Berita Hari Ini : Obligasi Bakal Reli Pasca Pilpres, Finmas Incar Fund Rp1,47 T
Al Falah Investments caplok 50,3 persen saham Muamalat, global bond LPEI US$900 juta, OJK atur iklan lembaga keuangan
Al Falah Investments caplok 50,3 persen saham Muamalat, global bond LPEI US$900 juta, OJK atur iklan lembaga keuangan
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 18 April 2019 :
PT Bank Muamalat Indonesia
lham Habibie Cs lewat perusahaannya Al Falah Investments PTE Limited akan menjadi pengendali saham PT Bank Muamalat Indonesia. Al Falah akan mencaplok 50,3 persen saham bank syariah tersebut yang ditargetkan rampung pada Mei 2019 mendatang.
Promo Terbaru di Bareksa
Bank Muamalat akan menggelar penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue Rp2,2 triliun. Berdasarkan rancangan akuisisi yang diterbitkan Bank Muamalat Rabu (17/4), Al Falah akan menyerap 77,1 persen dari seluruh rights issue tersebut
Jika pemegang saham eksisting tidak mengeksekusi haknya dalam penawaran umum terbatas itu, Al Falah juga akan bertindak sebagai standby buyer atau pembeli siaga.
Al Falah merupakan perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Singapura. Perusahaan ini dimiliki dan didirikan bersama Ilham Akbar Habibie dan CP5 Hold Co 2 Limited yaitu perusahaan investasi yang secara tidak langsung dimiliki 100 persen oleh SSG Capital Management Limited untuk tujuan berinvestasi di Bank Muamalat. SSG adalah perusahaan pengelola aset alternatif dengan kelolaan US$5 milar.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau dikenal dengan Indonesia Eximbank (IEB), dikabarkan akan kembali menerbitkan obligasi global (global bond) US$900 juta,. Obligasi global ini akan memiliki dua seri dengan masing-masing tenor, dua dan tiga tahun.
Delapan bank Internasional diperkirakan akan memenangkan hak menjual global bond milik LPEI, yaitu Bank Australia and New Zealand (ANZ), CTBC, Bank First Abu Dhabi, Bank Mizuho, Bank Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Bank Standard Chartered (StandChart), Sumitomo Mitsui Banking Corp, dan Bank United Overseas (UOB).
Lebih lanjut, belakang ini LPEI dikabarkan mengajukan penghapusan salah satu kondisi perjanjian pinjaman atas obligasi dengan total nilai US$1,15 miliar yang baru ditandatangani 10 bulan lalu.
Otoritas Jasa Keuangan
Maraknya iklan lembaga jasa keuangan (LJK) yang terkesan menyesatkan masyarakat membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merasa perlu mengeluarkan ultimatum. Pasalnya, iklan-iklan tersebut sering membuat masyarakat merasa tertipu.
Dalam hal ini, OJK akan mengacu pada POJK Nomor 1 Tahun 2013, tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
"Sekarang di OJK selain sebagai pengawas kesehatan sektor jasa keuangan kita juga awasi mengenai perilaku penyedia jasa keuangan dalam membuat produk dan memasarkan produknya. Bagaimana seharusnya penyedia jasa keuangan beriklan," ujar Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Sarjito, Selasa (16/4/2019).
Lebih lanjut lagi Sarjito menjelaskan, terdapat beberapa pedoman yang harus diperhatikan LJK, sebelum mempublikasikan iklan.
Pertama, iklan harus akurat. Hal ini berarti, segala informasi yang terdapat dalam iklan harus sesuai referensi pihak ketiga yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kedua, mengharuskan iklan LJK jelas. Selain sumber dari informasi dalam iklan harus kredibel, OJK menginginkan penjelasan dalam iklan tersebut lengkap, meliputi manfaat, biaya, risiko, serta syarat dan ketentuan berlaku, sehingga masyarakat tidak merasa tertipu.
Ketiga, iklan dalam LJK harus jujur. Maksudnya, apa yang diklaim dalam iklan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Terakhir, iklan tidak boleh menyesatkan.
PT United Tractors Tbk (UNTR)
Sayap bisnis alat berat milik PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR) berencana kembali mengakuisisi tambang mineral, termasuk batu bara dan emas, sebagai strategi di tengah masih rendahnya harga batu bara.
Manajemen perusahaan menyebutkan tengah dalam penjajakan dan uji tuntas atau due dilligence untuk beberapa tambang yang sudah dibidik perseroan.
Direktur Utama United Tractors, Franciscus Kesuma, mengatakan perusahaan sedang fokus mengembangkan bisnis tambang mineral, terutama emas. Hal itu mengingat penjualan alat berat perseroan saat ini dalam tren lesu karena masih rendahnya harga jual batu bara, terutama untuk batu bara kalori rendah.
"Project lain fokus ke thermal coal high quality, cooking coal dan mineral. Mineral memang baru emas dan ke depan masih prioritas dan kami terbuka untuk akuisisi tambang yg sudah jadi dan kalau ada potensi green field terutama yang masih di sekitar cluster Asmin dan sekitarnya. Itu akan jadi prioritas cooking dan thermal," kata Franciscus di Grand Ballroom United Tractors, Jakarta, Selasa (16/4).
Rencana pengembangan bisnis pertambangan ini sejalan dengan prediksi perusahaan tahun ini di mana penjualan alat berat diprediksi turun menjadi 4.100 unit, dari posisi penjualan tahun lalu sebanyak 4.879 unit.
Finmas
Oriente, induk dari fintech peer to peer lending (P2P) Finmas, sedang menjajaki pendanaan seri B dengan target selesai pada semester I 2019. Meski belum menyebutkan target pendanaan, namun diyakini nilainya melebihi pendanaan seri A yang mencapai US$105 juta atau Rp1,47 triliun (kurs Rp 14.000).
Peter Lydian, CEO Finmas, unit usaha Oriente di Indonesia mengatakan pendanaan tersebut diperkirakan bisa direalisasikan segera. Oriente merupakan perusahaan fintech yang dibesut oleh salah satu pendiri dari Skype Geoffrey Prentice.
Kami sedang mendorong investasi seri B, mudah-mudahan bisa tahun ini. Fundraising-nya yang melaksanakan dari Oriente, induk kami," kata Peter kepada CNBC Indonesia Kamis (11/04/2019).
Oriente menggenggam 85 persen kepemilikan di Finmas, sementara 15 persen dimiliki oleh Sinar Mas Digital Venture (SMDV). Selain di Indonesia Oriente juga beroperasi di Filipina dan Vietnam. Pendanaan seri B akan mendukung ekspansi bisnis seluruh unit Oriente, termasuk di Indonesia.
Meski demikian, Peter belum bisa merinci berapa besaran pendanaan yang akan didapatkan oleh Finmas. Menurutnya, jika pendanaan seri A bisa US$105 juta, maka seri B pun harusnya juga besar. Peter memastikan pendanaan tersebut besarannya akan sesuai dengan kebutuhan Finmas.
Pemilihan Umum
Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi akan melanjutkan penguatan didukung kombinasi hitungan sementara pilpres dan data makroekonomi yang mendukung.
Untuk diketahui, mayoritas lembaga survei menunjukkan kubu petahana atau pasangan nomor urut 01 (Joko Widodo-Ma'ruf Amin) unggul sementara berdasarkan hasil hitung cepat.
Ini artinya masa pemerintahan Joko Widodo akan berlanjut. Selain itu data makroekonomi domestik yang ditunjukkan oleh membaiknya data cadangan devisa valas dan neraca perdagangan di awal pekan ini.
Sementara itu, harga efek utang pemerintah denominasi rupiah mulai berbalik menguat pada Senin, setelah hampir sepekan penuh mengalami koreksi.
"Persepsi pasar berpotensi positif untuk pasar obligasi yang didasari hitungan sementara dari mayoritas lembaga survei," ujar seorang analis obligasi dari sebuah sekuritas, Rabu, 17 April 2019.
Menurut dia, surplusnya neraca perdagangan Indonesia dan data kenaikan cadangan devisa dapat memperbaiki data defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal I 2019 yang akan diumumkan pada awal Mei.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.