Saham TINS Menguat Sebulan Terakhir, ANTM dan PTBA Masih Favorit
Dari tiga BUMN industri tambang, hanya saham TINS yang menguat dalam satu bulan terakhir.
Dari tiga BUMN industri tambang, hanya saham TINS yang menguat dalam satu bulan terakhir.
Bareksa.com – Dua dari tiga saham emiten tambang milik negara mulai bergerak turun sebulan terakhir, setelah menanjak sejak awal tahun. Fluktuasi yang terjadi berkaitan dengan sentimen negatif terkait harga komoditas meski kinerja keuangan 2017 mereka terbilang cemerlang.
Berdasarkan data historis sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan 12 Maret 2018, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS) masih positif. Secara year to date/YTD, TINS memimpin dengan return 44 persen, diikuti ANTM yang naik 41,73 persen dan PTBA yang menguat 20 persen.
Namun, dalam sebulan terakhir, saham ANTM dan PTBA terpantau mulai melemah. Sementara itu, hanya saham TINS yang masih menguat. Dalam periode 15 Februari-12 Maret 2018, saham PTBA turun 7,6 persen sementara ANTM melemah tipis 1 persen dan saham TINS menguat sebesar 5,5 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik Perbandingan Return Saham Emiten Tambang BUMN YTD
Sumber: Bareksa.com
Pada 15 Februari 2018, harga saham TINS dibuka senilai Rp1.085 per saham. Saham TINS sempat mencapai level tertingginya seharga Rp1.240 per saham pada 5 Maret 2018 sebelum bergerak melemah senilai Rp1.140 pada 12 Maret 2018.
Hal berbeda terjadi pada sister company TINS di sektor batu bara, yakni PTBA. Harga saham PTBA dibuka senilai Rp3.250 pada 15 Februari. Selanjutnya, harga saham perseroan sempat bergerak menguat hingga Rp3.430 per saham pad 26 Februari.
Setelah mencapai level tertinggi, harga saham PTBA berangsur melemah dan pelemahan terdalam terjadi saat pengumuman pembatasan harga batu bara untuk pasar domestik (domestic market obligation/ DMO) pada 6 Maret 2018.
Harga saham PTBA sempat menyentuh level terendahnya senilai Rp2.660 pada 9 Maret 2018. Namun, kondisi tersebut berangsur pulih setelah perseroan merilis kinerja keuangan 2017 yang hasilnya cukup baik. Saham PTBA ditutup seharga Rp3.000 pada 12 Maret 2018.
Sementara itu, harga saham ANTM cenderung bergerak sideways dalam satu bulan terakhir. Harga saham perseroan dibuka senilai Rp910 pada 15 Februari 2018 dan ditutup Rp900 pada 12 Maret tahun ini.
Senior Analis Kresna Sekuritas, Franky Riyandi Rivan menuturkan, sejak awal tahun harga saham ANTM dan PTBA sudah menguat cukup cepat. Sehingga wajar apabila harga saham kedua BUMN tambang tersebut sedikit terkoreksi dalam satu bulan terakhir.
“Dan investor ada switching ke TINS,” kata dia kepada Bareksa di Jakarta, Selasa, 13 Maret 2018.
Dia melanjutkan, meskipun dalam satu bulan terakhir dua emiten tersebut melemah, secara fundamental saham ANTM dan PTBA masih prospektif. Kedua perusahaan tersebut telah merilis laporan keuangan yang hasilnya bagus.
Khusus PTBA, dia menilai emiten batu bara tersebut masih prospektif dengan target harga tahun ini sebesar Rp4.000. Harga batu bara global diperkirakan masih akan bergerak stabil hingga akhir tahun.
Grafik Pergerakan Harga Saham PTBA 15 Februari - 12 Maret 2018
Sumber: Bareksa.com
Sementara, faktor pengaturan harga batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) domestik diproyeksi tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Bukit Asam.
Dengan 25 persen penjualan dijual kepada PLTU dalam negeri, harga rata-rata penjualan (average selling price/ ASP) batu bara Bukit Asam masih akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Hal itu terjadi karena 75 persen penjualan batu bara lainnya dijual dengan harga acuan global.
Untuk Antam, dia masih merekomendasikan investor untuk membeli dengan target harga tahun ini sebesar Rp1.100 per saham.
Seperti diberitakan sebelumnya, Antam yang merupakan emiten tambang nikel, emas dan bauksit membukukan kinerja fantastis dengan memperoleh laba bersih senilai Rp136,5 miliar sepanjang tahun 2017, atau naik hingga lebih dari dua kali lipat (111 persen) dari capaian sebelumnya senilai Rp64,81 miliar pada tahun 2016.
Grafik Pergerakan Harga Saham ANTM 15 Februari - 12 Maret 2018
Sumber: Bareksa.com
Sementara itu, secara fundamental kinerja, Franky memandang Timah masih menjaga tingkat produksinya. Timah tetap mempertahankan produksi di tengah permintaan global yang meningkat.
“Kita berekspektasi harga komoditas akan bullish, tetapi apabila volume timah stagnan kinerjanya tidak akan improve,” tuturnya. Hal itu yang dia lihat menjadi sentimen yang kurang baik untuk Timah.
Seiring peningkatan harga komoditas global, laporan keuangan tahun penuh 2017 Timah menunjukkan kenaikan yang signifikan pada laba bersih, yaitu naik sebesar 99 persen menjadi Rp502,4 miliar dari Rp251,8 miliar pada tahun 2016. Kenaikan laba bersih ini didorong oleh kenaikan pendapatan usaha menjadi Rp9,2 triliun pada 2017 dari Rp6,9 triliun pada 2016, atau naik 32 persen.
Grafik Pergerakan Harga Saham TINS 15 Februari - 12 Maret 2018
Sumber: Bareksa.com
Pada jeda perdagangan siang hari ini, Selasa, 13 Maret 2018, harga saham ANTM ditutup sebesar Rp885, turun 1,67 persen dari harga pembukaan sebesar Rp900. Sementara saham PTBA ditutup Rp2.940, turun 2 persen dan saham TINS sebesar Rp1.155 menguat 0,87 persen dari harga pembukaan sebesar Rp1.145. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.