keuntungan ketika orang harus bekerja di rumah.
5. Negara-negara Eropa menghadapi lonjakan kasus covid 19 dalam beberapa pekan terakhir. Kementerian Kesehatan Prancis melaporkan jumlah infeksi Covid-19 baru tertinggi dalam satu hari sejak wabah virus ini dimulai. Beberapa negara Eropa seperti Denmark dan Yunani mengumumkan mulai mengadakan pembatasan baru untuk menurunkan infeksi baru yang melonjak di beberapa kota besar. Inggris dilaporkan sedang mempertimbangkan penguncian nasional baru atau lockdown.
6. Laporan S&P Global menyatakan ada beberapa bank sentral di negara berkembang yang diperkirakan akan mempertaruhkan reputasi mereka, peringkat kredit negara dan bahkan risiko akan krisis ekonomi besar-besaran jika terus mencetak uang dan membeli surat utang pemerintah setelah krisis berlalu. Ini tentu juga bicara independensi bank sentral di mana kebijakan moneter harus tetap independen terhadap pemerintah. Hampir 3 pekan, rupiah mengalami volatilitas tinggi salah satunya didorong kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan memasuki resesi, meningkatnya kasus Covid-19 dan manuver beberapa anggota DPR untuk merevisi UU Bank Indonesia yang mengancam independensi bank sentral.
7. Beberapa perkembangan positif dalam negeri di antaranya adalah keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan. BI lebih mengutamakan stabilitas keuangan dalam mendukung perekonomian Indonesia dan mengindikasikan bank sentral tetap independen. Meskipun inflasi sangat rendah tetapi volatilitas rupiah membuat BI menahan penurunan suku bunga. BI memastikan kepada pelaku pasar bahwa perjanjian burden sharing dengan pemerintah hanya untuk tahun 2020. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menjanjikan akan mempertahankan kebijakan moneter BI tetap independen.
8. Pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jakarta yang tidak sama persis dengan pemberlakuan PSBB periode pertama atau lebih longgar mampu mendorong IHSG naik di awal pekan lalu. PSBB total ditempuh akibat kenaikan angka infeksi harian dan angka kematian Covid-19 tertinggi di wilayah Jakarta. Tetapi dampak PSBB total yang longgar tetap di perkirakan akan mengganggu aktivitas bisnis dan perusahaan.
"Pasar saham dunia juga tertekan beberapa sentimen negatif mulai dari valuasi yang mahal, lonjakan kasus covid 19 dan ketegangan China AS. Hal ini membuat IHSG kami perkirakan selama sepekan berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5.000 sampai 4.754 dan resistane di level 5.100 sampai 5.187,” ujar Hans dalam keterangannya (21/9/2020).
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.