BeritaArrow iconPasar ModalArrow iconArtikel

Bahana TCW Investment Prediksi Pasar Saham Menguat di Semester II

Bareksa23 Juli 2019
Tags:
Bahana TCW Investment Prediksi Pasar Saham Menguat di Semester II
Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat (Bareksa/AM)

Dari segi valuasi, bursa saham Indonesia masih lebih murah dibandingkan beberapa negara di Asia

Bareksa.com - Pasar saham Indonesia kembali berpeluang menguat di semester II tahun ini setelah usai dari hiruk pikuk politik dan para pelaku pasar mendapat kepastian Presiden terpilih Joko Widodo kembali memimpin Indonesia untuk kedua kali.

Menurut Kepala Ekonom dan Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment, Budi Hikmat, ada beberapa faktor di semester dua yang bisa mendongkrak kenaikan pasar saham. Yakni sentimen positif dari Bank Sentral Amerika Federal Reserve (The Fed) yang memberi sinyal kuat untuk menurunkan suku bunga pada akhir Juli ini.

"Dari segi valuasi, bursa saham Indonesia masih lebih murah dibandingkan bursa saham beberapa negara di Asia, sehingga memikat investor asing untuk kembali berinvestasi di Indonesia," ungkapnya dalam keterangan tertulis (23/7).

Promo Terbaru di Bareksa

Kemudian, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga BI 7 days Reverse Repo Rate 25 basis poin menjadi 5,75 persen pada 18 Juli 2019 lalu. Sehingga suku bunga deposito cenderung turun, diantisipasi dengan bunga obligasi.

Sementara faktor earnings atau pendapatan perusahaan masih belum memberi hasil maksimal karena daya beli masyarakat belum membaik. Budi memperkirakan earnings korporasi pada tahun ini akan berkisar antara 8-10 persen.

Sektor-sektor yang menarik untuk dicermati dengan kondisi membaiknya pasar saham ialah sektor perbankan, konsumen, dan properti. Sementara, sektor yang harus diwaspadai adalah sektor komoditas, baik itu batu bara, minyak sawit (CPO) sebagai dampak dari pelambatan ekonomi yang terjadi di Cina.

Penguatan Rupiah Belum Secara Fundamental

Budi menillai di samping prospek IHSG yang diprediksi menarik tahun ini, rupiah juga telah mencerminkan penguatan pada pekan lalu.

Rupiah kembali menguat terhadap kurs dolar Amerika Serikat (AS), yang naik 0,49 persen ke level Rp13.930 sepanjang pekan lalu. Rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia sepanjang Juli, dimana rupiah menguat 1 persen terhadap dolar AS.

Namun Budi mengingatkan jika penguatan rupiah belum ditopang secara fundamental. Seban penguatan rupiah yang terjadi disebabkan oleh masuknya aliran modal asing (capital inflow) ke pasar keuangan Indonesia Rp 192,5 triliun, di mana Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 118,1 triliun dan saham senilai Rp 74 triliun. Adapun, kepemilikan investor asing terhadap SBN telah melebihi Rp 1.000 triliun.

Indonesia masih mengalami defisit neraca dagang. Sepanjang semester satu 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca dagang Indonesia defisit US$1,93 miliar. Pada bulan Juni, terjadi surplus US$200 juta. Meski demikian, defisit neraca dagang semester 1 tahun ini merupakan defisit neraca terdalam selama empat tahun terakhir.

“Tantangan terbesar kita saat ini ialah bagaimana mengatasi defisit neraca nerjalan/current account deficit (CAD). Kebijakan moneter dan fiskal saja tak cukup memperbaiki CAD. Hal yang kita tunggu saat ini adalah kabinet pemerintah yang baru untuk memberi solusi dalam memacu produktivitas dan daya saing”, ungkapnya/.

Salah satu penyebab membengkaknya CAD, lanjut Budi, adalah penyakit Belanda atau Dutch Disease, yakni masyarakat terlena menggunakan produk barang/jasa impor, namun tak menggerakan roda produktivitas.

“Semasa era commodity booming, sektor manufaktur kurang dapat dukungan sementara belanja masyarakat untuk barang impor tumbuh pesat. Ketika booming berakhir, belanja barang impor sulit ditekan sementara sektor manufaktur sulit menyerap tenaga kerja yang menghasilkan pendapatan untuk rumah tangga," ungkap Budi.

(*)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua