Dana Asing Masuk di IHSG Capai Rp4,6 Triliun, Lima Saham Ini Terbanyak Diborong
Pada periode 29 Oktober hingga 2 November 2018, IHSG mengalami penguatan 2,1 persen dengan ditutup di level 5.906
Pada periode 29 Oktober hingga 2 November 2018, IHSG mengalami penguatan 2,1 persen dengan ditutup di level 5.906
Bareksa.com - Setelah sempat mengalami penurunan di awal pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya bisa membalikkan keadaan dengan mengakumulasi kenaikan empat hari beruntun sepanjang perdagangan pekan kemarin.
Tercatat pada periode 29 Oktober hingga 2 November 2018, IHSG mengalami penguatan 2,1 persen dengan ditutup di level 5.906,29.
Secara sektoral, mayoritas sektor berakhir positif sepekan kemarin. Tiga sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi yaitu aneka industri (7,65 persen), keuangan (5,24 persen), dan infrastruktur (3,83 persen).
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara itu tiga sektor yang berakhir melemah yaitu pertambangan (-2,01 persen), konsumer (-1,21 persen), dan perdagangan (-0,72 persen).
Di sisi lain, investor asing tercatat melakukanpembelian bersih (net foreign buy) yang sangat signifikan dalam sepekan kemarin senilai Rp4,6 triliun.
Namun jika diakumulasikan sejak awal tahun, investor asing masih tercatat keluar dari pasar saham domestik senilai Rp52,24 triliun.
Saham-saham yang paling banyak diborong oleh investor asing dalam sepekan kemarin :
1. Saham ASII (Rp879,31 miliar)
2. Saham BBRI (Rp825,27 miliar)
3. Saham TLKM (Rp743,99 miliar)
4. Saham BMRI (Rp639,15 miliar)
5. Saham BBCA (Rp560,72 miliar).
SentimenPositif
Sejumlah sentimen positif baik yang berasal dari global maupun domestik mampu menjadi faktor pemicu kenaikan IHSG dalam sepekan kemarin.
Dari Asia, positifnya rilis data ekonomi di Jepang terbukti ampuh mengerek bursa saham regional. Tingkat pengangguran per akhir September Negeri Samurai Biru diumumkan 2,3 persen, di bawah konsensus 2,4 persen.
Kemudian ada juga kabar positif yang datang dari Korea Selatan (Korsel). Senin (29/10/2018), otoritas dan institusi keuangan Korsel mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama untuk membangkitkan pasar saham Korea Selatan dengan membentuk pendanaan senilai KRW 500 miliar (US$439,1 juta) dan menyuntikkannya ke pasar saham pada awal November.
Penguatan pasar saham juga didukung meredanya isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Perkembangan dari AS, Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan ada peluang AS-China akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun ini.
Bahkan bisa saja bea masuk yang sudah diterapkan bakal dicabut. Kedua pihak akan melakukan pembicaraan di sela-sela pertemuan KTT G20 di Buenos Aires, Argentina pada akhir bulan ini.
Selain itu, dari dalam negeri pelaku pasar memanfaatkan momentum dari rilis kinerja keuangan emiten besar tanah air seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang membukukan capaian memuaskan.
Sepanjang kuartal III 2018, ASII membukukan pendapatan senilai Rp62,3 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv senilai Rp61,99 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat Rp6,69 triliun, di atas ekspektasi analis yang hanya Rp5,53 triliun.
BMRI juga membukukan pendapatan bunga bersih/net interest income Rp13,9 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun Refinitiv Rp13,6 triliun. Laba bersihnya tercatat Rp5,9 triliun, juga di atas perkiraan Rp5,3 triliun.
Kemudian bursa saham dalam negeri juga mendapat tambahan energi pada akhir perdagangan, Pemerintah melalui Menteri Keuangan mengumkan cukai rokok 2019 sama dengan tahun 2018. Hal tersebut membuat sentimen positif pada saham industri rokok. GGRM tercatat melesat 6,6 persen, serta HMSP terapresiasi 4,11 persen.
Terakhir,aksi beli investor asing di pasar saham domestik merupakan respons di tengah optimisme terhadap perekonomian Indonesia. Kondisi tersebut tercermin pada RAPBN 2019 yang disahkan pada pekan kemarin.
Asumsi dasar RAPBN 2019 pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, inflasi 3,5 persen, nilai tukar disepakati Rp15.000 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.500, per dolar AS. Sementara itu, suku bunga SPN 5,3 persen, ICP US$70, lifting minyak 775.000 dan lifting gas 1.250. Kemudian angka pengangguran 4,8-5,2 persen dan kemiskinan 8,5-9.0 persen.
Analisis Teknikal IHSG
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal pergerakan IHSG selama sepekan kemarin cenderung bergerak positif, meskipun di awal pekan perdagangan IHSG sempat mengalami penurunan.
Pergerakan IHSG saat ini mulai bergerak naik dan menjauhi area support-nya di level 5.558.
Adapun indikator relative strength index (RSI) terpantau mulai mengalami kenaikan dan masih berada di sekitar area netral mengindikasikan sinyal kenaikan yang cukup kuat dengan potensi target terdekat di level 5.982.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.