Indeks Saham dan Reksadana Indeks, Apa Bedanya?
Reksadana indeks adalah reksadana saham yang meniru portofolio indeks acuannya.
Reksadana indeks adalah reksadana saham yang meniru portofolio indeks acuannya.
Bareksa.com - Berbicara mengenai pasar modal, kita pasti sering mendengar yang namanya indeks saham. Kemudian, ada lagi yang namanya reksadana indeks saham. Apa beda antara indeks saham dan reksadana indeks?
Indeks saham adalah ukuran statistik perubahan gerak harga dari kumpulan saham yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan digunakan sebagai sarana tujuan investasi.
Di Bursa Efek Indonesia, terdapat banyak indeks saham tetapi yang paling sering dikenal adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG mengukur pergerakan semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yang per 18 Juni 2020 berjumlah 693 saham.
Promo Terbaru di Bareksa
Kemudian, ada juga indeks saham yang mengukur hanya saham-saham berkapitalisasi besar dan paling sering diperdagangkan (likuid), seperti indeks LQ45 yang berisikan 45 saham pilihan, IDX30 dan IDX80 yang diterbitkan oleh pihak ketiga.
Selain itu, terdapat indeks yang mengukur performa harga dari saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah seperti Indeks IDX SMC Composite, Indeks IDX SMC, dan Indeks Pefindo25. Setidaknya ada 22 indeks saham di Bursa Efek Indonesia saat ini.
Kemudian, ada juga indeks yang diterbitkan oleh institusi global yang menilai saham-saham Indonesia, seperti MSCI Indonesia dan FTSE Indonesia.
Research Analyst Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan indeks-indeks saham ini dievaluasi secara berkala oleh perusahaan/institusi penerbitnya. Tujuan indeks-indeks ini adalah menjadi acuan bagi investor, pengelola dana atau manajer investasi dalam membuat portofolio.
"Tujuan indeks saham adalah mengukur sentimen pasar. Kemudian, indeks saham bisa menjadi acuan atau benchmark dalam mengelola portofolio aktif," ujarnya dalam wawancara video bersama Bareksa 16 Juni 2020.
Adapun reksadana indeks adalah reksadana saham yang meniru portofolio indeks acuannya. Misal, reksadana indeks ada yang mengacu pada LQ45, maka isi portofolio reksadana tersebut sama dengan saham-saham dalam LQ45.
Tujuan dari penerbitan reksadana indeks adalah meniru pergerakan indeks acuannya. Jadi, semakin mirip dengan indeks acuannya, maka reksadana indeks tersebut semakin baik.
Ibaratnya indeks saham adalah resep masakan yang sudah terbukti enak, dan reksadana indeks mengikuti resep tersebut. Reksadana indeks meniru baik jumlah isi saham maupun rasio pembobotan indeks acuannya, sehingga rasa (kinerjanya) dipastikan mirip dengan indeks acuannya.
"Untuk masyarakat investor yang tidak memiliki banyak waktu memantau pergerakan saham, bisa memilih reksadana indeks yang mengacu pada indeks saham yang terbukti memiliki kinerja fundamental baik," kata Nafan.
Selain itu, reksadana indeks juga bisa dibeli oleh investor dengan modal yang terjangkau, mulai dari Rp100.000. Hal ini, berbeda dengan berinvestasi saham langsung yang membutuhkan modal lebih besar.
Pembobotan
Di dalam indeks ada istilah pembobotan, alias besarnya berat (kapitalisasi) masing-masing saham dibandingkan dengan total semua saham dalam indeks tersebut.
Misalnya, total indeks LQ45 memiliki nilai (kapitalisasi) Rp1.000 triliun, dan saham BBCA dalam indeks tersebut nilainya Rp100 triliun, maka saham BBCA memiliki bobot 10 persen dari indeks. (Nilai ini hanyalah ilustrasi dan bukan nilai sebenarnya).
Kemudian, bila ada suatu reksadana menggunakan LQ45 sebagai acuannya, maka isi portofolio dari reksadana itu memiliki saham BBCA senilai 10 persen dari total dana kelolaannya.
Ilustrasi Pembobotan Saham dalam Indeks
Sumber: Bareksa.com
Reksadana indeks, menurut peraturan, boleh melakukan variasi dari pembobotan ini dengan batasan maksimal 20 persen. Artinya, variasi memungkinkan reksadana mengambil 80 persen hingga 120 persen dari bobot aslinya.
Contoh, bila reksadana itu ingin lebih banyak saham BBCA dalam portofolio, manajer investasi boleh menjadikan bobotnya menjadi maksimal 12 persen (120% X 10%). Atau, bila MI ingin mengurangi saham BBCA, bobotnya menjadi minimal 8 persen (80% x 10%) dalam portofolionya.
Perlu diingat, seperti halnya investasi saham atau reksadana saham, investasi reksadana indeks saham memiliki risiko pergerakan pasar yang cepat. Sehingga, investasi reksadana indeks saham disarankan untuk investor dengan profil risiko agresif yang bisa menerima risiko tinggi (risk taker) serta untuk investasi jangka panjang (di atas lima tahun).
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.