Sentimen Pendorong Pasar Pekan Ini, Krisis Turki Hingga Inflasi Inggris
Lira sempat jatuh lebih dari 20 persen ke rekor terendahnya pada hari Jumat, sementara pasar global terguncang
Lira sempat jatuh lebih dari 20 persen ke rekor terendahnya pada hari Jumat, sementara pasar global terguncang
Bareksa.com - Investor akan tetap fokus dengan krisis mata uang yang terjadi pada mata uang Turki dan kejatuhan di pasar global dalam sepekan ke depan, untuk melihat apakah ada berita lagi setelah sanksi terbaru Amerika Serikat (AS) terhadap Turki menghantam lira dan memicu pelaku pasar keluar dari aset berisiko.
Selain itu, pasar akan tetap fokus dengan perkembangan potensial berikutnya dalam perang perdagangan antara AS dengan China.
Kekhawatiran perang perdagangan AS-China telah memanas selama berbulan-bulan, membuat pasar terkoreksi serta investor gelisah atas prospek lebih lanjut dalam ketegangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi global.
Promo Terbaru di Bareksa
Selain itu, angka penjualan ritel AS untuk Juli akan keluar pada hari Rabu, yang seharusnya memberikan tanda yang lebih jelas pada kekuatan konsumen AS pada awal paruh kedua tahun ini.
Di tempat lain, China juga memiliki data penting, termasuk produksi industri pada hari Selasa, yang akan dicermati untuk sinyal kerusakan dari ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung dengan AS.
Sementara itu di Eropa, pelaku pasar akan bisa mendapatkan gambaran terbaru dari inflasi Inggris, ketenagakerjaan, dan penjualan ritel untuk indikasi lebih lanjut tentang berlanjutnya pengaruh dari keputusan Brexit terhadap ekonomi.
Untuk lebih rincinya, berikut beberapa peristiwa penting yang kemungkinan besar memengaruhi pasar dalam sepekan ke depan yang dilansir dari investing.com:
1. Krisis Mata Uang Turki
Lira sempat jatuh lebih dari 20 persen ke rekor terendahnya pada hari Jumat, sementara pasar global terguncang, karena investor khawatir bahwa jatuhnya mata uang Turki akan menyebar di seluruh pasar negara berkembang dan memukul sistem perbankan Eropa.
Lira berakhir turun sekitar 15 persen terhadap dolar, hari terburuknya sejak krisis keuangan Turki tahun 2001, disebabkan keretakan yang semakin dalam dengan AS.
Presiden AS Donald Trump mengatakan ia akan melipatgandakan tarif pada aluminium dan baja Turki menjadi masing-masing 20 dan 50 persen.
Presiden Turki Recip Tayyip Erdogan gagal menawarkan pelipur lara ekonomi ketika ia berbicara Jumat, menyatakan bahwa "Mereka memiliki dolar mereka, kita memiliki Tuhan kita."
Erdogan juga meminta warganya untuk menjual euro, dolar, dan emas yang disimpan di bawah bantal untuk diubah ke lira, karena ini adalah sebuah perjuangan domestik dan nasional.
Selain itu, kekhawatiran geopolitik juga datang ketika AS terlibat dalam perang dagang dengan China. Kedua pemerintah mengumumkan kemungkinan memberlakukan tarif bea masuk pada tambahan barang senilai US$ 16 miliar minggu lalu.
2. Data Perdagangan AS
Departemen Perdagangan AS akan mempublikasikan data penjualan ritel untuk bulan Juli pada pukul 08.30 pagi di hari Rabu waktu setempat. Perkiraan konsensus yaitu laporan akan menunjukkan penjualan ritel naik 0,2 persen bulan lalu, melambat dari kenaikan 0,5 persen pada bulan Juni.
Sementara jika tidak termasuk sektor mobil, penjualan diharapkan meningkat 0,4 persen, sama seperti kenaikannya bulan sebelumnya.
Naiknya penjualan ritel dari waktu ke waktu berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, sementara sinyal penjualan yang lemah menunjukkan ekonomi yang sedang menurun. Sekedar informasi, belanja konsumen menyumbang sekitar 70 persen dari pertumbuhan ekonomi AS.
Para ekonom menganggap data akan mempengaruhi untuk mengubah ekspektasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga lebih dari dua kali pada tahun ini, dengan langkah penting selanjutnya datang pada pertemuan September mendatang.
3. Data Produksi Industri China
China akan merilis angka produksi industri Juli pada Rabu pagi waktu setempat. Konsensus di antara para analis memperkirakan bahwa data akan menunjukkan hasil pabrik China tumbuh 6,3 persen pada Juli, meningkat dari sebelumnya 6,0 persen pada Juni.
Pada saat yang sama, Negeri Tirai Bambu juga akan menerbitkan laporan tentang investasi aset tetap dan penjualan ritel.
Data terbaru telah mulai menunjukkan bahwa negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu mungkin kehilangan tenaga, meningkatkan kekhawatiran tentang potensi kejatuhan dari perang dagang AS dengan China.
4. Angka Inflasi Inggris
Kantor Statistik Nasional Inggris akan merilis data indeks harga konsumen (IHK) untuk Juli pada pukul 08.30 pagi di hari Rabu waktu setempat.
Analis memperkirakan IHK tahunan tumbuh hingga 2,5 persen, sedikit lebih cepat dari kenaikan 2,4 persen yang terlihat pada bulan Juni, sementara inflasi inti diperkirakan akan tetap stabil di 1,9 persen.
Selain laporan inflasi, pelaku pasar akan fokus pada pekerjaan bulanan dan data penjualan ritel, masing-masing pada hari Selasa dan Kamis, untuk petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,12% | 7,77% | 8,02% | 19,27% | 38,33% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,20% | 4,14% | 7,20% | 7,44% | 2,99% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,57% | 4,03% | 7,67% | 7,80% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,55% | 3,90% | 7,24% | 7,38% | 17,49% | 40,84% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,81% | 4,14% | 7,41% | 7,53% | 19,89% | 35,81% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.