IHSG Dibayangi Ekonomi Global dan Pengumuman Pilpres 22 Mei, Bahana Sarankan Ini
Investor sebaiknya defensif dengan berinvestasi di pasar uang terlebih dahulu
Investor sebaiknya defensif dengan berinvestasi di pasar uang terlebih dahulu
Bareksa.com - Dalam beberapa bulan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami fluktuasi. Berdasarkan data Bareksa, sejak akhir Desember 2018 hingga 17 Mei 2019, IHSG menurun sekitar 5,74 persen.
Penurunan ini disinyalir akibat tekanan ekonomi global dan adanya peristiwa di domestik. Lalu apakah pelemahan ini akan terus terjadi hingga akhir tahun dan bagaimana investor reksadana dan obligasi menghadapi hal tersebut?
Sumber : Bareksa
Promo Terbaru di Bareksa
Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat menyatakan menjelang pengumuman hasil pemilihan presiden pada 22 Mei 2019 mendatang, investor masih akan terus memperhatikan keadaan ekonomi domestik.
"Investor juga akan mengantisipasi risiko rusuh dan reshuffle kabinet yg lebih mendukung penguatan daya asing dan FDI," ujar Budi kepada Bareksa, Senin (20/5).
Dengan melihat hal ini, valuasi saham akan jauh lebih murah. "Kelihatannya reli bond dulu baru saham kalo ada berita baik. Sebab yield SBN lebih menarik," ucap dia.
Untuk mengantisipasi hal ini, menurut Budi, investor sebaiknya berinvestasi di instrumen yang lebih rendah risikonya. "Saya pilih defensif di pasar dulu," kata dia.
Sementara itu, Pilarmas Investindo Sekuritas menilai, faktor global akan sangat mempengaruhi pergerakan IHSG. Sentimen ini datang dari serunya pertarungan China dengan Amerika yang terus memasuki babak baru. China menyampaikan mulai kurang berminat untuk melanjutkan pembicaraan kesepakatan dengan Amerika karena berada di bawah ancaman tarif yang lebih tinggi saat ini.
Pemerintah China akan meningkatkan stimulus untuk menopang perekonomian domestik atas dampak yang diberikan oleh kenaikan tarif Amerika. Rakyat China sudah siap apabila Amerika terus memainkan peran antagonis.
Dalam hal ini kesepakatan, namun sesuai dengan cara Amerika, tentu hal ini membuat China akan semakin kuat dalam menghadapi persaingan global, sekalipun tanpa Amerika yang menjadi partner ekspornya.
Beralih kepada sektor otomotif, dengan tenggat waktu yang diberikan Amerika kepada para importir mobil khususnya dari Jepang dan uni Eropa, membuat Toyota yang telah membangun pabrik di Alabama, menjadi kecewa.
Dalam kurun waktu 180 hari, Amerika dan Jepang bersama dengan Uni Eropa harus menegosiasikan ulang kesepakatannya. Impor mobil asing ke Amerika akan menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional Amerika, hal ini yang membuat Amerika menginginkan negosiasi ulang. Hal ini akan menjadi perhatian penting dalam World Trade Week pekan depan.
Selain dari faktor ekonomoi global, tekanan dari lokal juga kian meninggi. Di tengah keputusan KPU akan pemenangan calon presiden pada tanggal 22 Mei, tensi politik dan stabilitas menjadi perhatian utama.
Karena itu, pekan ini akan menjadi pekan yang krusial bagi pasar modal, sekaligus akan menjadi titik balik setelah pengumuman 22 Mei dan disahkan pada 26 Mei.
Apabila dalam kurun waktu tersebut tidak ada gugatan terhadap pengumuman pemenang tersebut dan situasi serta kondisi berjalan dengan baik, seharusnya pekan depan akan menjadi momen penguatan pasar modal.
Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai adanya peluang penurunan PPN di tahun 2019. Penurunan PPN dinilai berasal dari kebijakan restitusi yang dipercepat sehingga memberikan tekanan terhadap pelayanan masyarakat dan dunia usaha.
Pada April 2019 penerimaan PPN Rp129,9 triliun atau turun 4,3 persen dari posisi April 2018 yang sebesar Rp135,8 triliun.
Selain itu, Sri Mulyani juga mewaspadai penurunan pertumbuhan PPh Badan. Pada Januari-April 2019 PPh Badan Rp94,9 triliun atau tumbuh 4,9 persen dari posisi yang sama di tahun sebelumnya.
Menurut dia, laba perusahaan go public saat ini hanya tumbuh 7.12 persen di 2018, sedangkan pada 2017 pertumbuhannya 22.7 persen. Ini yang menunjukkan perusahaan tidak menikmati laba sekuat tahun sebelumnya dan menyebabkan PPh Badan mengalami penurunan pertumbuhan.
Dengan melihat hal tersebut, Pilarmas melihat saat ini IHSG masih berpotensi bergerak melemah pada level 5.790-5.863.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.