Jika BI Turunkan Suku Bunga, Maka Yield Obligasi Berpeluang ke Level 6,5 Persen
Darmin : keputusan untuk melonggarkan kebijakan moneter pasti akan menuai pro dan kontra
Darmin : keputusan untuk melonggarkan kebijakan moneter pasti akan menuai pro dan kontra
Bareksa.com – Pelonggaran kebajikan moneter semakin terbuka seiring terkendalinya laju inflasi indeks harga konsumen (IHK) hingga bulan Juli 2017. Namun Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pelonggaran kebijakan moneter sangat tergantung kepada Bank Indonesia (BI). Menurut Darmin keputusan untuk melonggarkan kebijakan moneter pasti akan menuai pro dan kontra. Apalagi Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, mengindikasikan rencana kenaikan suku bunga acuannya.
Dalam konferensi persnya, The Fed menyatakan prospek pertumbuhan ekonomi AS cenderung membaik, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2,2 persen pada 2017. Adapun inflasi AS juga diperkirakan bergerak menuju kisaran target The Fed, begitu pula dengan serapan tenaga kerja.
Di sisi lain tutur Darmin, tingkat inflasi Indonesia masih terkendali di angka 2,35 persen pada semester I 2017. Bila inflasi terkendali, maka ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter semakin terbuka. Namun tutur Darmin, keputusan pelonggaran moneter ada di tangan BI. Pemerintah berharap agar keputusan pelonggaran moneter bisa membuat tingkat suku bunga bank turun.
Promo Terbaru di Bareksa
Sebelumnya, Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengungkapkan, terbukanya pelonggaran kebijakan moneter tersebut sejalan dengan upaya untuk menopang pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Agus menuturkan, kemungkinan melakukan pelonggaran kebijakan moneter tersebut sejalan dengan upaya BI dalam merespons dan membantu terjaganya investasi serta laju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Meski begitu, kemungkinan pelonggaran tersebut masih bergantung pada data ekonomi yang ada.
Bond Yield Berpeluang ke 6,5 persen Seperti Kuartal II 2013?
Kalangan perbankan menilai BI memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate. Apabila suku bunga acuan BI turun, maka suku bunga kredit perbankan juga bisa turun.
Menurut analisis Bareksa, jika BI berani untuk melonggarkan kebijakan moneter, tidak menutup kemungkinan tingkat pengembalian yang diharapkan (yield) obligasi bisa ke level 6,5 persen atau posisi terendah dalam 4 tahun terakhir. Sekedar informasi yield merupakan perbandingan perbandingan antara kupon atau bunga obligasi terhadap harga obligasi. Semakin rendah yield obligasi menandakan semakin tinggi harga obligasi tersebut.
Sumber : Bareksa.com
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.