Ketua DK OJK, Wimboh Santoso : Investor Domestik Topang Penguatan Pasar Modal RI
Pasar SBN trennya menguat, dengan yield menurun bahkan lebih rendah dibandingkan akhir 2019
Pasar SBN trennya menguat, dengan yield menurun bahkan lebih rendah dibandingkan akhir 2019
Bareksa.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso, menyatakan perbaikan beberapa rilis terakhir indikator perekonomian baik global maupun domestik memberikan sentimen positif terhadap kinerja pasar keuangan yang secara konsisten melanjutkan penguatan di bulan Agustus 2020:
"Pasar saham ditutup menguat di level 5.340,33 per 26 Agustus 2020. Sejak 8 Juli, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten di atas level 5.000," ungkap Wimboh dalam keterangannya secara daring (27/8/2020).
Menurut Wimboh, pada Juli kinerja IHSG naik 4,98 persen secara bulanan (MtM), dan sampai dengan 26 Agustus 2020 naik 3,7 persen MtD. Dengan demikian, pelemahan IHSG secara secara year to date 15,25 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Untuk diketahui, IHSG secara MtM mulai membukukan kinerja positif sepanjang tahun ini sejak April 2020, setelah pada Februari dan Maret anjlok tertekan dampak pandemi Covid-19. Penurunan terdalam pada Maret dengan minus 16,76 persen dan kenaikan tertinggi pada Juli.
Kinerja IHSG
Sumber : OJK
Wimboh menyatakan investor domestik mulai menunjukkan kekuatannya, walaupun aliran dana asing belum sepenuhnya kembali masuk.Transaksi yang dilakukan investor domestik menopang penguatan pasar saham. Sehingga meskipun investor asing mencatatkan net sell, namun penguatan pasar saham masih terjadi.
Hingga 26 Agustus, investor non residen masih mencatatkan aliran dana keluar di pasar saham Rp5,68 triliun MtD (atau net sell Rp25,17 triliun YtD) dan di pasar SBN Rp8,26 triliun MtD (atau net sell Rp124,3 triliun YtD per 24 Agustus 2020).
Aliran Dana Asing
Sumber : OJK
Wimboh menyatakan untuk pasar SBN trennya menguat, dengan yield SBN menurun bahkan lebih rendah dibandingkan akhir 2019, yield per 25 Agustus turun 21,2 bps MtD (turun 52 bps YtD).
"Dari sisi intermediasi industri jasa keuangan, mulai bergeraknya aktivitas ekonomi pasca pelonggaran pemberlakuan pembatasan sosial mendorong pertumbuhan kredit perbankan kembali sedikit meningkat menjadi 1,53 persen YoY. Namun demikian, pertumbuhan piutang pembiayaan masih memperlihatkan kontraksi yang lebih dalam," ungkapnya.
Pertumbuhan Ekonomi
Wimboh mengatakan rilis data pertumbuhan ekonomi global di kuartal II 2020 menunjukkan kontraksi perekonomian global yang sangat dalam akibat dari pandemi Covid-19, terburuk sejak The Great Depression seabad lalu. "Indonesia patut bersyukur meskipun pertumbuhan ekonomi juga terkontraksi namun tidak sedalam kontraksi pertumbuhan negara-negara tetangga kita seperti Singapura, Malaysia, dan Philipina," ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020, untuk Amerika Serikat minus 9,6 persen, Uni Eropa (15 persen), Jepang (-9,9 persen), Malaysia (-17,1 persen), Filipina (-16,5 persen), dan Indonesia (-5,3 persen).
"Dengan telah dimungkinkannya beberapa negara membuka kembali perekonomiannya, rilis indikator ekonomi global terkini menunjukkan perbaikan seperti PMI dan penjualan ritel di Tiongkok, AS, dan Eropa meningkat dan bahkan beberapa telah kembali ke level pra-krisis, menyiratkan V-shaped recovery masih dapat diupayakan sepanjang penyebaran Covid-19 dapat dikendalikan dan reopening ekonomi dapat terus dilakukan," ungkapnya.
Dari sisi domestik, tekanan pada perekonomian Indonesia diperkirakan telah memuncak pada kuartal II 2020 akibat dari penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai wilayah yang membatasi aktivitas ekonomi untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
"Pemulihan perekonomian mulai tampak di awal kuartal III 2020. Hal ini dikonfirmasi oleh rilis data surplus neraca perdagangan serta berlanjutnya tren perbaikan dari beberapa indikator perekonomian seperti PMI, indeks penjualan ritel maupun indeks kepercayaan konsumen," Wimboh menjelaskan.
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.