Saham INDY, TPIA, TRAM, WSBP Masuk LQ45, Bagaimana Volume dan Harganya?
Tiga saham yang baru masuk ke dalam indeks LQ45 tersebut memang mengalami peningkatan volume transaksi
Tiga saham yang baru masuk ke dalam indeks LQ45 tersebut memang mengalami peningkatan volume transaksi
Bareksa.com - Indeks saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia akan kedatangan empat anggota baru, yakni PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP). Seperti apa pergerakan harga dan volume transaksi keempat saham ini sehingga menjadi konstituen baru indeks LQ45 untuk periode Februari-Juli 2018?
Berdasarkan pantauan Bareksa terhadap data perdagangan di Bursa, tiga saham yang baru masuk ke dalam indeks LQ45 tersebut memang mengalami peningkatan volume transaksi dalam periode enam bulan terakhir dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya. Periode pantauan adalah tanggal 26 Juli 2017-25 Januari 2018 dibandingkan dengan 26 Januari 2017-25 Juli 2017.
Peningkatan volume trading tertinggi dari keempat saham tersebut dialami oleh saham TRAM. Saham emiten yang baru saja melakukan aksi rights issue dan mengubah lini bisnisnya ini mencatat peningkatan volume trading 59 persen menjadi 310 juta saham per harinya pada enam bulan terakhir dibandingkan sebelumnya.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik : Perkembangan Volume Trading Saham Anggota Baru LQ45 Enam Bulan Terakhir
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Bareksa.com
Sebagai pengingat, mendekati akhir tahun lalu, TRAM melangsungkan rights issue senilai Rp6 triliun yang dananya untuk mengakuisisi saham PT SMR Utama Tbk (SMRU) dan dua entitas batu bara. Aksi tersebut sekaligus mengubah bisnis utama perseroan menjadi fokus pada batu bara dari sebelumnya di bidang perkapalan.
Sementara itu, peningkatan volume perdagangan yang signifikan juga terjadi pada saham WSBP yang mencatat kenaikan hingga 56 persen dalam enam bulan terakhir. Pada periode 26 Juli 2017 hingga 25 Januari 2018, saham anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) ini mencatat rata-rata volume trading harian sebanyak 121,2 juta saham.
Selain itu, saham TPIA juga mengalami peningkatan volume perdagangan sebanyak 31 persen selama enam bulan terakhir dibandingkan dengan periode sebelumnya. Saham emiten kimia ini pada November 2017 melakukan pemecahan nilai saham (stock split) dengan rasio 1:5 untuk menambah likuiditas perdagangan di Bursa.
Dari keempat saham tersebut, hanya satu saham yang mengalami penurunan rata-rata volume trading, yakni saham INDY. Saham terkait batu bara ini mencatat penurunan volume harian sebesar 12 persen menjadi 43,4 juta lot selama enam bulan terakhir.
Meskipun volume perdagangan saham INDY turun, nyatanya harga saham ini naik signifikan terdorong aksi akuisisi terhadap salah satu produsen batu bara terbesar nasional. Harga saham INDY dalam enam bulan terakhir meroket 442 persen atau naik lebih dari lima kali lipat ke Rp4.530 pada penutupan 25 Januari 2018.
Indika pada tahun lalu baru saja mengakuisisi 45 persen saham PT Kideco Jaya Agung senilai US$677,5 juta. Hal tersebut dipercaya dapat meningkatkan kinerja laba perseroan pada 2018. Bahkan, Riset Deutsche Sekuritas memperkirakan saham INDY bisa mencapai harga Rp5.000.
Tidak hanya saham INDY, ketiga saham anggota baru LQ45 pun mengalami peningkatan harga dalam enam bulan terakhir. Saham TRAM terpantau melonjak 280,7 persen atau naik hampir empat kali lipat. Selain itu, saham TPIA naik 19,8 persen (setelah menyesuaikan stock split), dan saham WSBP naik 4,66 persen.
Seperti diberitakan sebelumnya, berdasarkan keterangan bursa yang dirilis Kamis, 25 Januari 2018, empat saham tersebut masuk ke dalam indeks LQ45. Mereka menggantikan empat saham lainnya yang keluar dari indeks bergengsi tersebut, yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT PP Properti Tbk (PPRO) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.