Mandiri Sekuritas Prediksi IHSG Tembus 6.725, Rekomendasikan 4 Sektor Saham Ini
Mandiri Sekuritas menilai valuasi IHSG tahun ini sudah tidak murah lagi
Mandiri Sekuritas menilai valuasi IHSG tahun ini sudah tidak murah lagi
Bareksa.com – Mandiri Sekuritas menargetkan Indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun ini akan mencapai 6.725. Perseroan menilai valuasi IHSG tahun ini sudah tidak murah lagi. Sementara untuk target optimistis, Mandiri Sekuritas (Mansek) memperkirakan IHSG menyentuh 7.100 dan target pesimistis 5.700.
Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Tjandra Lienandjaja, menjelaskan rasio harga dibandingkan laba per saham (price to earning per share ratio/PER) IHSG sudah berada pada kisaran 15-16 kali. Sementara, dia memprediksi pertumbuhan laba per saham (earning per share/ EPS) emiten tahun ini sekitar 13 persen.
“Jika tidak memperhitungkan EPS growth sektor komoditas, EPS growth emiten bisa lebih tinggi,” ujarnya di Jakarta, Senin, 5 Februari 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Tjandra mengatakan, saat ini posisi Mandiri Sekuritas terhadap saham-saham di sektor pertambangnan masih netral. Meski begitu, ada beberapa pilihan saham pertambangan yang valuasinya masih menarik, seperti saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Secara umum, tidak banyak pilihan saham sektor pertambangan karena beberapa saham sudah naik cukup tinggi. Meskipun kinerja perusahaan pertambangan, terutama batu bara tergantung harga komoditas di pasar, Mandiri Sekuritas memperkirakan EPS sektor pertambangan tahun ini akan turun sekitar 4 persen.
Empat Sektor Saham yang Menarik
Sementara itu, ada empat sektor saham yang menarik tahun ini berdasarkan analisis Mandiri Sekuritas :
1. Sektor perbankan
Faktor yang akan mendongkrak kinerja emiten sektor perbankan tahun ini di antaranya adalah proyeksi pertumbuhan penyaluran pinjaman pada 2018 akan mencapai 10-11 persen, lebih tinggi dari ekspektasi 2017 sebesar 7-8 persen.
Kemudian, tingkat kredit bermasalah (non-performing loan/ NPL) diprediksi dalam tren menurun. Meski begitu, dia tetap mengantisipasi NPL pada semester I-2018.
Kemudian, tingkat interest deposito diprediksi stagnan sepanjang 2018, sementara perbankan akan memangkas tingkat bunga pinjaman. Tjandra mengekespektasikan rata-rata net interest margin (NIM) akan turun 12 basis poin (bp) tahun ini, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan NIM 41 bps pada tahun lalu.
2. Sektor konstruksi
Sektor kedua adalah konstruksi. Faktor utama pendongkrak kinerja saham konstruksi adalah karena valuasinya masih atraktif di mana rata-rata PERnya berada pada level 8,8 kali. Di sisi lain, dia memproyeksikan pertumbuhan laba bersih emiten konstruksi tahun ini sekitar 19 persen, dibandingkan perolehan tahun lalu.
Tingkat bunga pinjaman emiten konstruksi yang rendah juga akan meningkatkan margin emiten konstruksi. Selain itu, pemerintah tetap melanjutkan komitmennya untuk membantu progres pembangunan konstruksinya.
“Katalis utama yang akan terjadi pada perusahaan konstruksi termasuk proses divestasi dan pembayaran proyek-proyek turnkey,” terang dia.
3. Sektor ritel
Untuk sektor ritel, faktor utama pertama adalah meningkatnya upah minimum real tahun ini sektiar 5,25 persen, dibandingkan pertumbuhan upah minimum real tahun lalu 3,74 persen. Secara historis, terdapat korelasi positif antara pertumbuhan upah minimum real dengan pertumbuhan penjualan perusahaan ritel.
Faktor selanjutnya adalah perhatian pemerintah utnuk mempertahankan laju inflasi. Kemudian peningkatan anggaran untuk Kartu Jakarta Pintar juga menjadi sentimen positif bagi perusahaan ritel, karena area Jakarta berkontribusi sekitar 30 persen dari total pendapatan perusahaan ritel.
Kemudian akan berlangsungnya Lebaran dan berdekatan dengan waktu masuk sekolah setelah liburan. Hal itu akan mengurangi risiko alokasi dana customer.
Selain itu, pemilihan kepala daerah (Pilkada) juga akan berlangsung pada 15 Februari hingga 24 Juni 2018, dengan hari pemilihan pada Juni, bersamaan dengan Ramadan.
Pemerintah juga meningkatkan alokasi anggaran subsidi dan bantuan sosial untuk masyarakat 7 persen. Secara historis, ada korelasi yang kuat antara dana subsidi serta bantuan sosial dengan same store sales growth (SSSG) dan pertumbuhan pendapatan perusahaan ritel.
4. Sektor Kesehatan
Sementara untuk sektor kesehatan, dia memandang agresifnya penambahan peserta BPJS Kesehatan, dana inflow BPJS Kesehatan terus meningkat. Hal itu akan menguntungkan rumah sakit mitra BPJS.
Sedangkan untuk perusahaan farmasi, laba emiten farmasi diprediksi sedikit terganggu oleh depresiasi nilai tukar rupiah, dan proses tender Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Karena itu, diversifikasi perusahaan farmasi terhadap obat premium akan menjadi kunci. (AM)
Pertumbuhan Laba Emiten Berdasarkan Sektor
Sumber : Mandiri Sekuritas
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.